MENGEJAR CINTA MAS-MAS DINGIN

Justin yang menemani Jeje itu hanya diam, ia mengerti kesedihan Jeje dan Jeje yang berjongkok di samping pusara Ibunya itu mulai mengusap batu nisannya.

"Bu, Je rindu sama Ibu," lirih Jeje dan hanya itu yang Jeje katakan karena Jeje lebih memendam semuanya sendiri.

"Bu, Jeje jatuh cinta. Tapi ini terasa sakit, Bu." Jeje yang berbicara dalam hati kembali menitikkan air mata dan Justin yang melihat itu pun menjadi tidak tega.

"Kalau mau cerita, cerita aja, aku bakal jadi pendengar yang baik," kata Justin dan Jeje hanya diam saja.

Setelah cukup lama, Jeje pun bangun dari berjongkoknya.

"Kenapa kamu masih di sini? Memangnya tidak ada kerjaan?" tanya Jeje seraya menatap Justin.

"Tidak, aku anak bosnya, jadi bebas," jawabnya.

Lalu, Jeje pun meminta maaf karena sudah merepotkan dan Justin menjawab dengan mengangguk.

Setelah itu, Justin dan Jeje pun berjalan beriringan, keduanya pergi meninggalkan makam.

Dan karena Jeje diam, Justin pun membuka pembicaraan, "Kamu tau, Darren itu pria menyebalkan, dia pria yang paling tidak peka sedunia ini."

Dan Jeje masih diam, sekarang, Jeje lah yang menjadi pendengar dan Justin terus menceritakan tentang Darren yang ternyata dulunya menyukai ibu tirinya.

Dan karena penasaran, Jeje pun bertanya hubungan antara Darren dan Rossi, "Berapa lama Mas Darren dan Rossi pacaran?"

Mendengar pertanyaan itu, Justin terkekeh dan Jeje pun menjadi heran.

"Kenapa?" tanya Jeje seraya menatap Justin.

"Mereka tidak pernah pacaran, tapi, mereka sangat dekat seperti ada lemnya sampai ketika entah apa yang membuat Darren menjauh dan Rossi memilih pergi, hubungan mereka cukup rumit," jawab Justin.

"Apakah mereka saling mencintai?" tanya Jeje, hatinya berdebar saat menunggu jawaban akan didengarnya.

"Kalau soal itu kamu tanyakan langsung saja, aku tidak ikut campur apa lagi status kamu adalah pacar Darren," jawab Justin dan Jeje mengangguk.

"Seperti apa hubungan mereka?" tanya Jeje yang masih penasaran.

Dan Justin menjawab kalau keduanya sahabat dari kecil. Darren tumbuh tanpa adanya seorang Ibu dan Rossi harus kehilangan ayahnya di usia belianya dan setelah menjelaskan itu, Justin meminta pada Jeje untuk tidak menanyakan tentang Darren dan Rossi lagi.

Justru Justin menanyakan tujuannya dan Jeje harus kembali bekerja. Sesampainya di toko, Jeje sudah ditunggu oleh Arum yang mencarinya, terlihat kalau Arum sedang menunggu di depan toko dan Darren baru saja keluar dari toko Viona, ia melihat Justin bersama dengan Jeje pun bertanya-tanya.

Darren bertanya pada Jeje yang sekarang sudah ada di depan matanya dan Darren mengabaikan Justin yang membunyikan klakson.

"Kuliah," jawab Jeje dan Darren tau kalau Jeje berbohong.

"Kamu mau jadi pembohong?" tanya Darren dan Arum yang ada di depan toko itu menjadi tidak enak karena sudah mencari Jeje.

Jeje pun menatap Arum yang berdiri di belakang Darren dan Jeje sudah tau kalau Darren mengetahui yang sebenarnya.

Jeje menunduk dan memainkan ujung sepatunya ke lantai. Lalu, Darren meraih Jeje, ia memeluknya dan seketika air mata Jeje pecah, ia tidak dapat lagi menahan kesedihannya di depan Darren.

"Kenapa menangis?" tanya Darren seraya melepaskan pelukan hangat itu.

Jeje menjawab dengan menggeleng, sepertinya Jeje tidak ingin terlalu terbuka padanya dan Jeje yang terus mendapatkan pertanyaan itu menjawab kalau dirinya sangat merindukan almarhumah Ibunya.

Darren pun mengusap pucuk kepala dan Jeje segera bertanya keperluan Arum.

"Aku hanya khawatir, karena kamu tidak dapat ku hubungi," jawab Arum dan Jeje mengatakan kalau dirinya bukan anak kecil yang harus dikhawatirkan.

Setelah itu, karena harus kembali bekerja, Jeje meminta pada semua orang untuk bubar, walaupun Viona tidak cerewet, tetapi, Jeje merasa tidak enak padanya dan akhirnya semua orang pun membubarkan diri.

Sebelum pergi Darren berpesan, "Nanti akan ku jemput."

Dan Jeje hanya mengangguk.

****

Darren yang pergi dengan berjalan kaki menuju ke rukonya itu memikirkan Justin dan sesampainya di ruko, Darren hanya mengambil mobilnya, ia pergi ke hotel Justin untuk menemuinya.

Di sana, Darren langsung menuju ke ruangannya dan Darren melihat Justin sedang minum anggur berdua bersama dengan teman wanitanya.

Karena ada tamu, Justin pun meminta pada temannya itu yang bernama Tita untuk pergi.

Dengan berat hati, Tita pun pergi.

Setelah di ruangan itu hanya ada Darren dan dirinya, Justin yang sedang menuangkan anggur itu menanyakan tujuan sahabatnya.

"Duduklah," kata Justin dan Darren pun duduk.

Darren tak menyentuh anggur yang sudah Justin siapkan.

"Kenapa kalian berdua?" tanya Darren yang tanpa basa-basi lagi.

"Aku hanya mengantarkannya ke makam, itu saja. Kenapa, kamu cemburu?" tanya Justin dan Darren menatapnya.

"Kamu tau dia pacarku, kenapa kalian pergi tanpa bicara padaku?"

"Astaga, ayolah. Darren, aku tidak ada niat untuk mendekatinya, justru aku bingung denganmu," kata Justin seraya bangun dari duduk. Ia berjalan ke arah jendela dan mulai memperhatikan jalanan kota di siang hari.

"Kenapa, jangan berbelit, aku tidak suka," kata Darren.

"Siapa yang ada di hati kamu?" tanya Justin dan Darren terdiam.

"Kenapa diam? Kamu bingung?" tanya Justin dan Darren menarik nafas dalam, ia menyenderkan punggungnya ke kursi dan mengusap wajahnya datar.

****

Di rumah Jeje, Pak RT sedang kedatangan tamu yang melapor, tamu itu adalah Sarah yang datang bersama dengan Rossi.

"Pak RT, ini anak saya, dia tidak pernah terlihat karena kemarin ada di Jepang," kata Sarah dan Rossi pun mengangguk pada RT yang menatapnya.

Dan setelah melapor, sekarang, Sarah mengajak Rossi ke salonnya, di sana Rossi ingin membeli ruko itu untuk Ibunya dan Sarah yang mendengar niat anaknya itu pun menjadi senang.

"Serius?" tanya Sarah dan Rossi mengangguk.

"Iya, niat Rossi kalau sudah punya uang banyak, Rossi ingin menghadiahkan tempat ini untuk Mama," ujar Rossi dan Sarah pun memeluk putrinya.

"Terima kasih, sayang," ucap Sarah seraya memeluk putrinya.

Dan sekarang, salon itu bukan hanya untuk kecantikan, tetapi juga untuk kebugaran, Rossi lah yang menjadi instrukturnya.

Ya, selama di Jepang, bukan hanya bekerja, tetapi, Rossi juga belajar menjadi instruktur kebugaran seperti aerobik, yoga dll.

Sarah merasa bangga padanya.

"Iya, Rossi merasa bosan kalau harus bekerja di kantor dan Rossi memilih jalan ini, Rossi juga menyarankan Mamah untuk kursus merias," kata Rossi yang sekarang sedang duduk di kursi salon Ibunya dan Sarah yang ada di sampingnya itu mengiyakan.

"Benar, apalagi persaingan sekarang semakin ketat, kita harus ikuti perkembangan jaman supaya tidak tertinggal," jawab Sarah dan keduanya pun saling menyemangati.

Lalu, Rossi dan Sarah melihat ke arah pintu karena ada tamu yang datang.

Tamu itu adalah Arum dan Jeje. Jeje menatap Rossi yang menyambutnya dan dari sambutan itu Jeje menjadi tau kalau salon ini adalah milik Rossi.

Apakah Rossi dan Jeje akan berdamai?

Dukung authornya, ya. Dengan like dan komen, jangan lupa difavoritkan juga, ya.

Yang baik hati boleh kasih bintang lima dan vote/giftnya. Terima kasih yang sudah mendukung.