Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka dihati Kiara
Jam menunjukkan hampir tengah malam, barulah keriuhan acara itu selesai, Kiara dan Sari kembali ke hotel. Namun tidak dengan Arya.
Malam itu Arya pulang ke apartemen miliknya. Dia bahkan tak mengatakan apapun pada Kiara.
Setelah mengantarkan mereka ke hotel, dia langsung pergi dengan mobil miliknya yang terparkir diparkiran hotel.
Kiara pun tak mempermasalahkan hal itu, dia lebih tenang, kalau Arya jauh-jauh dari nya.
"Kiara, besok kamu akan pindah ke rumah milik Arya!" ucap sari.
Kiara sedikit kaget, baru saja dia bersyukur didalam hati karena Arya tidak mengajaknya ikut. Tapi malah Sari yang menyuruh nya untuk tinggal bersama Arya.
"Mbak, saya tidak mau." jawab Kiara tegas.
"Saya mau tinggal dirumah Mbak sari aja." tambahnya lagi.
"Tidak bisa Kiara, saat ini kamu adalah istri Arya." jawab Sari .
"Saya tau Mbak, tapi tidak ada perjanjian kalau saya harus tinggal bersama adik Mbak itu."
"Saya sudah melakukan apa yang Mbak Sari minta, menyelamatkan harga diri keluarga Mbak."
"Apa itu Masih belum bisa membayar Balas Budi atas apa yang sudah Mbak lakukan terhadap saya?" tanya Kiara panjang lebar.
Entah kenapa, matanya berkaca-kaca. Mungkin karena dia sudah menahan luka itu dari pagi.
"Kiara, pernikahan itu bukan sebuah permainan. Kamu telah sah menjadi istri Arya." kali ini suara Sari terdengar lebih tenang.
Dia menatap mata Kiara yang saat itu telah basah oleh air mata, menyentuh kedua pundaknya.
Namun Kiara membuang pandangan kearah lain, dia tak ingin luluh dengan permintaan Sari malam itu.
"Sudahlah, kamu istirahat dulu!"
"Besok pagi kita bicarakan lagi semuanya!"
Sari meninggalkan Kiara sendirian dikamar itu, padahal sudah tengah malam. Entah kemana dia akan pergi.
Dan tinggallah Kiara yang terisak diatas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya. Tiba-tiba dirinya begitu merindukan kedua orang tuanya.
"Andai saja ayah dan bunda masih ada, mungkin nasib Kiara tidak akan begini." Kiara terus terisak.
Dia bahkan tak menyadari kalau hatinya seakan ingin melawan takdir. Dia benar-benar seperti kehilangan arah. Tidak ada lagi tempatnya bersandar dan berkeluh kesah.
Malam itu, sulit untuk Kiara memejamkan mata. Dia terus memikirkan bagaimana nasib nya mulai besok pagi.
Pikiran nya kacau, bahkan Kiara sempat berpikir untuk melarikan diri dari sana. pulang kerumah orang tuanya. Tapi bagaimana cara dia pergi, saat ini dia sama sekali tidak pegang uang.
Dia punya sedikit tabungan, itupun di bank. Kiara meraih handphone miliknya dan kembali mencoba menghubungi Maya. Namun sia-sia, nomor tantenya itu masih tidak bisa dihubungi.
Dia pun terlihat putus asa, bagaimana tidak. Yang dia punya hanya Maya, namun Maya pun hilang bak ditelan bumi.
Pagi itu, Kiara bergegas mandi dan mengenakan baju yang dibawanya dari rumah Sari kemarin.
"Ini sudah pagi, lebih baik aku pergi dari sini!" Ucapnya pada diri sendiri.
Dia bergegas menuju ke pintu kamar dan begitu membuka pintu, betapa kagetnya Kiara didepan pintu sudah berdiri Sari.
"Kamu mau kemana?" tanya Sari melihat Kiara seperti terburu-buru.
"Saya ingin mencari Mbak." jawab nya sedikit gugup.
Tepatnya karena dia kaget akan kedatangan Sari. Tidak mungkin dia mengatakan kalau akan pergi dari sana.
"Semalam Mbak pulang kerumah, mungkin kamu butuh menenangkan diri!"
"Apa, pulang?" tanya Kiara dalam hati.
Kalau dia tau, mungkin dia akan pergi malam tadi dari sana. Menyelamatkan dirinya dari pernikahan paksa ini.
"Kamu sudah bawa semua baju?" tanya Sari.
"Sudah Mbak!" jawab Kiara dengan nada pelan.
"Kalau begitu, kita turun dulu untuk sarapan!" ajak Sari.
Yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Kiara. Tanpa bicara lagi dia berjalan mengikuti langkah Sari.
Dan setelah sarapan, Arya pun terlihat datang ke hotel. Jantung Kiara berdetak tak karuan, dia takut kalau Arya akan memaksa dirinya untuk pindah.
"Arya!" Panggil Sari begitu melihat adiknya itu.
Arya berjalan mendekat ke meja mereka, tanpa basa-basi menarik kursi didepan Kiara dan duduk disana.
"Bagaimana, sudah siap?" tanyanya sambil menatap ke arah sari.
"Sudah, kami baru selesai sarapan." jawab Sari.
"Kalau begitu, kita langsung pulang saja!" ajak Arya.
"Ya sudah, kamu bawa Kiara!"
"Mbak bawa mobil sendiri." jawab Sari.
"Tidak usah, Saya ikut Mbak saja!" jawab Kiara cepat.
"Sudah, kamu pulang dengan Arya!" Jawab Sari seperti memaksa.
Kiara melirik sekilas kearah Arya, sebenarnya dia sangat malas semobil dengan lelaki itu. Tapi dia tak ingin berdebat disana.
Kiara bangun dari duduk nya sambil menarik koper yang tadi dibawa berjalan menuju parkiran.
Terlihat Arya dan Sari menyusul kesana, Sari langsung menuju ke mobil miliknya. Begitu juga dengan Arya.
Arya terlihat turun untuk memasukkan koper milik Kiara kedalam bagasi dan kembali masuk kedalam mobil.
Kiara membuka pintu belakang mobil dan ingin duduk disana. Namun suara Arya menghentikan dirinya
"Duduk didepan, saya bukan sopir kamu." ucap Arya dengan suara datar.
Kiara terlihat cemberut, namun tak ada drama. Dia langsung masuk dan duduk disamping Arya.
Tentu saja dengan tatapan kearah jendela. sudah seperti musuh bebuyutan saja. Tak ada pembicaraan sepatah kata pun sampai mobil berhenti di halaman rumah Sari.
Kiara turun dan berjalan masuk. Bahkan dia lupa dengan kopernya saat itu. Langkahnya terhenti saat Sari memanggilnya.
Sari yang sedang berada diruang tamu. Kiara berjalan mendekat.
"Duduk dulu disini, Mbak mau bicara!" pinta Sari.
Kiara menurut saja, duduk di sofa berhadapan dengan Sari.
"Mbak ingin bicara apa?" tanya Kiara.
"Kita tunggu Arya dulu." Jawab Sari.
Perasaan Kiara sudah tak nyaman, apalagi yang harus dia lakukan? Pikirnya saat itu. Dan tak berapa lama terlihat Arya datang dan ikut duduk disamping sari.
"Kiara, seperti apa yang Mbak bilang malam tadi, kamu akan pindah ke apartemen milik Arya." ucap Sari.
"Karena yang Orang tua kami tau, kalau kamu memang bersedia menikah dengan Arya karena keinginan sendiri, tidak dipaksa siapapun."
Kiara masih diam, tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Sari. Mendengarkan satu persatu perkataan Sari pagi itu.
"Memang pernikahan ini atas dasar terpaksa, tapi yang perlu Mbak tegaskan. Kalian telah sah secara hukum dan agama sebagai suami istri."
"Jadi tidak ada alasan untuk tinggal terpisah."
"Dan Mbak juga tau , ini bukan hal yang mudah untuk kamu Kiara. Mbak minta maaf atas keputusan Mbak."
Kiara tak menjawab, tapi sudut matanya telah basah, ingin rasnya dia marah pada mereka berdua. Tapi mungkin ini takdir hidupnya.
"Kiara, katakan saja jika ada yang ingin kamu sampaikan!" pinta Sari.
"Mbak kan sudah janji, akan memberikan kamu kebahagiaan."
"Apa tidak bisa, kalau saya kembali kerumah orang tua saya saja?" pinta Kiara seakan memohon.
Arya dan Sari terlihat berpandangan. Namun tak memberi jawaban. Apa yang akan mereka putuskan setelah ini?