NovelToon NovelToon
Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Playboy
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: manda80

"Sella jatuh hati pada seorang pria yang tampak royal dan memesona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa kekayaan pria itu hanyalah kepalsuan. Andra, pria yang pernah dicintainya, ternyata tidak memiliki apa-apa selain penampilan. Dan yang lebih menyakitkan, dia yang akhirnya dibuang oleh Andra. Tapi, hidup Sella tidak berakhir di situ. Kemudian dirinya bertemu dengan Edo, seorang pria yang tidak hanya tampan dan baik hati, tapi juga memiliki kekayaan. Apakah Sella bisa move on dari luka hatinya dan menemukan cinta sejati dengan Edo?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sandi Cadangan?

“Pilih sekarang, Sella. Aku ingin bukti dari dirimu. Kontak Edo. Aku butuh sandi yang asli.”

Sella memejamkan mata sejenak, suara detak jantung Edo di layar monitor bagai alarm kematian yang berdering di telinganya. Grafik digital itu menari-nari, teratur, rapuh. Dia tahu betul bahwa wanita di depannya tidak main-main. Ancaman yang dilontarkan Helena bukan sekadar gertakan politik, itu adalah tuas kendali kehidupan Edo yang sejati.

Ia membuka mata, pandangannya mengunci tatapan dingin Helena. “Apa jaminannya aku memberikannya kepadamu, dan kau benar-benar menyelamatkan Edo? Bagaimana aku bisa percaya pada seseorang yang tega membunuh ayahnya Edo?”

Helena terkekeh kecil, melambaikan tangan dengan elegan, menunjuk Rio. “Rio, tolong ingatkan Nona Sella mengenai posisinya sekarang. Kita bukan sedang tawar-menawar di pasar, Nak. Kita adalah wanita yang sama-sama menginginkan Bara lenyap, bukan?”

“Dan perusahaan ini berada di tanganmu?” tantang Sella. “Apakah Edo setuju perusahaan keluarganya dikendalikan oleh orang lain?”

“Edo hanya anak kemarin sore yang mencoba memainkan permainan orang dewasa. Ayahnya Edo, dan Ayahku—mereka telah merusak keseimbangan. Aku hanya mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milikku. Edo hidup atau mati, aku akan mendapatkan yang kumau. Bedanya, jika dia mati, kau yang akan menanggung dosanya. Tim Bara akan membencimu. Keluarganya akan membencimu. Bahkan mokondo pengecut di belakangmu itu tidak akan bisa melindungimu,” cibir Helena, senyumnya menghilang, menyisakan kekerasan yang nyata.

Andra, yang sejak tadi gelisah, maju selangkah, air muka memohon yang familiar terpasang di wajahnya.

“Sella, kumohon. Ini bukan saatnya bermain pahlawan! Kita sudah berhasil lari sejauh ini. Kita butuh Helena. Bara gila, dia akan membunuh kita. Edo memang menolongmu, tapi dia juga menipu kita berdua, dia mempermainkanmu, dia—dia tidak sebanding dengan nyawamu!” Andra mendesis, memandang Helena sekilas untuk mencari dukungan, namun Helena hanya menatapnya dengan rasa jijik yang telanjang.

Sella menoleh tajam. Kebenciannya terhadap Andra terasa begitu nyata dan mendidih, melebihi rasa takutnya pada Helena. Selalu saja Andra, selalu memprioritaskan diri sendiri, menggunakan Edo dan orang lain sebagai pembenaran atas rasa takutnya.

“Kau diam, Andra. Aku tidak bicara denganmu,” suara Sella terdengar rendah, namun begitu berotoritas sehingga Andra terhuyung mundur.

Dia masih sama, pengecut. Aku mempertaruhkan segalanya untuk pria yang kucintai, sedangkan dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa kabur tanpa sedikit pun kotoran di kakinya. Aku sudah membuangnya jauh-jauh, dan aku tidak akan membiarkan keegoisannya menghancurkan Edo.

Sella menarik napas, mencari udara dalam bunker dingin yang terasa menyesakkan.

“Baiklah, Helena,” ucap Sella, keputusannya terdengar mematikan, tetapi ada tekad yang baru. “Aku akan bekerja sama. Aku akan memberikan akses yang kau mau.”

Helena menghela napas, seolah dia sudah memprediksi hasil ini sejak awal. “Pilihan yang cerdas, Sella. Kau akhirnya melihat siapa yang benar-benar bisa memberimu masa depan. Bukan pria malang yang terbaring koma itu.”

“Bukan masa depan,” koreksi Sella, giginya menggeretuk. “Aku hanya ingin dia hidup. Aku akan memberikan yang kau mau, tapi aku punya syarat.”

Rio melangkah maju, tangannya diletakkan di bahu Sella. “Kau tidak punya posisi untuk syarat, Nona.”

“Aku punya,” tegas Sella, mengabaikan cengkeraman Rio. Dia hanya memiliki satu kartu terakhir: informasinya. “Aku tahu detail operasi Andromeda. Aku tahu apa yang Edo lindungi. Jika aku memberimu semuanya, dan kau melanggar janjimu pada Edo, atau jika kau mencoba melukai dia lagi, maka aku akan menjadi bukti hidup Bara, dan aku akan membongkar seluruh jaringan yang melindungimu.”

Sella menatap tajam, mencoba mengintimidasi sang manipulator ulung. “Aku sudah kehilangan segalanya. Aku dibuang oleh orang sepertimu, Helena—orang yang berpura-pura mencintai. Kehilangan Edo adalah garis akhir. Kau tidak akan melihatku sebagai mangsa mudah lagi.”

Helena menatap Sella untuk waktu yang lama. Bukan amarah, melainkan evaluasi. Mungkin wanita itu melihat kemiripan antara dirinya dan Sella yang baru—seorang wanita yang telah didorong hingga batas emosinya dan bangkit dengan kulit yang lebih keras.

“Setuju,” kata Helena, senyum kecil akhirnya muncul, seolah merasa terhibur. “Tapi satu hal lagi, Sella. Aku tidak bisa sepenuhnya percaya padamu, sama seperti aku tidak bisa percaya pada Andra.”

Ia menoleh pada Rio. “Rio. Telepon Tim Dua. Setelah Sella menyelesaikan transfer data, berikan Andra akses yang dia butuhkan, dan biarkan dia kabur. Jika terjadi sesuatu pada transfer ini, atau jika Sella berkhianat, kita tahu siapa yang akan diburu pertama kali oleh Bara. Anggap saja Andra adalah pengorbanan politik kecil kita.”

Wajah Andra pucat pasi. Ia menyadari dia baru saja dipermainkan, tidak hanya oleh Sella, tetapi juga oleh Helena.

“Tidak! Kau tidak bisa! Aku bagian dari tim!” jerit Andra.

“Kau adalah pelarian, Andra,” koreksi Helena dingin. “Pelarian tidak memiliki hak, hanya rute. Pilihannya adalah melarikan diri, atau berakhir di rumah sakit seperti Edo. Tentu saja, kau harus berterima kasih pada Sella. Dia yang membeli waktu pelarianmu.”

Rio menyeret Andra ke pojok ruangan. Sella mengabaikan ratapan Andra, fokus sepenuhnya pada tugas di depannya.

“Duduklah di sini, Sella.” Helena menggeser sebuah laptop tipis. Layar laptop itu menampilkan antarmuka keamanan yang rumit, dipenuhi enkripsi berlapis.

“Sandi Andromeda adalah kunci yang membuka firewall terakhir sebelum Bara berhasil mengakses seluruh data keuangan,” jelas Helena. “Edo membuat sandi itu sangat pribadi, terkait dengan hal yang hanya diketahui oleh kalian berdua. Jika sandi ini salah, sistem akan otomatis melakukan lockdown penuh. Kita hanya punya satu kesempatan.”

Sella menelan ludah. Andromeda. Ia ingat malam itu. Edo yang memeluknya erat, di kamar penthouse mereka, sebelum krisis terjadi, ia pernah menyebutkan nama sandi itu.

‘Ini adalah namamu, Sayang,’ bisik Edo malam itu, jarinya mengetik kode keamanannya. ‘Kau adalah bintang paling terang, yang kucintai setelah ibuku. Hanya kau yang punya akses ini.’

Sella gemetar saat jarinya diletakkan di atas tombol. Rasa pengkhianatan yang mendalam membanjiri dirinya. Dia tidak mengkhianati perusahaan Edo; dia mengkhianati kepercayaan Edo padanya. Tetapi apa gunanya kepercayaan jika Edo sudah mati?

“Kau harus cepat, Sella. Jangan biarkan keraguanmu membunuh pria itu,” desak Helena, menunjuk grafik jantung Edo yang berdenyut perlahan.

Sella menarik napas, menghapus semua emosi. Dia adalah korban Andra yang sekarang menjadi penolong Edo. Dia harus melakukannya dengan sempurna.

“Aku siap,” katanya. “Ketikkan kode masuk perusahaan. Aku akan memasukkan Andromeda.”

Helena tersenyum tipis dan memasukkan urutan angka yang rumit. Kotak dialog terakhir muncul di layar, meminta Sandi Akses Sekunder. Andromeda.

Sella mengangkat jari-jarinya. Sandi itu sangat mudah: nama yang ia yakini Edo berikan padanya sebagai julukan pribadi. Dia mengetik dengan cepat. Semua mata di ruangan itu, termasuk Andra yang dipegangi Rio, terpusat pada layar.

*

Sistem menerima input. Garis loading muncul di layar, berwarna biru muda, bergerak sangat cepat. Beberapa detik yang terasa seperti jam.

“Berhasil!” seru Helena, tampak sedikit lega, bahkan manipulator sekaliber dia tidak sepenuhnya yakin dengan hasil ini.

“Sekarang, transfer data. Semuanya,” perintah Helena, mengarahkan Sella ke direktori target.

Sella menekan serangkaian perintah, tangannya dingin, tetapi hatinya sudah mengeras. File-file vital perusahaan mulai bergerak melintasi jaringan terenkripsi Helena.

Saat data berpindah, sebuah pop-up tiba-tiba muncul di layar Sella, jauh di sudut yang tidak diperhatikan oleh Helena, ditutupi oleh jendela transfer. Itu adalah jendela chat kecil. Namanya terenkripsi: Aether.

Aether? Sella mengerutkan kening. Itu adalah kode nama yang sangat jarang dia dengar dari Edo, biasanya hanya saat panggilan bisnis yang sangat rahasia.

Dia melihat teks masuk. Satu kalimat.

Aether: Kode Andromeda-mu salah, Sella. Itu sandi cadangan lama. Jangan sentuh apapun.

Jantung Sella serasa copot. Sandi cadangan? Apakah Edo sudah mencurigainya dan mengganti kode itu, atau mungkinkah...

Tiba-tiba, monitor besar yang menunjukkan data jantung Edo berkedip, menampilkan sebuah pesan yang sama sekali berbeda dari grafik EKG. Pesan itu hanya terdiri dari satu kata besar yang ditulis dalam kode Morse digital, yang Sella ingat dari pelatihan singkatnya dengan Edo: Pencurian.

Helena menyadari perubahan itu. “Apa yang kau lakukan? Kenapa sistemnya berubah? Kau berkhianat!” raung Helena, melompat berdiri, menarik pistol emas dari saku mantelnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa!” Sella berteriak, panik, pandangannya beralih dari monitor jantung yang kini menampilkan pesan peringatan, ke layar laptop yang masih mentransfer data.

Pesan lain muncul di jendela Aether.

Aether: Aku datang. Tunggu di sana.

Dan kemudian, hal yang paling tidak terduga terjadi. Sebuah alarm keamanan yang sangat keras dan memekakkan telinga memenuhi bunker itu, dan tepat di bawah teks 'Pencurian' di monitor jantung Edo, sebuah nama tiba-tiba muncul, dikirim dari rumah sakit melalui saluran darurat yang sama.

Nama itu membuat Rio membeku, Andra berhenti merintih, dan pistol Helena goyah di udara. Itu bukan Bara. Bukan pula Tim Keamanan Perusahaan.

Nama yang baru muncul, menggantikan detak jantung Edo yang tenang, adalah:

EDO TELAH...

1
Titi Dewi Wati
Jgn percaya sepenuhx dgn laki2, kita sebagai perempuan harus berani tegas
mandaour: Benar sekali, Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!