NovelToon NovelToon
Siapa Aku Di Sisimu?

Siapa Aku Di Sisimu?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Shalema

Sepuluh tahun ingatan Kirana terhapus. Saat membuka mata, Kirana mendapati dirinya sudah menikah dengan pria asing yang menyebutnya istri.

Namun, berbeda dengan kisah cinta yang diharapkan, pria itu tampak dingin. Tatapannya kosong, sikapnya kaku, seolah ia hanya beban yang harus dipikul.

Jika benar, Kirana istrinya, mengapa pria itu terlihat begitu jauh? Apakah ada cinta yang hilang bersama ingatannya, atau sejak awal cintanya memang tidak pernah ada.

Di antara kepingan kenangan yang terhapus, Kirana berusaha menemukan kebenaran--- tentang dirinya, tentang pernikahan itu, dan tentang cinta yang mungkin hanya semu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shalema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memasak untuk Barra

Kirana tidak bisa memejamkan matanya. Ia tidak bisa berpaling dari Barra. Ia menelusuri wajah tampan suaminya. Sekarang ia semakin yakin kalau sudah jatuh cinta pada Barra.

Kirana menghela nafas. SUAMI. Kirana coba meresapi kata itu ke dalam hatinya. Apakah kata itu yang membuatnya dengan mudah jatuh cinta pada Barra? Atau, cintanya memang sudah ada?

Di lihat dari sudut manapun, Barra itu pria yang baik. Pria yang bertanggung jawab. Dia mau merawat dan menjaganya selama ini, di mana banyak kesempatan untuk pergi.

"Kirana juga tanggung jawabku. Aku masih suaminya, Ma."

Kirana masih teringat ucapan Barra. Bagaimana jika Barra hanya menganggapnya sebagai beban tanggung jawab? Dan, hanya menunggu waktu sebelum betul-betul pergi meninggalkannya.

Badan Kirana menjadi dingin.

Tapi, Kirana teringat ciuman Barra di malam sebelum dirinya pulang ke rumah. Dan, tadi sore Barra kembali mengecup bibirnya.

Tangan Kirana terangkat menyentuh bibirnya. Meskipun sedikit, Kirana bisa merasakan cinta Barra di sana.

Belum lagi rumah ini. Dan, setiap malam Barra menemaninya tidur. Bukankah semua itu sudah menjadi bukti perhatian Barra untuknya. Perhatian sedikit banyak bisa dibilang bentuk cinta.

Lalu, apa yang membuat Barra menjaga jarak dan dingin padanya? Apa yang sesungguhnya terjadi? Kirana tidak bisa mengingatnya. Kirana duduk di sisi tempat tidurnya, masih menatap Barra.

"Aku kembali sebagai 'orang yang baru'" bisik Kirana mengingatkan dirinya sendiri.

Kirana ingat janjinya pada Mba Aya untuk membuka lembaran baru. Hidup baru, menjadi orang yang baru. "Aku akan membuat memori baru. Aku akan membuat memori baru dengan Mas Barra."

Kirana tersenyum. Aku hanya harus membuat Mas Barra jatuh cinta padaku, atau membuat cintanya yang dulu bersemi kembali, tekadnya sebelum memejamkan mata.

Semoga itu bisa membuat cintanya menjadi nyata bukan hanya cinta yang semu.

**********

Pagi-pagi sekali, Kirana terbangun. Ia melihat sofa baca di sudut ruangan sudah kosong. Artinya, Barra sudah bangun dan sedang menunaikan kewajiban paginya.

Kirana bergegas memutar kursi rodanya ke arah dapur. Ia ingin menyiapkan sarapan untuk Barra.

Kirana teringat ucapan mamanya. Mengambil hati pria itu bisa lewat perutnya. Kirana ingin mencobanya. Meski tidak bisa dibilang jago masak, Kirana selalu membantu mamanya didapur.

Kirana membuka pintu geser ke halaman belakang. Udara sejuk khas waktu fajar mengalir ke dalam. Kirana membuka kulkas mengambil bakso, udang dan cumi. Ia ingin membuat nasi goreng seafood. Ini adalah resep rahasia mamanya. Kirana menduga Barra akan menyukainya.

"Mba? Lagi apa?"

"Pagi, Bu Wulan. Aku sedang siapin sarapan."

"Aduh, gak usah, Mba. Biar saya saja. Nanti Mba Kirana capek, saya yang kena tegur Mas Barra."

"Gak apa-apa, Bu. Aku ingin memasak untuk suamiku. Bu Wulan tolong kerjakan yang lain saja."

Bu Wulan terpaku menatap Kirana yang sedang sibuk di meja dapur. "Memasak untuk suaminya?" bisiknya.

Kirana sedang asyik memasak saat terdengar suara Barra.

"Baunya enak, Bu. Bu Wulan masak a--?" Barra tidak menyelesaikan kalimatnya karena melihat bukan bu Wulan yang sedang sibuk di dapur.

"Sudah pulang dari mesjid, Mas?" Kirana hendak berjalan ke arah Barra. Namun, Barra sudah bergerak terlebih dahulu mendekatinya.

Kirana mencium tangan dan memberikan senyuman termanis untuk Barra. "Aku buatkan nasi goreng untuk Mas sarapan. Mas, mau makan dulu atau mandi?"

"Aku mandi dulu," pilih Barra. Suaranya datar. "Jangan terlalu lelah, Kira," ia mengingatkan sebelum berlalu ke lantai 2.

Kirana sudah siap di meja makan saat Barra turun kembali dari kamarnya. Sama seperti Barra, iapun sudah mandi. Kirana membiarkan rambut hitamnya tergerai.

Kirana berdiri akan mengambilkan piring untuk Barra. "Tidak usah! Aku bisa ambil sendiri," cegah Barra.

Kirana duduk kembali. Raut kekecewaan tampak jelas di wajahnya.

Mereka makan dalam diam. Kirana melirik suaminya. Barra makan dengan lahap. Hati Kirana bahagia.

"Mau tambah lagi Mas?" ujar Kirana melihat piring Barra sudah kosong.

"Masih ada?"

"Masih." Kirana mengambil piring Barra. Kali ini Barra tidak menolak. Kirana lalu mengisinya kembali.

"Terima kasih," ujar Barra pelan.

Kirana tersenyum. Ia juga mengambilkan air minum untuk Barra

"Aku berangkat dulu," ucap Barra setelah selesai menghabiskan isi piring untuk kedua kalinya.

Mas Barra pamit padaku.

Hati Kirana berbunga-bunga, karena untuk pertama kalinya sejak Kirana bangun dari koma, Barra pamit padanya saat akan berangkat ke kantor. Biasanya, baik saat di rumah sakit maupun di rumah, Barra hanya akan berpamitan pada bu Wulan.

"Iya Mas, hati-hati," Kirana mengantar Barra hingga pintu depan.

Kirana melihat Barra berhenti sesaat sebelum membuka pintu mobil. Memandang ke arah Kirana lalu melambaikan tangannya.

Kirana membalas lambaian tangan Barra dengan semangat.

***********

Kirana sedang berada di gazebo menikmati udara sore. Ia sedang berlatih berjalan, bolak-balik berkeliling gazebo.

"Bu, apa makanan kesukaan Mas Barra?"

Bu Wulan melihat Kirana dengan tatapan menyelidik.

"Ih, kenapa bu Wulan menatapku begitu?"

"Kenapa tanya?" tanya bu Wulan dengan ketus.

"Aku ini 'kan istrinya Mas Barra. Masa gak boleh tahu makanan kesukaannya."

"Kenapa sekarang?" tanya bu Wulan lagi.

Ada sesuatu di dalam mata Bu Wulan yang Kirana tidak mengerti.

"Apanya yang sekarang?" tanya Kirana heran.

Bu Wulan memunguti daun kering yang tercecer. "Ayam kecap. Itu makanan kesukaannya," sebut bu Wulan lalu bergegas ke belakang membuang daun kering.

Kirana duduk di atas kursi rodanya lalu membuka ponsel mencari resep ayam kecap terbaik.

"Bu, di kulkas ada ayam tidak?" tanya Kirana dengan mata berbinar, setelah bu Wulan kembali.

"Ada," jawab bu Wulan seraya mendorong kursi roda Kirana masuk ke dalam rumah.

"Nanti, bu Wulan tolong bantu aku ya. Aku udah baca resepnya tapi takut masih belum sesuai dengan seleranya Mas Barra," tutur Kirana dengan antusias.

Tiga puluh menit kemudian,

Ayam kecap ala Kirana sudah tersaji. Ia tersenyum bahagia melihatnya. Tadi, Kirana sudah meminta bu Wulan mencicipinya. Menurut bu Wulan rasanya sudah sesuai.

Kirana mendengar suara mobil memasuki halaman. Ia berdiri, merapikan dress dan rambutnya. Sekilas, ia melihat ke dalam cermin memastikan penampilannya.

"Sip. Cantik!" gumam Kirana merapikan jepit rambutnya.

Bu Wulan geleng-geleng melihat Kirana.

Kirana mendengar pintu depan dibuka. Ia berjalan perlahan ke arah Barra.

"Kira, kamu tidak perlu berjalan untuk menyambutku."

"Aku ingin menyambut suamiku sambil berdiri," ujar Kirana memasang wajah manis.

Barra menaruh tas dan jaketnya lalu menggendong Kirana. "Aku tidak mau kamu terlalu memaksakan diri."

Kirana mengalungkan tangan di leher Barra. Ia manatap mata Barra, dalam. "Aku sedang tidak memaksakan diri.

Kirana lalu merebahkan kepalanya di dada Barra. Ia bisa mendengar suara jantung Barra yang berdetak dengan cepat.

Barra menurunkan Kirana di atas kursi rodanya. "Aku mandi dulu," ucap Barra sebelum melangkah ke lantai 2.

Mereka bedua sudah duduk di meja makan. Kirana menatap Barra tidak berkedip. Seperti tadi pagi, Barra memakan masakan Kirana dengan lahap. Ini adalah ayam kecap ketiga Barra.

"Ayamnya enak bu Wulan. Beda dari biasanya. Lebih enak. Ibu tambahin apa?"

Bu Wulan melihat Kirana. "Bukan saya yang masak, Mas. Mba Kirana tadi yang masak."

Barra membeku. Ia berhenti mengunyah. Mengalihkan pandangannya pada Kirana yang sudah tersenyum manis.

"Alhamdulillah, kalau Mas Barra suka."

Raut wajah Barra berubah. Namun, tidak terbaca. Barra menundukkan wajahnya.

"Terima kasih, Kira. Iya, aku suka," balas Barra dengan sunggingan senyum di bibirnya.

"Kalau gitu, Mas habiskan ya. Aku masak khusus buat Mas Barra." Kirana menyedokkan beberapa potong ayam lagi ke piring Barra.

Srooot!! Suara seseorang membersihkan ingusnya.

Kirana menoleh ke arah bu Wulan. Dia sedang membersihkan hidungnya dengan tisu.

"Maaf..." katanya sebelum menghilang ke kamar mandi.

"Kamu juga makan!" pinta Barra menaruh satu potong ayam di piring Kirana.

"Iya, Mas!" jawab Kirana antusias.

Bonus visualisasi:

Albarraka Hutomo

Kirana Salsabila

1
sjulerjn29
salfok ya kir🤣
masih penasaran sih backstrory kirana seperti apa? sampe dirinya pun merasa asing..masih ada rahasia yang belum terpecahkan
Sarifah Aini
Barra bikin Kirana gemeteran 😅
Dewi Payang
Semoga hubungan Barra dan Kirana semakin membaik ya ke depannya.
Xlyzy
sulit kir karna ingatan itu tak kunjung kembali jadi kita tidak bisa memastikan nya takut nya di sisi lain kamu cinta sama bara namun di sisi lain kamu benci dia karna suatu alasan
Afriyeni Official
seperti punya siapa bara /Doubt/ ngomong yang jelas /Curse//Facepalm/
Afriyeni Official
Oma mau bantu ingetin, tapi Oma nggak kenal kamu Kirana 🤣
Afriyeni Official
apa itu hobi baru mu mungkin Kirana 🤔
mama Al
karena dia bukan teman yang baik. buktinya kamu seperti ini mereka tidak peduli.
mama Al
kelihatan teman-temannya bukan teman sejati.
Iyikadin
Jadi penasaran selanjutnya gimanaaa
Iyikadin
Hemm apa yang udah di perbuat nya ya
Iyikadin
Ciaelahhhh, apakah kauu terkagum kagum melihatnya
@dadan_kusuma89
Mungkin belum saatnya Mas Barra bercerita kepadamu, Kira! Sekarang lebih baik kamu tenang saja. Tunggu waktunya Barra menceritakan sendiri tanpa harus diminta.
@dadan_kusuma89
Beli satu kuintal kelengkengnya ya, Mas Barra!
Muffin🌸
Anggep aja yg haru yaa mungkin dia suka kmu tp km dulu cuek jd nya begitu
Muffin🌸
Mangkannya kira bobok bareng aja udaah
Muffin🌸
Dia kek nya keinget pas kecelakaannyabya ?
Dasyah🤍
banyak banget kalo ngak bisa kamu habiskan Rp nya bagi yah soalnya aku kere sekarang 🤣🙏
Dasyah🤍
Ambil sekalian tokonya boleh ngak mas 👉👈
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kenapa kirana jadi misterius bagi ku yaa😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!