Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.
Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.
Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Pagi itu, setelah tugas piketnya selesai, Kapten Jhonatan masih duduk di kantor. Kepalanya terasa berat, bukan karena kurang tidur, melainkan karena gejolak batin yang tak bisa ia kontrol. Pikirannya melayang jauh, kembali pada sosok Aresa.
"Aresa," bisiknya dalam hati, matanya menatap kosong ke meja. "Aku bingung kenapa aku terus memikirkan mu. Ini seperti bukan sekadar rasa tanggung jawab. Aku tahu, aku sepertinya benar-benar tertarik padamu. Entah kamu wanita yang kutemui sembilan tahun lalu atau bukan, yang jelas kamu sudah berhasil membuatku penasaran. Dan kamu benar-benar membuatku tertarik sejak pertama kita bertemu."
Hari semakin siang. Jhonatan akhirnya memutuskan untuk pulang. Jhonatan bangkit dan kembali ke rumah dinasnya. Sesampai di sana, ia melihat sekeliling. Udara dingin dan sepi langsung menyambutnya. Ia membayangkan, andai saja pernikahan pertamanya bertahan, mungkin kini ada tawa dan kehangatan yang menyambutnya pulang. Namun, ia segera menyentakkan kepalanya. Masa lalu adalah masa lalu. Itu semua sudah berlalu . Penyesalan tak ada gunanya. Badan Jhonatan sudah sangat lengket, ia akhirnya mandi dan beristirahat.
****
Di rumah sakit, Aresa sudah siap untuk pulang. Meskipun badannya masih sedikit lemas, Tapi Arian sudah tidak mau ambil risiko. Kedatangan Kapten Jhonatan tadi siang membuat Arian bertindak cepat. Setelah mendapat izin dokter dengan janji akan diawasi dokter pribadi, Arian bergegas menyuruh Aresa untuk bersiap.
Namun, pada saat diparkiran Aresa kaget karena dirinya hanya akan diantar Vero, sementara Arian katanya sudah pergi lebih dulu entah kemana. Diperjalanan, awalnya Aresa mengira ia akan pulang ke apartemen Arian. Tapi jalanan yang dilewati jelas bukan ke arah apartemen Arian.
"Ver, kenapa kita kok malah belok ke sini? Bukannya ke apartemen Mas Arian?" tanya Aresa di mobil.
"Apartemen Mas Arian sudah tidak aman, Res," jawab Vero, sambil menyetir. "Setelah Kapten itu datang, Mas Arian langsung mengatur pengamanan. Dan sekarang Tempatku lebih aman. Kamu di sana dulu sampai benar-benar pulih."
Aresa mengangguk pasrah. "Baiklah. Aku akan jadi tahanan rumahmu, ya?"
"Iya karena rumahku yang paling nyaman, princess," canda Vero. "Pokoknya, kamu disana sampai benar-benar pulih.!"
Sesampainya di apartemen Vero, Aresa langsung disuruh masuk ke kamarnya yang sudah disiapkan. Tak lama kemudian, Aresa keluar lagi menyusul Vero yang sedang di ruang kerjanya, Aresa merengek ingin menonton televisi.
"Vero, aku bosan sekali! Boleh ya aku nonton TV sebentar saja di luar kamar?"
Vero, yang sedang sibuk mengatur berkas di ruang kerjanya, menoleh dengan tatapan serius. "Tidak, Res. Kamu harus patuh. Aku tahu kamu bosan, tapi istirahat itu wajib. Kita tidak mau kamu sakit lagi. Aku ngga mau Mas Arian marah padaku."
Aresa akhirnya mengalah. Ia kembali ke kamar, pasrah. Sementara itu, Vero kembali fokus di ruang kerjanya, meninggalkan Aresa yang akhirnya tertidur.
****
Setelah mengurus kepulangan Aresa, Arian memang tidak ikut ke apartemen Vero. Ia langsung pergi ke kantornya. Di sana, ia langsung disambut sekretarisnya sekaligus sahabat karibnya, Azzam.
"Zam, nanti ke ruangan ku," kata Arian, tampak serius.
"Siap pak." Jawab Azzam dengan formal.
Di ruangannya, Arian duduk, ia sedang mengirimkan foto Jhonatan (yang dia potret saat di rumah sakit) ke satpam apartemennya. "Tolong pastikan orang ini tidak boleh masuk. Sama sekali tidak boleh mendekat ke unit saya."
Tak lama kemudian, Azzam masuk setelah mengetuk pintu.
"Ada apa, Yan? Sepertinya penting sekali," tanya Azzam penasaran.
"Zam, aku ingin mengubah profil publik Aresa," kata Arian. Ia ingin membuat Aresa terlihat seperti wanita biasa agar tidak menarik perhatian predator.
Arian menjelaskan rencananya. "Aku ingin dia terlihat sangat biasa. Hanya lulusan D3 dari universitas swasta kecil, dan dia hanya bekerja sebagai freelancer desain grafis atau apa. Ini akan membuatnya tidak mencolok."
Azzam mengangguk. "Tujuannya bagus. Kita harus melindungi latar belakang Aresa yang sebenarnya. Siapa tahu ada yang berniat jahat karena iri."
Tepat saat mereka selesai bicara, Azzam mendapat email darurat. Matanya membesar. Ada laporan dari orang suruhannya yang berjaga di rumah sakit. Katanya ada seseorang yang menyelidiki Aresa, bahkan memaksa meminta data pribadi, tetapi untungnya ditolak pihak rumah sakit.
Azzam segera menyampaikan kabar itu. "Yan, gawat!" seru Azzam. "Ada orang yang menyelidiki Aresa di rumah sakit. Dan orang itu sangat ingin mendapatkan data-data nya Aresa"
Wajah Arian langsung memerah karena emosi. "Siapa yang berani melakukan itu?! Lacak orang itu segera, Zam! Jangan sampai lolos!"
Arian merasa tak tenang. Ia segera melajukan mobilnya menuju apartemen Vero dengan kecepatan tinggi.
Sesampainya di apartemen Vero, Arian langsung masuk ke kamar Aresa. Ternyata Aresa masih tertidur pulas. Arian mendekat dan mencium kening adiknya, setelahnya ia langsung keluar tak mau mengganggu tidur sang adik.
Ia keluar dan pergi ke ruang kerja Vero. "Ada orang yang menyelidiki Aresa di rumah sakit, Ver."kata Arian tanpa basa-basi.
Vero tetap tenang. "Aku tahu, Mas. Aku sudah menduganya."
"Menduga? Kamu sudah tahu?" tanya Arian, tidak sabar.
Vero bercerita. "Maaf sebelumnya mas, Aku sudah menyelidiki si Kapten itu. Tadi setelah dia ke rumah sakit, dia pergi ke rumah kakaknya. Ternyata, di rumah kakaknya, ada sedikit perdebatan karena Jhonatan akan dijodohkan dengan seseorang. Tapi tanpa basa-basi dia menolak mentah-mentah wanita itu."
Vero menatap Arian. "Wanita itu yang kita cari mas. Dia pasti tidak terima karena Jhonatan menolaknya dan bahkan Jhonatan mengaku sudah punya pasangan. Mungkin dia berpikir, kalau Aresa adalah pasangan Jhonatan yang sebenarnya."
Arian mendengus. Mereka kini menghadapi musuh baru, seorang wanita yang mungkin merasa terhina dan tidak terima. Namun, mereka punya keuntungan karena musuh itu pasti akan bertindak berdasarkan profil Aresa yang sudah dimanipulasi terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, ponsel Arian berdering. Memecah sedikit ketegangan mereka. Terpampang nama Azzam dilayar handphonenya.
"Yan, aku sudah dapat orangnya," lapor Azzam, nadanya serius. "Orang suruhan itu berasal dari jaringan privat. Tapi aku berhasil lacak siapa yang menyuruhnya. Namanya Sella. Dia seorang dokter yang praktik di daerah Jakarta Pusat."
Wajah Arian mengeras. Ia langsung menyuruh Azzam untuk mengawasi orang tersebut.
"Suruh orang-orang mu untuk mengawasi perempuan itu zam.!"
"Baik, aku laksanakan segera," jawab Azzam.
"Kalau nanti perempuan itu mulai bermain kita imbangi saja zam." Ujar Arian penuh penekan.
"Oke, gue tutup dulu." Azzam mematikan telepon terlebih dahulu.
Selesai menelpon, Vero langsung bertanya.
"Siapa mas, kelihatannya ada hal penting"
"Azzam, dia juga sudah dapat info siapa yang menyuruh orang untuk menyelidiki Aresa" Arian mendesah, nafasnya terlihat berat .
"Untung tadi aku sudah sempat mengganti profil publik Aresa Ver." Ujar Arian.
"Iya mas, pasti orang itu nggak tinggal diam, dia pasti terus menggali info tentang aresa." Jawab Vero yakin.
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga