Promiscuity After

Hari-hari Cassie lalui dengan ujian dan ujian. Dan Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional, begitu bell tanda selesainya waktu mengerjakan. Semua bersorak gembira. Merasa puas karena setelah ini, ia tidak harus dihadapkan dengan pelajaran sekolah yang begitu banyak.

Tidak semua anak menguasai materi, dan tidak semua pelajaran dibutuhkan di kehidupan sosial. Semua tertawa lepas, menaruh lembar jawaban dan soal ujian di meja depan dan pergi meninggalkan ruang kelas.

Bram merangkul Cassie setelah keluar dari kelas. "Ahh lega banget,"

"Iya," jawab Cassie lesu dan menyingkirkan tangan Bram dari bahunya

Terlihat Bram tidak suka dengan sikap Cassie yang menyingkirkan tangannya.

Kemudian Dilla berlari menghampiri Cassie, "Cass Lo ikut ga? Rencana anak-anak mau party,"

"Party dalam rangka apa?

"Dalam rangka kebebasan, kita ngedugem sampe pagi,"

"Hah? Pengumuman kelulusan aja belom,"

"Ya party dulu juga ga masalah kan? Gue anggap Lo ikut,"

"Eh tapi...,"

"Ntar malam gue jemput ke rumah Lo, sampai ketemu nanti, bye," ujar Dilla yang langsung pergi

"Gapapa kalik Cass, Lo ikut tuh party," sahut Bram

"Tapi gue gak suka ke acara begituan," ucap Cassie

"Anggap aja ini party terakhir Lo sama mereka,"

"Maksud Lo?" Tanya Cassie

"Lo kan pernah bilang mau lanjutin kuliah ke Inggris, jadi anggap aja sekalian perpisahan," ucap Bram, Cassie terlihat menimbang ucapannya

"Nanti Lo jangan minum yang bikin mabuk,"

"Yaudah kalo gitu gue ikut,"

"Gitu dong," ucap Bram sembari mencubit pelan pipi Cassie

Sejujurnya Cassie merasa Bram selalu ada untuknya, dia terlihat baik. Tapi terkadang ada sesuatu yang misterius dari dalam dirinya, Cassie sendiri tidak tahu.

Sebenarnya, hari ini adalah hari kelahiran Cassie. Biasanya sang papa memberikan kejutan party kecil tepat jam 00 malam tadi. Namun Papanya tidak ada dirumah.

Mamanya apalagi, posisi jabatannya yang terus naik dia menjadi lebih gila kerja. Jarang dirumah dan selalu keluar kota hingga ke luar negri.

Gak ada yang tahu gue ulang tahun, batin Cassie

"Gue antar ya," tawar Bram

"Bram, sorry. Gue butuh sendiri, lagian gue kesini bawa mobil,"

"Oh okay, tapi kalo Lo butuh apa-apa, bilang aja. Gue selalu ada buat Lo,"

Ucapan Bram membuat Cassie tidak enak hati, dia takut jika perasaan Bram padanya lebih dari seorang teman.

.

.

.

Sesampainya dirumah, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Mbak Markonah dan supirnya juga tidak ingat akan hari ulang tahunnya. Papanya juga tidak mengucapkan lewat telepon, begitu juga dengan sang Mama.

Gak ada yang inget sama ultah gue, gak enak banget ya jadi anak semata wayang. Sedikit teman....Hiks....Bram bener gue harus ikut party itu, batin Cassie sembari menitikkan air matanya

Ting Tong

Cassie terperanjat mendengar suara bell rumahnya. Terdengar sangat nyaring karena ruangan itu sepi dan suaranya menjadi bergema.

Ia pun berjalan dengan malas dan membuka pintu ruang tamu.

Seseorang dengan brewok tebal yang sangat ia kenal, tersenyum kearahnya dengan memegang kue ulang tahun yang berukuran mini dengan beberapa lilin diatasnya.

"Om Barra,"

"Happy Birthday, Cassie, Happy Birthday Cassie, Happy Birthday Cassie bocil, Happy Birthday To you....yeey make a wish,"

Cassie menangis kemudian tertawa, "Dari mana Om tahu?"

Sebenarnya Barra tahu dari Om Andi, sahabat Papanya. Dia pernah meminta semua data mengenai Cassie. Tapi mana mungkin Barra mengakui hal yang sebenarnya.

"Saya tahu dari ponsel kamu, kan ponsel kita pernah ketukar," ucap Barra berbohong

Cassie memejamkan mata sebelum meniup lilinnya, setelah itu ia mengambil kue ultahnya dan membawanya kedalam, "Masuk yuk Om,"

"Sepi ya, Mama sama Papa kamu kerja?" tanya Barra sembari melihat rumah Cassie

"Iya, mereka kerja dan lupa sama hari ulang tahun aku," Cassie duduk dan menaruh kue diatas meja. Kemudian bersiap memotongnya

"Yaudah jangan cemberut. Gini aja biar kamu seneng, saya akan turuti semua keinginan kamu. Tapi jangan yang aneh-aneh ya," ucap Barra

"Serius?" Cassie mulai tersenyum dan berpikiran nakal

"Haduh kayaknya saya salah ngomong nih, itu mukanya udah kelihatan jahilnya,"

"Eh gak boleh ditarik tawarannya haha. Ok Cassie mau 3 permintaan,"

"Aduh saya kayak jin ya,"

"Iya jin brewok haha,"

"Hmm apaan dong permintaanya,"

"Ini buat Om," Cassie memberikan kue ulang tahunnya tapi bukan dengan tempat melainkan ia ingin menyuapkan langsung ke mulut Barra

"Hmm,"

"Aaak, buka mulutnya," pinta Cassie yang masih menyodorkan kue ke arah mulut Barra

Barra membukanya sedikit ragu, lalu tak segan-segan Cassie langsung menyuapkan satu potongan besar ke mulut Barra hingga mulutnya penuh.

"Haha habisin ya Om," ujar Cassie tertawa penuh kenakalan.

"Permintaan pertama, Cassie mau cukur tuh brewok sama kumis," pinta gadis yang berulang tahun itu dengan menaik-naikkan alisnya dan tersenyum penuh kenakalan.

"Hemm bener kan dugaaan saya,"

"Eits ga boleh nolak, Orang dewasa kalo janji gak boleh diingkari," ucap Cassie mengingatkan.

"Ente kadang-kadang ente,"

"Gaul juga si om,"

"Yaudah lah pasrah, asal kau bahagia," jawab Barra dan mereka berdua pun tertawa.

Cassie yang masih memakai seragam sekolahnya merasa bahagia karena berhasil mengerjai Om Barra.

Dia pun ke belakang mengambil perlengkapan cukur milik Papanya yang tertinggal di kamar mandi. Tak berapa lama Cassie datang beserta perlengkapan cukur.

"Pakai celemek dulu ya Om biar ga kotor,"

"Cass kamu bisa cukur kan?" ucap Barra ragu

"Bisa sih Om tenang aja, Cassie pernah cukur brewoknya Papa, ya walopun kena lecet dikit,"

"Waduh," Barra sudah ketakutan

"Ih gitu aja takut,"

Karena takut dikatain Cassie akhirnya Barra pun pasrah, dia memejamkan mata dan berharap hasil cukurnya bagus dan tidak lecet.

15 menit kemudian

"Udah Om, wih cakep bener tanpa brewok dan kumis hehe," ucap Cassie sembari menyodorkan cermin.

"Lumayan sih, walopun gak rapi," ejek Barra, padahal sebenarnya hasilnya lumayan memuaskan.

"Ih bilang bagus aja kenapa sih, biar seneng gitu," kesal Cassie

"Hehe iya-iya dasar bocil judes, trus permintaan ke dua apa?"

"Belum kepikiran, aku mandi dulu ya Om,"