NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Time Travel / Cinta Terlarang
Popularitas:764
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bisikan hati yang hancur

“Ih, kamu mah gitu, gak solid ,main rahasia-rahasiaan sama temen sendiri" celetuk Arumi, setengah bercanda.

Aku menggeleng pelan, menahan tawa, “Lagian kenapa nanya begituan? Denger ya, cinta, aku itu sekarang gak suka sama siapapun. Aku lagi fokus memperbaiki diri dulu.”

Arumi tersenyum, sedikit mengangkat bahu, tapi matanya tetap penasaran. Suasana tetap hangat, ringan, dan penuh canda.

Arumi menatapku dengan rasa penasaran yang khas. “Eh, Ghea, terus di sekolah barumu, kamu dapat temen baru gak sih?”

Aku tersenyum, mengingat kembali hari-hari awal di sekolah baru. “Iya dong rum . Aku dapat satu temen yang deket banget sama aku, namanya Yena. Dia sahabat aku, selalu ada buat aku, dia yang paling ngerti aku di sekolah.”

“Wah, keren dong! Pasti seru ya punya temen yang bener-bener support kamu. Jadi gak kerasa asing gitu di tempat baru.”seru Arumi.

Aku tersenyum hangat, merasa lega bisa berbagi tentang Yena. “Iya, rum. Dia bikin aku lebih nyaman, dan aku bisa cerita apa aja sama dia, bahkan tentang masalah pribadi yang berat sekalipun.”

Arumi tersenyum lebar, “Wah, berarti Yena tuh temen yang solid banget ya. Untung deh kamu punya dia.”

“Iya, kamu juga, rum. Dan juga Kalian temen baik aku yang selalu ngerti aku,” ucapku tulus, menekankan rasa terima kasihku padanya.

Arumi tersenyum lebar, matanya berbinar. “Ah, Ghea, seneng deh denger gitu. Temen tuh emang harus saling support, kan?”

Aku mengangguk, merasa hangat di hati. Suasana di ruang tamu begitu akrab, penuh tawa ringan dan percakapan yang menyenangkan.

Beberapa saat kemudian, Arumi bersiap untuk pulang.

“Aku pamit dulu ya, Ghea,” ucapnya sambil merapikan tasnya.

Aku menatapnya, sedikit cemas, “Eh, kenapa gak nginep aja? Seru kan kalau malam ini kita bisa ngobrol lagi.”

Arumi tersenyum canggung sambil menggeleng, “Ah, gak bisa, Ghea nanti mamaku marah kalau aku nginep. Jadi mending aku pulang aja.”

Aku mengangguk pelan, sedikit menahan tawa, “Yaudah deh, rum… lain kali aja ya.”

Arumi tersenyum hangat, memberi salam perpisahan sebelum akhirnya melangkah keluar. Aku menatap pintu sejenak, tersenyum, merasa hangat meski hari itu kita berpisah.

Aku pun kembali ke kamarku. Sunyi dan hening seperti biasanya, hanya suara detak jam yang menemani. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, ponsel di tangan, sambil scroll Instagram.

Tiba-tiba mataku berhenti pada sebuah postingan foto Nancy yang diunggah Reza.

Tubuhnya sempurna, wajahnya cantik, senyumnya menawan. Dadaku sesak, campuran antara iri dan sakit hati. Aku tidak bisa menerima kenyataan itu, bahwa Reza begitu mencintai wanita lain, sementara aku hanya menjadi bayangan dari rasa cintanya yang pernah ada.

Aku menunduk, menutup mata sejenak, menarik napas panjang. Hati ini terasa hancur.

Aku menatap layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Nancy, dengan tubuh hourglass-nya, payudara besar, dan senyum menawan, seolah menantang semua insekuritasku.

Sedangkan aku tubuh kurus, payudara kecil, wajah penuh jerawat, tak secantik dia.

Wajar saja jika Reza memilih wanita itu daripada aku, pikirku getir.

Bahkan meskipun aku dulu sudah melakukan segalanya demi dia, mengorbankan diri sendiri, tetap saja itu tak membuatku cukup di matanya.

Semua rasa sakit dan pengorbananku seolah dilipatgandakan oleh kenyataan pahit itu.

Aku sadar sekarang di matanya, aku tak lebih dari seorang babu, bahkan seperti pelacur gratisan. Hanya dipakai untuk memuaskan nafsunya, tanpa sedikit pun rasa cinta atau penghargaan.

Air mata menetes tanpa bisa kutahan, sementara dada terasa sesak.

Aku menatap layar ponsel lagi, dada terasa sesak. Nancy cantik, tubuhnya sempurna, aura yang memesona seolah sudah ditakdirkan untuk Reza.

Dalam benakku, aku membayangkan dia akan menjadi istri, ibu dari anak-anaknya, tempat Reza menumpahkan cinta dan kasih sayangnya.

Sementara aku, yang sudah memberikan segalanya, hanya tersisa luka dan rasa hampa. Perasaan ini begitu pahit, tapi di sisi lain, bayangan itu membuatku sadar: "aku harus cantik,jika aku gak cantik aku gak bakalan di hargai,seberapa baik pun attitude ku,tidak akan berharga jika aku tidak cantik, seberapa besarpun pengorbanan ku tidak akan di cintai,karena aku jelek"

Aku berdiri di depan cermin, menatap bayangan diriku sendiri. Wajah yang kusayang sekaligus kubenci menatap balik dengan ekspresi hampa.

Jerawat di pipi, tubuh kurus, dan mata yang sembab membuatku semakin merasa tak berharga.

“Kenapa aku harus terlahir seperti ini?” bisikku pelan, hampir tak terdengar, namun penuh amarah dan kesedihan. Hatinya terasa berat, penuh kebencian pada diri sendiri.

Sungguh Aku ingin menutup mata, menghilang dari semua rasa sakit ini, tapi di balik semua itu aku begitu mencintainya Reza,bahkan melebihi cintaku pada diriku sendiri,tanpanya bagaikan kehilangan setengah satu jiwaku.

Aku menatap diriku di cermin lebih lama, napas tersengal di dada.

“Andai wajah ini cantik, dan aku tobrut, pasti kamu bakal cinta aku, kan, Rez?” ucapku pelan pada diriku sendiri, suaraku bergetar, penuh harap sekaligus putus asa.

Bayangan diriku menatap balik dengan mata kosong, tapi hatiku terasa meledak antara rindu, iri, dan sakit hati.

Aku terjatuh di tepi kasur, menutup wajah dengan kedua tangan, menjerit dalam hati yang penuh amarah.

“Kenapa aku harus mencintai orang lain, ya Tuhan?!” teriakku keras, suaraku bergema di kamar yang sunyi.

“Kenapa semesta tidak mengizinkanku untuk dicintai?”

Air mata mengalir deras. “Reza,kau gak salah, kau berhak memilih, berhak mencintai siapa pun. Karena laki-laki itu pada dasarnya memilih dan membeli,Tapi aku, apa hargaku?,aku hanya gadis jelek dan murahan.Seberapa banyak pun aku berbuat baik, seberapa banyak pun aku nurut sama kamu,kamu gak akan pernah cinta sama aku. Kamu akan selalu mencintai wanita yang lebih cantik, lebih sempurna dari aku. Kenapa wajahku harus jelek? Kenapa tubuhku harus gak mantap?”

Rasa sakit itu menyesak dada, membuat napasku tercekat. Dunia terasa begitu tidak adil, dan aku hanya bisa menundukkan kepala, membiarkan amarah dan kesedihan menghantam diriku sendiri tanpa henti.

Jujur saja, semua tawa dan canda yang terjadi siang itu hanyalah topeng. Di balik senyum yang kusebar, hatiku hancur.

Aku selalu merasa insecure setengah mati, benci pada diri sendiri karena merasa tak cukup,tidak cantik,dan semua itu bukanlah sekadar fatamorgana melainkan kenyataan yang tak bisa di tentang siapapun.

aku tidak secantik, tidak seindah, tidak selayaknya orang lain.

Setiap kata yang kuucapkan, setiap tawa yang kuberikan, hanyalah upaya sia-sia menutupi rasa sakit yang bergejolak di dalam dada.

Dan kini, ketika kesunyian menyelimuti kamarku, semua itu kembali menghantui, menekanku dengan kenyataan pahit.

Aku menatap langit-langit kamar, suara hatiku pecah dalam kesunyian.

“Kenapa aku harus diciptakan, kalau hanya untuk dihina oleh semesta?” ucapku, seolah-olah langsung berbicara pada Tuhan. Kata-kata itu penuh luka, amarah, dan kebingungan, menumpahkan semua rasa sakit yang bergejolak di dalam dada.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!