NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Seminggu berlalu, Lily telah sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasanya. Rosa dan Toni juga silih berganti menemui Lily di rumahnya ataupun di tokonya. Rosa maupun Toni sangat memperhatikan kesehatan Lily sebagai teman dekat mereka. Sore itu, Rosa bertugas di rumah sakit dan kebetulan Rosa praktek sore sampai malam. Rosa berjalan santai di lorong-lorong rumah sakit, pandangannya tertuju pada sepasang suami istri yang sedang duduk di ruang tunggu. Rosa tertegun karena dia mengenali wajah suami dari wanita itu.

Rosa: "Itu Hans." gumannya. Rosa kembali berjalan, dia harus melewati tempat duduk Hans dan Dewi untuk masuk ke dalam ruangannya sendiri. Ruangan praktek Rosa berdekatan dengan ruangan untuk memeriksa kandungan. Hans melihat Rosa yang berjalan melewatinya.

Hans: "Hai, Rosa." sapanya. Rosa menghentikan kedua kakinya tepat di samping Hans.

Rosa: "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan ketus. Tatapan Rosa lurus ke depan, dia tak ingin memandang wajah Hans.

Hans: "Aku sedang mengantar Dewi untuk memeriksakan kandungannya." sahutnya.

Rosa: "Oh." sahutnya singkat sambil kembali berjalan, namun Hans menyusul Rosa dari belakang dan meraih tangan Rosa.

Hans: "Kenapa kamu ketus dan sinis padaku, Sa? Apa salahku?" tanyanya dengan heran.

Rosa: "Maaf, Hans. Pasienku sedang menungguku." sahutnya dengan ketus dan cuek. Rosa kembali melangkahkan kedua kakinya, namun Hans menghadang Rosa.

Hans: "Jangan seperti ini padaku, Sa. Kamu melihatku seperti sampah." sahutnya dengan kesal. "Aku tidak punya masalah denganmu. Aku juga temanmu." sahutnya.

Rosa: "Semenjak kamu menghianati Lily, kamu bukan lagi temanku." sahutnya dengan tegas. Dewi hanya menatap Hans dan Rosa dari tempat duduknya. Dewi heran dan bertanya-tanya dalam hatinya tentang jati diri Rosa dan tentang hubungan Rosa dan suaminya. Dewi berjalan dengan pelan, mencoba mendekat ke arah Rosa dan Hans.

Hans: "Aku ingin kembali padanya, Sa. Aku ingin memperbaiki semuanya dan memulai dari awal." sahutnya dengan suara yang keras.

Rosa: "Bagaimana dengan dia?" tanyanya sambil menatap ke arah Dewi yang berdiri tepat di belakang Hans.

Hans: "Setelah Dewi melahirkan, aku akan menceraikannya." sahutnya dengan pelan. Rosa terkejut, dia menatap wajah Hans dengan tatapan tajam. Dewi yang masih berdiri di belakang Hans tertegun, dia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Rosa: "Kamu hanya mempermainkan wanita, Hans." ucapnya sambil menatap ke arah Dewi yang masih berdiri di belakang Hans.

Hans: "Tolong aku, Sa. Bantu aku untuk kembali bersama Lily." pintanya dengan suara serak dan wajah yang sedih. "Aku masih mencintai Lily. Aku bersama Dewi hanya karena aku kasihan padanya." ucapnya lagi.

Rosa: "Kamu kasihan pada wanita lain, tapi kami tidak kasihan pada Lily." ucapnya. "Aku tidak memahamimu, Hans. Maaf aku harus bekerja." ucapnya sambil membalikkan badannya, lalu berjalan masuk ke dalam ruangannya. Hans masih berdiri di tempatnya, dia menatap Rosa yang masuk ke dalam ruangannya. Dewi melangkah pelan, menghampiri Hans.

Dewi: "Ayo, kita pulang, mas." ajaknya dengan suara yang pelan.

Hans: "Kamu belum periksa, Wi." sahutnya dengan heran.

Dewi: "Lain kali saja, mas." sahutnya dengan wajah yang sedih.

Hans: "Kita sudah berada di sini, Wi. Periksa saja, ya." bujuknya dengan suara lembut.

Dewi: "Tidak usah, mas. Kamu mengerti ga sih?" bentaknya dengan kedua mata yang melotot. Dewi mulai melangkah dengan cepat, meninggalkan Hans yang masih berdiri menatap Dewi dengan heran dan tak mengerti dengan sikapnya istrinya itu. Hans mulai berlari kecil menyusul Dewi sampai ke depan pintu rumah sakit, dan mulai ke parkiran mobil. Hans dan Dewi masuk ke dalam mobil, Hans melaju dengan mobilnya menuju ke rumah mereka. Di dalam mobil Hans menoleh ke arah Dewi dengan penuh tanda tanya.

Hans: "Ada apa denganmu, Wi." tanyanya dengan rasa penasaran. Dewi terdiam, nampak kemarahan terlihat di wajahnya. "Kamu kenapa, sih?" tanyanya dengan kesal.

Dewi: "Apakah kamu masih mencintai kak Lily, mas? Apakah kamu ingin kembali dengannya lagi?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "A,ku." ucapnya dengan gugup. "Apa yang kamu bicarakan, Wi?" tanyanya. Hans mencoba menutupi kebohongannya.

Dewi: "Sudahlah, mas. Katakan saja." ucapnya dengan suara keras. "Apa susahnya untuk jujur, sih?" tanyanya lagi dengan kesal. "Jujur saja, mas. Aku sudah mendengar semuanya." ucapnya dengan suara yang tinggi.

Hans: "Bukan begitu, Wi." sahutnya. Hans berusaha untuk tidak berkata jujur pada Dewi, karena dia tahu Dewi akan kembali melakukan hal negatif yang membahayakan dirinya sendiri.

Dewi: "Katakan saja, mas. Kamu bersamaku karena kasihan padaku, kan?" bentaknya. "Kamu ingin menceraikanku setelah bayi kita lahir." ucapnya dengan suara yang keras. Hans menghentikan mobilnya di pinggir jalan, menatap wajah Dewi yang sudah mulai merah karena amarah.

Hans: "Tenangkan dirimu, Wi. Kamu sedang hamil." bujuknya dengan suara yang lembut. Tiba-tiba Dewi membuka pintu mobil, lalu keluar dari dalam mobil dan berlari kecil di pinggir jalan. Hans membuka pintu mobil dan menyusul Dewi. Terjadi kejar-kejaran antara mereka di pinggir jalan itu yang cukup ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Hans: "Dewiii, wiii." teriaknya dengan suara yang kencang. Dewi tidak memperdulikan teriakan Hans, dia terus saja berlari melintasi jalan raya itu. "Dengarkan aku, Wiii." teriaknya lagi. "Berhenti, Wiii." teriaknya dengan suara yang agak kencang. Dewi tetap tidak memperdulikan teriakan Hans, dia terus berlari hingga tiba-tiba dari arah depan sebuah motor melintas dan menghantam tubuh Dewi dengan sangat keras. Dewi terpental di jalanan yang beraspal itu dan seketika tak sadarkan diri. Hans yang berlari menyusul Dewi terkejut, dia mendekat ke arah Dewi dan segera memeluk tubuh Dewi. Semua orang yang kebetulan melintas di jalan itu berhenti, mereka memandang tubuh Dewi yang sudah berlumuran darah dan ramai-ramai hendak menolong Dewi.

Hans: "Ya Allah, Wiii." teriaknya dengan mata berkaca-kaca. "Bantu saya mengangkat tubuh istri saya, pak." ucapnya kepada para warga yang sedang berkerumun. Para warga ramai-ramai mengangkat tubuh Dewi, dan membawanya ke mobil Hans. Setelah tubuh Dewi berada di dalam mobil, Hans melaju dengan mobinya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit tempat Rosa bekerja karena hanya di rumah sakit itu yang paling dekat.

Hans: "Dewi, bangun, Wi." ucapnya dengan wajah yang panik. "Maafkan aku, Wi. Aku tidak bermaksud menyakitimu." ucapnya lagi dengan rasa bersalah. Sekitar 20 menit Hans akhirnya tiba di depan rumah sakit, dengan terburu-buru Hans membuka pintu mobilnya lalu menggendong tubuh Dewi dengan sekuat tenaga dan membawanya masuk ke dalam ruangan rumah sakit itu.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!