Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
[Apa Yang Sebenarnya Terjadi]
"Dengar! Aku hanya ingin membalas dendam kepada atasan Zee dengan cara mencuri motor itu supaya kakaku di pecat."
"Tapi bukannya manjur, Sella hampir membuatku mati. Si nenek itu sungguh gila."
"Dia lagi? Orang itu hampir melenyapkan-mu? kamu sebaiknya berhati-hati dengan wanita itu!"
"Seperti tebakanku, aku sudah tahu kalau dia memang penjahat. Semua perkataannya benar-benar sebuah kutukan." Decak Cherry dalam benak.
Chai Tea kembali merenungi daftar liburan yang harus mereka lakukan, seperti makan malam di sebuah restoran mewah sambil diiringi melody piano, ataupun berlayar di kapal pesiar yang besar sambil menikmati luasnya lautan, dan masih banyak lagi.
Bahkan sedari awal mereka kemari untuk merayakan festival musim panas yang akan diadakan dalam beberapa hari lagi. Semua rencana ini pupus, harapannya tenggelam di dasar lautan gelap.
...----------------...
Di senja harinya.
Cherry menemani temannya pergi ke kantor bank yang tak jauh dari kabin sewaan. Chai Tea akan menarik sejumlah uang untuk biaya kerusakan pada motor ATV dan nantinya akan diserahkan pada kantor pusat sebelum malam tiba.
Cherry duduk di luar, sedangkan Chai Tea pergi menghadap mesin ATM, memasukkan kartu kredit miliknya.
Waktu pun berlalu, Cherry masih menunggu Chai Tea yang masih dalam kantor bank. Tak henti menggoyangkan kaki seraya menghela tajam. Matanya memperhatikan sekeliling, menyorot dingin pada orang-orang yang berlalu-lalang.
"Aahh! Aku lelah menunggu... Kenapa lama banget sih?" Gerutu Cherry, berdiri dari bangku lalu masuk untuk mengecek Chai Tea.
"Kamu sedang apa?" Tanya Cherry, bingung melihat temannya mondar-mandir di depan mesin ATM sambil menatap ponselnya.
"Aku tidak bisa menarik uang dari kedua kartu ATM, aku yakin kak Zee sengaja memblokir kartu milikku." Sahutnya, berbicara kesal.
"Hah? Kenapa begitu?"
Jika begini, Chai Tea tak tahu bagaimana mendapatkan uang secepat mungkin, apalagi waktunya sudah tak cukup karena malam ini mereka harus berkemas untuk meninggalkan hotel. Dalam situasi ini ia pun terpikir pada sang manager keuangan pribadinya.
"Bisa kirimkan uang sekarang? Aku memerlukan malam ini juga!" Titahnya di telepon.
"Maaf Chai, tidak bisa."
"Lah kok gitu? Aku serius, berikan 800 juta sekarang juga!" Pinta Chai Tea lagi.
"Aku tidak akan memberikannya. Nominal uang yang kamu sebutkan terlalu banyak. Terlebih lagi kakakmu melarang-ku agar tidak memberikan uang sepeser pun padamu."
"Hubungi aku lain waktu! Aku sedang sibuk." Ucap si manager sebelum mengakhiri panggilan.
"Sial! Apa-apaan coba!"
Chai Tea pun semakin dibuat frustasi, mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia ingin menelpon Zee untuk menanyakan perihal ini dan juga meminta kejelasan, tetapi ia dilarang untuk mengganggunya selama bekerja.
Dipikirannya saat ini, Zee mungkin sedang marah lalu mencoba menghukum atas perbuatan yang dirinya lakukan, tetapi kalau sampai tak memperbolehkannya untuk memegang selembar uang pun ini benar-benar berlebihan.
Bagaimana bisa Chai Tea hidup tanpa uang apalagi disaat ia sedang membutuhkannya. Rasanya semua hartanya yang berlimpah itu kini sudah tak ada apa-apanya lagi. Perusahaan perhiasan besar yang ia kelola juga bukan sepenuhnya berasal dari kesuksesannya.
Melainkan modal usaha yang diberikan Zee agar adiknya tidak menjadi pengangguran yang hanya bisa menghabiskan uang. Kalaupun Zee mengambil alih perusahaan itu, Chai Tea juga tidak bisa melakukan apa-apa.
"Terlalu banyak berpikir hanya membuang-buang waktu, tidak ada gunanya."
"Persetan dengan aturan aku bakal tetap telpon kakak." Gumam Chai Tea, lalu menelepon kakaknya. Tak lama langsung terhubung.
"Astaga, Chai! Sudah kubilang jangan meneleponku! Aku sedang rapat!" Nada kesal Zee terdengar dari speaker ponsel.
"Apa maksudnya ini? Padahal sebesar apapun kesalahanku, kamu tidak pernah melakukan ini untuk menghukum ku."
"Karena kamu membuat masalah diluar batas, aku tidak habis pikir kamu benar-benar melakukannya. Tuan fath sangat marah padaku! Kamu membuatku malu, Chai!" Omel Zee yang sudah naik pitam.
"Aku melakukannya untukmu, agar kamu dipecat. Aku muak melihatmu selalu pergi berkerja, meninggalkan aku, berulang terus selama bertahun-tahun." Chai Tea meluapkan semua unek-uneknya.
"Chai, dengar! Aku akan beritahu kamu mengapa aku begitu terjerat dengan pekerjaan ini." Ungkap Zee secara mendadak.
Tak lagi merasa sedih, Chai Tea pun memasang telinganya dengan baik dan mendengarkan semua ucapan yang dikatakan oleh kakaknya. Tampak Chai Tea tercengang, tak percaya setelah mendengar hal besar yang telah disembunyikan selama ini.
Sampai akhirnya telepon tertutup, Chai Tea masih saja terdiam tanpa ekspresi.
Ternyata selama puluhan tahun ini kakaknya bekerja dengan Nyonya Gita untuk menjalankan semua perintah beliau sampai sekarang dan sebagai gantinya kehidupan Chai Tea akan terpenuhi dengan tinggal di rumah besar.
Bisa makan enak setiap hari bahkan mampu membeli barang-barang mewah hanya dengan satu tunjukkan jari.
Selama ini uang yang Chai Tea gunakan dari ATM kakaknya bukalah berasal dari kerja keras Zee melainkan milik Tuan Fath, jadi selama ini Fath lah yang membiayai kehidupannya. Dengan gaji Zee hanya beberapa ratus juta tak akan mampu untuk menafkahi adiknya yang boros.
Tanpa sepengetahuan sang nenek, Fath yang merupakan Sky memberikan uang tambahan berupa kartu hitam sebagai hadiah ulang tahun Chai Tea yang keenam tahun dan membebaskannya mengunakan kartu itu sesuka hati.
Itulah mengapa kartu hitam itu tak pernah terkuras walaupun digunakan untuk membeli sebuah istana.
Tetapi kini, Zee melarang adiknya agar tak mencoba-coba menggunakan uang itu dan meminta agar Chai Tea mencari uang dengan kerja kerasnya sendiri agar bisa melunasi semua hutang kepada Fath atau Sky yang selama ini dekat dengannya tanpa sadar.
"Jadi selama ini Kak Fath masih memperhatikan aku?" Ucap Chai Tea, dalam renungan.
-----------
Di sisi lain. Sesudah berbicara dengan adiknya, Zee pun menghubungi seseorang.
"Sky, kamu membuatnya melarat! Mulai sekarang akan kuserahkan dia padamu untuk berjaga-jaga jika aku tidak kembali lagi!" Pinta Zee, menaruh seluruh kepercayaannya.
"Tenang aja dia tidak akan mati kelaparan, aku akan menjaganya untukmu!"
"Ini hanyalah pelajaran kecil untuk anak manja sepertinya." Balas Sky yang sudah siap menanggung tanggung jawab itu.
Sesudah berbicara singkat panggilan pun ditutup oleh dua orang yang saling mempercayakan.
...----------------...
Hari sudah mulai gelap, terlihat Cherry tengah mencari Chai Tea yang sempat pergi lumayan lama untuk berbicara dengan kakaknya. Begitu ketemu, terlihat Chai Tea duduk mematung sendiri kursi taman yang diterangi sorotan lampu jalanan diatasnya.
Beberapa kali Cherry melambaikan tangannya ke depan wajah Chai Tea yang masih saja melamun. Begitu dipanggil dengan suara pelan barulah dia sadar, mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Kenapa kamu murung?" Tanya Cherry, duduk di samping.
"Kalian sudah berbicara, kan? jadi apa yang dikatakan Zee?" Tanya Cherry, panasaran.
"Aku bangkrut, apakah kamu masih ingin berteman sama aku yang miskin ini?" Tanya balik Chai Tea, tiba-tiba saja mengatakan hal tak masuk akal.