NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: tamat
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Tamat
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Rumah keluarga Bagaskara pagi itu kembali terasa ramai. Tidak hanya oleh suara Arini yang memberi instruksi pada para asisten rumah tangga, atau Bagas yang sibuk di ruang kerjanya, melainkan juga oleh kehadiran tamu-tamu baru.

Arka dan Aksa baru saja pulang sekolah, dan kali ini mereka membawa lima sahabat dekat mereka. Kelimanya adalah teman sekelas yang juga tergabung dalam sebuah kelompok belajar, ditugaskan guru untuk mengerjakan proyek sains bersama.

“Masuk aja, rumah sendiri,” ujar Arka santai, mendorong pintu lebar-lebar.

Kelima sahabat itu menatap kagum. Rumah besar keluarga Bagaskara benar-benar megah. Pilar-pilar tinggi, ruang tamu luas dengan chandelier berkilau, dan aroma harum dari dapur yang samar-samar tercium.

“Gila sih… ini rumah atau istana?” celetuk Dimas, salah satu sahabat yang paling cerewet.

“Udah biasa aja, Dim,” potong Aksa sambil tersenyum tipis. “Kalau kamu norak begini terus, bisa diketawain Papa sama Mama.”

Mereka pun tertawa kecil.

Di ruang kerja lantai dua, Celin masih tenggelam dengan laptopnya. Matanya lelah, rambutnya hanya dikuncir seadanya. Sejak pagi ia sudah menumpuk berkas-berkas laporan untuk Papa, padahal sudah berjanji pada adik-adiknya untuk mengurangi beban kerja. Tapi Celin sulit melepaskan kebiasaannya.

Perutnya mulai lapar, dan ketika jam hampir menunjukkan pukul tiga sore, ia akhirnya menutup laptop. “Kayaknya aku harus cari makanan dulu,” gumamnya pelan.

Tanpa sempat bercermin atau mengganti baju, Celin keluar kamar dengan celana pendek longgar, kaos rumah bergambar karakter kartun, dan rambut panjangnya yang dikuncir asal. Kakinya tanpa alas.

Ia menuruni tangga sambil menguap kecil, lalu memanggil.

“Dek! Kakak laper. Ada yang bisa nemenin makan nggak?”

Suara itu langsung membuat Arka menoleh. Ia yang sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di ruang tamu spontan tersenyum nakal.

Mata semua sahabat kembar langsung tertuju pada sosok gadis mungil yang baru muncul dari tangga.

Gadis itu terlihat sederhana, namun justru itulah yang membuatnya memikat. Kulitnya bersih, wajahnya manis dengan mata yang jernih. Dengan kaos rumahan dan rambut asal dikuncir, ia lebih terlihat seperti siswi SMA ketimbang kakak mahasiswa yang sibuk rapat bisnis.

“Eh… itu adik kalian?” bisik Reno, sahabat berkacamata yang duduk paling pojok.

Arka menahan tawa, sedangkan Aksa hanya menghela napas.

Celin menuruni tangga tanpa menyadari tatapan-tatapan itu. Ia menoleh ke arah kembar. “Dek, Mama Papa kan lagi ke luar kota, Bibi juga pulang kampung. Kalian udah makan? Kalau belum, kakak masakin aja.”

“Gak usah, Kak. Biar aku pesanin makanan,” sahut Aksa cepat.

“Gak usah deh. Kakak masak aja. Kalian mau apa?” Celin berjalan mendekat sambil mengikat rambut panjangnya lebih rapi.

Dan barulah saat itu ia menyadari ada lima orang asing di ruang tamu. Semuanya cowok. Semuanya menatapnya.

Celin spontan berhenti. Wajahnya memerah.

“Eh… ada tamu ya?” suaranya lirih, canggung.

Dimas langsung berbisik keras-keras ke Arka, “Ya ampun, lucu banget! Kembar, kenalin dong adik kecil kalian.”

Arka tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia menepuk bahu Celin. “Kenalin, ini Kak Celin. Kakak kami, bukan adik.”

“APA?!” serempak lima pasang mata terbelalak.

Celin makin salah tingkah. “Kakak? Bukan… adik kalian?” tanya salah satu, Fajar, yang biasanya paling tenang.

“Yap,” jawab Aksa santai. “Kakak kami, Celia Bagaskara. Panggil aja Kak Celin.”

Ruangan langsung riuh.

“Gak mungkin! Mukanya baby face banget!”

“Serius Kakak? Aku kira kelas sepuluh SMA.”

“Gila sih, pantes Arka sama Aksa nggak pernah bawa cewek ke rumah. Ternyata ada dewi rumahnya sendiri.”

Celin menunduk, menutup wajah dengan kedua tangan. “Aduh, jangan dilebih-lebihin…”

Namun, di antara semua sahabat yang ribut itu, ada satu yang diam sejak tadi. Ia duduk di ujung sofa, tubuh tegap, wajah serius, dan tatapannya fokus hanya pada Celin. Namanya Cakra.

Ia jarang bicara, dikenal sebagai salah satu murid jenius di kelas, selalu tenang dan dingin. Namun saat melihat Celin, jantungnya berdebar aneh. Rasanya seperti ada aliran listrik yang menyambar.

Ia melihat Celin bukan sebagai “adik kembar” atau “pewaris Bagaskara”, melainkan hanya sebagai dirinya: seorang gadis sederhana yang dengan polos keluar rumah tanpa make up, tanpa gaya, namun memancarkan pesona alami.

Cakra menunduk cepat, berusaha menetralkan dadanya yang berdegup kencang.

Sementara itu, Dimas sudah lebih dulu mendekati Celin. “Kak Celin, seriusan Kakak kuliah? Kok bisa awet muda gini sih? Ada tips nggak?”

Celin tersenyum kaku. “Hehe… nggak ada tips apa-apa. Mungkin karena aku sering lupa tidur.”

“Lupa tidur kok jadi makin cantik, bukan makin kusam?” goda Dimas lagi.

Arka langsung menepuk kepalanya. “Hei, jangan godain Kakak gue sembarangan!”

Semua tertawa. Celin mencoba ikut tertawa, walau hatinya masih deg-degan karena diperhatikan begitu banyak mata asing.

“Aku ke dapur dulu, deh. Biar siapin makanan.”

“Aku ikut, Kak,” potong Aksa cepat, bangkit dari kursi.

“Eh, aku juga!” seru Dimas.

“Jangan rame-rame, nanti malah gangguin Kak Celin,” kata Aksa menahan.

Celin tersenyum kecil. “Nggak apa-apa. Tapi… mungkin biar lebih cepat, aku masak yang gampang aja.”

“Kalau begitu, aku bantu juga,” tiba-tiba suara dalam dan tenang terdengar.

Semua menoleh. Itu suara Cakra

Celin kaget. Ia menoleh ke arah pemilik suara itu. Seorang pria dengan tatapan dingin, namun ada sesuatu di matanya yang lembut.

“Kamu… mau bantu?” tanya Celin ragu.

Cakra berdiri perlahan. “Aku biasa masak di rumah. Jadi mungkin bisa membantu.”

Arka melongo. “Gila, baru kali ini gue denger Cakra ngomong lebih dari lima kata.”

Aksa melirik tajam, seakan tahu ada sesuatu berbeda dari tatapan Cakra pada kakaknya.

Celin tersenyum kecil. “Kalau begitu, ayo. Kita masak bareng.”

Mereka pun menuju dapur. Celin mengambil beberapa bahan sederhana: telur, sosis, sayuran. Raka berdiri di sampingnya, tenang, memperhatikan.

“Biasanya Kak Celin masak apa?” tanya Cakra pelan.

“Yang gampang-gampang aja. Telur dadar, mi goreng, sup sederhana…” Celin tertawa kecil. “Nggak terlalu pintar masak sih.”

Cakra mengambil pisau, mulai memotong sayuran dengan cekatan. Gerakannya tenang, rapi.

Celin terpesona sejenak. “Kamu jago juga ya.”

Cakra hanya mengangguk. “Terbiasa.”

Keheningan nyaman tercipta. Berbeda dengan sahabat-sahabat lain yang ramai, Cakra justru membuat Celin merasa tenang. Ada sesuatu dalam sikapnya yang membuat Celin tidak merasa dinilai atau digoda berlebihan.

Dan tanpa sadar, keduanya saling bertukar senyum singkat.

Di ruang tamu, sahabat-sahabat lain sibuk membicarakan hal lain. Tapi Arka dan Aksa saling melirik. Ada sesuatu yang berbeda dari cara Cakra memandang kakak mereka.

Sementara celin terlihat biasa saja tidak ada giliran aneh dia pintar tapi polos

Bersambung…

1
Nana Niez
itu baru namanya cewek canggih,,, kerennnn,, aq sukaaaa
Nana Niez
ah othor bikin terharuuuu, 😭
nuraeinieni
celin anak manis
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
ceritanya seru banget, banyak pelajaran yang diambil, salah satunya belajar untuk saling menyayangi walaupun mereka saudara tak sedarah...
🔴≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
makasih banyak kak untuk ceritanya... semoga sukses selalu ya kak, ditunggu novel-novel terbarunya
Tiara Bella
bagus ceritanya Thor....belum tentu aku bisa bikin dan merangkai kata² ya kan
Dewiendahsetiowati
terima kasih untuk ceritanya dan ditunggu karya selanjutnya thor
Rohmi Yatun
makasih Thor.. ditunggu karya selanjutnya 🌹🌹👍
Sulfia Nuriawati
kalo semua wanita berhati spt arini g akan ada anak²yg d adopsi cm utk mancing anak, trus pny anak sendiri anak adopsi d terlantarkan atw d beda²kan dlm segala hal
Tiara Bella
nangis aku....hik...hik....
nuraeinieni
kasian celin
nuraeinieni
aduh mewek juga bacanya
nuraeinieni
aq mampir thor
Tiara Bella
gercep bngt Cakra hbs wisuda langsung lamar Celin..... mantap thor
Rohmi Yatun
cerita yang luar biasa🌹🌹🌹🌹 👍
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
degdegan bacanya tkt Celin sm Cakra ketangkep sm Victor....twnya si Victor malah kabur
Tiara Bella
lanjut Thor biasanya 2 bab
Tiara Bella
ceritanya bagus
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!