Meri menjadi berubah seratus persen setelah kematian Mama nya satu bulan yang lalu, anak bungsu ini menjadi sangat menakutkan bagi para saudara nya. tidak bisa lagi mereka mau tidur dengan tenang, di tambah kematian Mama mereka yang masih jadi misteri.
Ada apa kah dengan Meri?
Apa penyebab kematian Mama Meri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. pandangan Om Burhan
Tarik nafas buang nafas, itu yang Mela lakukan sekarang karena pemandangan yang ada di depan mata sungguh luar biasa sekali untuk di maklumi. Meri sudah ada di dapur setelah mereka semua sibuk mencari nya kemana mana, ternyata dia sedang memasak makanan yang berbahan dasar daging karena kulkas mereka memang serba ada.
Namun yang membuat mereka ngilu itu adalah tangan Meri, begitu indah nya menari nari di atas pemanggang dan sama sekali tidak kesakitan atau kepanasan walau wajan itu sangat panas sekali seolah itu tidak ada sedikit pun menyengat diri nya, semua yang ada di sana pun menjadi tambah merinding tidak karuan.
Ada yang tidak beres memang pada diri gadis delapan belas tahun ini, benar kata pria yang di bawa oleh Ernan tadi, entah dosa masa lalu apa yang membuat Meri sekarang berada dalam cengkeraman iblis dan nanti mereka juga tidak tau cara melepaskan nya bagai mana karena mereka tidak paham cara tersebut.
Ini hanya berharap penuh pada Sadewa yang sedang meminta bantuan juga pada teman nya, barang kali saja memang bisa membantu. Om Burhan juga sudah tidak ada keraguan sama sekali, karena dia melihat bagai mana tembok kamar Meri berdarah darah, bahkan sampai langit nya juga berdarah banyak sehingga membuat diri nya sangat ngeri.
"Meri, lagi buat apa?" Mai mendekati adik nya walau jantung berdegup kencang.
Yang lain masih melongo karena di buat heran seperti atraksi debus saja kelakuan gadis satu ini, Mai yang berani mendekati walau hati juga ketar ketir tidak karuan takut bila tiba tiba saja di tepis seperti Devan dan langsung meninggal dunia, Sadewa juga sudah memberikan peringatan kalau arwah di sini ingin mereka semua mati.
Jadi besar kemungkinan nya kalau mereka semua bakal di bantai oleh Meri, hanya waktu nya saja yang tidak tau kapan akan terjadi. sebisa mungkin mereka harus mencegah nya, masa iya satu keluarga akan habis dia bantai semua dan itu atas dasar dendam apa yang di buat nya sehingga sampai marah begitu.
"Aku masak lah, Kakak tidak lihat aku sedang memasak daging?" Meri menatap Mai tajam.
"Spatula nya mana? nanti tangan mu panas." ujar Mai lembut.
"Ternyata dia sangat di perhatikan ya dalam keluarga ini." seringai Meri tiba tiba.
"MAI!" Ervan menarik istri nya agar segera menjauh karena gelagat Meri tidak bagus.
"Hahahaaaa...kau takut istri nya celaka kah?" Meri menatap Ervan yang barusan menarik Mai.
"Siapa pun kau yang ada di tubuh adik ku, tolong pergi lah jangan ganggu dia." pinta Mela sambil menangis.
Meri yang mendengar nya malah tertawa terbahak bahak karena dia benci sekali melihat tangisan seperti itu, kilat mata nya juga sangat berbeda. namun belum sempat dia bereaksi apa apa, tiba tiba tertunduk dan tubuh nya lemas hingga jatuh di lantai dan kelihatan sekali seperti orang yang sedang bingung.
"Ada apa ini?" Meri menatap semua nya dengan wajah bingung.
"Mer? kamu sudah sadar kah!" Mai memegang tangan adik nya yang terasa hangat.
"Aku kenapa, Kak?" Meri malah balik bertanya karena dia tidak sadar apa yang sudah terjadi.
"Tidak apa apa, ayo istirahat dulu biar kamu tidak lelah." ajak Mela berusaha menahan tangis nya.
Ernan dan Ervan saling pandang karena adik mereka memang sudah sangat parah ini gangguan nya, bahkan Meri sendiri tidak sadar apa yang sudah dia lakukan saat ini, begitu tersadar justru bingung dan tidak tau apa yang sudah terjadi sebenar nya pada diri sendiri atau pun yang lain.
"Oh iya aku dari kemarin tidak melihat Bang Devan, apa dia sedang keluar kota?" Meri menatap saudara nya.
"Kak Inara juga kemana, apa dia ikut Bang Devan?" tanya Meri lagi.
"Jadi dia sama sekali tidak sadar kah?" gumam Ernan pelan karena Meri malah bertanya.
"Iya, mereka lagi keluar kota." angguk Mela akhir nya karena mau menjelaskan pun sia sia saja rasa nya.
"Oh gitu, ya sudah aku mau masuk kamar dulu ya." pamit Meri sudah lupa dengan masakan yang dia buat.
"Mer, bagai mana kalau pindah kamar saja ya?" Om Burhan menghadang langkah keponakan nya.
"Kenapa, Om?" Meri bingung karena mendadak saja di suruh pindah kamar.
Om Burhan berpikir mungkin saja Meri bisa sedikit waras apa bila keluar dari kamar mengerikan itu, sebab kalau dia tetap tinggal di sana maka dia tidak akan pernah bisa lepas dari bayang bayang mengerikan yang mereka juga sama sekali tidak tau asal nya dari mana.
"Enggak mau lah, kamar itu sudah jadi tempat ternyaman aku." tolak Meri langsung.
"Om baru baca fengsui, kata nya yang anak gadis malah lebih bagus tidur di kamar paling depan." bujuk Om Burhan lagi.
"Paling depan kan kamar nya Mama, masa aku tidur sana." protes Meri.
"Bukan kah itu lebih baik, dik? kamu bisa mengobati rasa rindu pada Mama!" bujuk Ervan juga.
Namun tidak di jawab oleh Meri karena dia tidak setuju apa bila sampai harus pindah kamar di paling depan, hati nya sudah melekat dengan kamar ini dan tidak bisa mau di gantikan lagi sampai kapan pun. entah itu memang karena dia nyaman, atau karena sudah terikat oleh sesuatu yang mereka tidak tau pasti juga itu apa.
"SILUMAN ULAR!" Tante Rindu yang baru sadar dari pingsan nya langsung menjerit.
"Tante kenapa?" Mela yang tidak tau kejadian nya menjadi sangat bingung.
"Astaga, itu...itu tadi apa?!" Om Burhan kaku ketika melihat di dalam kamar Meri yang sempat terbuka dan kembali tertutup.
"Itu pasti siluman ular, teman mu itu siluman ular!" Tante Rindu malah menyahut kian rumit.
"Tante bicara apa sih, Om juga melihat apa?" Mela mumet sekali rasa nya.
"Aku melihat Meri berdiri dengan rambut yang tegang keatas semua, Mel!" tutur Om Burhan serius.
"Mana mungkin lah, dia barusan tidak tegak dan mari kita istirahat dulu karena aku pusing sekali." Mela rasa nya lelah tubuh dan juga pikiran sehingga memilih masuk kamar juga.
"Bang, percaya padaku kalau teman nya Ernan tadi adalah siluman ular!" Tante Rindu berusaha meyakinkan Om Burhan.
"Biar lah dia menelan mu bila memang siluman." jawab Om Burhan juga karena dia masih tidak percaya dengan apa yang sudah dia lihat.
Ernan dan Ervan hanya bisa menarik nafas karena lagi lagi ini masih masalah buntu, mereka percaya dengan pandangan nya Om Burhan tapi tidak bisa juga mau berbuat apa apa karena tidak tau cara nya, Sadewa yang paham hal ghaib saja merasa tidak sanggup dan masih meminta tolong pada teman nya di kampung.
Selamat pagi besty, mata ngantuk habis begadang ini.
belum tahu ja kebengisan Arya gmn,, jgn macam-macam dech, kok malah nantangin 🤦🏻♀️🤦🏻♀️😤😤😤
ini siervan cari gara2 dia udh mau Arya menolong malah belok pula karna tawar orang lain ini kalu purnama yg nangani udh kn bnting dia
Arya membantu tanpa imbalan adu gmn sich cara mereka berfikir
yakin lh Arya pasti bisa menangani kasus ini
kak author nanti bikin Arya JD pangeran yg luar biasa ya hbt nya
bingung si boleh,,,tapi kan ini seolah tdak prcaya sama arya,bukan masalah brg ny susah dicari 😒
aduh Arya jgn gegabah deh,,soalnya mba pur jg lg tempur sm si asu jd blm bs bantu,,nurut aja apa kata Maharani,,🙁