Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.
"Sebentar, ini salah Paham!!."
"Kami bahkan ngga saling kenal."
Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.
Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.
Ikuti Kisahnya (^^)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kucing dan Rubah
Satu Minggu berlalu, Sekarang Alvian dan Aurora akan mengikuti ekstrakulikuler. Aurora sudah memakai dobok taekwondo, sedangkan Alvian memakai seragam basket.
Otot Alvian terlihat menawan karena baju basket itu tanpa lengan. Basket di lakukan di Outdoor hari ini, Alvian dan Bumi terlihat semakin akrab. Galang juga ada di sana, tapi Alvian terkesan menjaga batasan jika pada Galang.
Yuni adalah anggota Cherleders, dia datang membawa dua botol minum. Memberikan satu botol untuk Galang, dan satunya lagi untuk Alvian.
Bumi Mengkrenyit, dirinya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Alvian bahkan tidak melirik, dia berjalan menuju tempat duduknya dan mengambil minum sendiri.
Galang yang melihat itu terlihat kesal, Bumi muak sekali dengan perangai Galang yang aneh. Terlalu meratukan Yuni, sesuatu yang over sampai terlihat memuakan.
"Maksud Lo apa cuekin adik gue." Ucap Galang, menatap Alvian nyalang.
Alvian diam, menatap dingin. Aurora datang masih menggunakan seragam Taekwondo, berjalan membawa dua botol air minum dingin.
"AL!!." Panggil Aurora ceria.
Alvian menoleh, tersenyum manis ke arah Aurora. Aurora memberikan salah satu botol minum dan keduanya minum bersama, Bumi melihat itu dengan perasaan tenang.
"Ada kejadian menyenangkan hari ini." Ucap Aurora.
"Apa?." Alvian menatap penuh.
"Aku bisa beli minuman ini pake koin." Ucap Aurora bangga.
"Keren, Siapa yang ngajarin?." Alvian terlihat senang.
"Aku liat anak sebelumnya yang beli HAHAHAHA." Ucap Aurora tertawa lepas.
"Ra, gue ngga dikasih minum nih?." Bumi nyeletuk.
"Oh sorry mi, aku belum tau caranya beli tiga." Jujur Aurora.
"Hahahahaha, gimana ekstra Lo?." Bumi mendekat pada mereka.
"Bagus kok, tapi aku kena hukuman sih." Ucap Aurora kikuk.
"Hukuman apa?." Alvian khawatir.
"Tadi kan kita latian tendangan, nah aku tuh terlalu semangat. Pas tendangan muter, bukannya nendang samsak aku malah nendang burung Sabem nya." Cicit Aurora.
"Pfttt HAHAHAHAHAHAHAHA, anjir... hahaha ngakak banget... anjir." Bumi terpingkal.
Sedangkan Alvian justru merasa ngilu, reflek menutup kakinya. Membayangkan Aurora akan menendang burungnya jika dia berbuat salah.
"T-terus kamu di hukum apa?." Tanya Alvian.
"Split sampe jam ekstrakurikuler berakhir." Jawab Aurora.
"Heh, Lo belum jawab pertanyaan gue." Galang kembali mengusik.
"Apa? Lo ngga liat gue punya cewe." Alvian geram.
"Udah lah Lang, itu minumannya buat Lo aja. Lagian ngapain Yuni tiba-tiba ngasih minum ke anak baru? Alvian udah punya tunangan." Ucap Bumi.
"Apa salahnya dia ngasih." Sungut Galang.
"Kalo niatnya ngasih mending ngasih semuanya, lah itu cuma ngasih dua apaan. Sangaja banget itu." Julid Bumi.
"Brengsek, maksud Lo apa." Galang geram.
"Kenapa?." Aurora menatap dingin.
"Lain kali ajarin cowok Lo sopan santun, kalo ada yang ngasih minum itu diterima." Ucap Galang.
"Kak, udah kak. Aku nggapapa kok, mungkin Al emang ngga liat aja tadi." Ucap Yuni, berlari menghampiri.
"Lo berani ngasih minum ke cowo orang?." Suara Aurora terlihat dingin, mata nya menatap lurus tanpa berkedip.
"A-aku cuma mau ngasih aja, jangan salah paham." Lirih Yuni, merasa takut.
"Jaga mata Lo jalang." Bentak Galang.
Bugh..
Alvian membogem hidung Galang hingga tersungkur, Alvian menatap berang. Berani sekali dia merendahkan Istrinya.
"MAKSUD LO APA NGATAIN CEWEK GUE!!! MAJU SINI LO ANJING." Teriak Alvian.
Dion terlihat berlari menghampiri, Bumi berusaha melerai dan menenangkan Alvian. Kayden yang sedang lewat juga sempat mampir, sepertinya dia butuh tontonan.
"Kenapa nih?." Tanya Dion.
"Si Galang ngatain Aurora gara-gara Alvian nggamau Nerima air minum pemberian Yuni." Bumi menjelaskan dengan muak.
"Lang, udahlah. Ngga semuanya berputar sama Yuni, Lo keterlaluan kalo sampe maksa orang bahkan ngatain cewe orang." Dion menasihatinya dengan lelah.
Galang yang terpojok merasa kesal, dia hendak berbalik pergi. Namun suara dingin menghentikan langkahnya.
"Bentar." Ucap Aurora.
"Apa Lag___
PLAKKKK
Tamparan keras menggema di sana, Aurora menampar Galang hingga terhuyung. Itu adalah balasan karena berani merendahkan dirinya.
Soraya yang sejak tadi mengamati terkejut, merasa iri dengan keberanian Aurora. Apalagi ada pria tampan yang mendukung dan membelanya.
"Enak kan? kamu suka nampar orang, jangan marah kalo di tampar orang." Ucap Aurora santai.
Soraya yang mendengar itu mematung, merasa konyol. Padahal Aurora tidak sedang membelanya, tapi kenapa dia merasa senang.
Galang pergi dengan wajah memerah marah, di ikuti Yuni. Para murid yang tadinya menonton mulai membubarkan diri, mereka cukup takut melihat kemarahan Alvian karena pacarnya di hina.
Membuat mereka iri, apalagi sikap berani Aurora, yang tetap berdiri di kakinya sendiri, meskipun Pacarnya selalu membela dan pasang badan.
"Kacau, gue pikir bakal ada pertumpahan darah." Ucap Bumi lega.
"Maaf ya." Aurora merasa tidak enak.
"Kalian nggapapa kan?." Dion terlihat pusing.
"Cape banget ladenin orang tolol." Ucap Kayden.
"M-maaf, hehe." Aurora mengira dirinya yang dikatai tolol.
"Bukan Lo, si Galang yang tolol." Ucap Kayden, meluruskan.
"Oh gitu, soalnya aku juga tolol." Lirih Aurora.
"Hahahahaha, bisa aja Lo, Ra." Bumi ngakak.
"Tenang aja Al, harusnya dia udah tau kalo Lo paling ga bisa kalo soal Aurora." Ucap Dion.
"Dia ngatain cewek gue jalang, bangsat. Padahal adik dia itu yang lebih mirip jalang, ngapain dia ngasih minum ke gue yang jelas jelas ngga kenal sama dia." Alvian marah.
"Emang gitu, unik ya." Dion juga lelah.
Setelah itu mereka ganti baju dan bersiap istirahat. Mereka ke kantin dan duduk di meja yang sama, sepertinya Dion, Bumi dan Kayden menerima Alvian sebagai teman. Aurora jadi merasa senang.
Saat sedang makan, Aurora melihat Soraya berdiri sendirian memegang nampan. Dia celingukan mencari meja kosong, karena kebetulan meja sebelahnya kosong Aurora pun melambaikan tangannya.
"Sebelah sini aja, masih kosong." Ucap Aurora.
Soraya terlihat terkejut, tapi tetap mendekat dengan canggung. Jika diliat lebih dekat, sebenarnya Soraya ini kasihan. Entah kemana perginya teman-temannya yang kemarin, tapi sepertinya dia terlihat kacau.
"Gue gabung ya, mejanya penuh." Ucap Soraya.
"Iya, Sans." Jawab Bumi.
Soraya duduk di samping Aurora, dia duduk dengan kikuk dan mulai makan. Aurora mencium bau aneh, seperti aroma minyak telon.
"Kamu sakit ya." Celetuk Aurora.
Deg.
"Eh, ngga kok. Kenapa?." Soraya terlihat malu.
"Kamu keliatan pucat, kalo sakit mending ke UKS aja." Ucap Aurora.
"Ngga kok, gue oke." Soraya terlihat tersipu.
"Kebetulan aku juga mau ke UKS abis ini, mau bareng?." Ajak Aurora.
"Pergi aja Sora, Aurora belum tau UKS dimana." Timpal Bumi.
"Oke." Jawab Soraya.
Aurora menatap Alvian, seakan meminta izin untuk pergi. Alvian mengangguk mengizinkan, meskipun dirinya akan tetap mengikuti dari belakang nanti.
Aurora berjalan beriringan dengan Soraya, Mereka tinggi hanya saja Soraya sedikit lebih tinggi dan terlihat lebih dewasa. Aurora terlihat imut dan polos, tapi ada kesan misterius.
Sampai UKS, Soraya di periksa sedangkan Aurora hanya menimbang berat badan. Aurora sudah naik banyak, dia jadi lebih pulen dan tinggi proporsional.
"Soraya, kamu kayaknya di sini dulu deh. Kamu sakit kan? aku ambilin izin pulang aja." Ucap Aurora.
"Nggausah." Tolak Soraya.
Aurora hanya tersenyum tipis, dia duduk di samping Brangkar UKS. Soraya terlihat Canggung, karena tatapan Aurora yang intens dan menakutkan.
"Lo bisa pergi." Ucap Soraya.
"Nggapapa, aku disini aja." Ucap Aurora.
Tak lama berselang, Alvian bersama Dion, Bumi dan Kayden datang. Mereka mendekati Brangkar Soraya, Soraya merasa kikuk dan malu.
"Ngapain pada kesini." Soraya terlihat ketus, tapi pipinya bersemu.
"Ternyata Lo bisa sakit ya Sora." Ujar Bumi.
"Bacot." Kesal Soraya.
Kayden tidak banyak bicara, meletakan tangannya di dahi Soraya. Kulitnya terasa terbakar, artinya Soraya benar-benar demam dan sakit. Bukan pura-pura, Soraya menegang tidak menyangka Pria tembok seperti Kayden mau menyentuhnya.
"Sakit beneran, mungkin bentar lagi mati." Ucap Kayden.
"Hah?!." Aurora mengira itu sungguhan.
"Nggak, dia emang gitu, Ra." Ucap Dion.
Soraya merasa senang tapi juga tidak nyaman, dia sudah merasa lebih baik setelah minum obat dan mana Buah. Dia memutuskan kembali ke kelas saja, Aurora dan yang lain juga ikut ke kelas.