Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Saat satu kelas sedang asik makan bersama. Senja berhenti dari lamunannya. Melihat Novi mimisan. Membuat satu kelas kaget dan melihat arah Novi.
"Astagfirullah, Nov! Kamu mimisan lagi!" ucap Senja kaget. Novi memegang hidungnya, sementara satu kelas kaget dan melihat ke arahnya
"Wah, Nov! Kamu kenapa?" tanya Zaki kaget melihat darah dari hidung Novi.
"Apa yang terjadi? Novi kenapa?" Siswa lain.
"Cepat, ambil tisu! Aku takut darahnya banyak," ucap Senja. "Aku ada tisu di tas aku, tunggu sebentar," kata Zaki yang langsung mengambilkan tisu dari tasnya.
Novi mengambil tisu dan menutup hidungnya, sementara teman-temannya memperhatikan dengan khawatir
"Semoga kamu cepat sembuh, Nov. Jangan khawatir, kita ada di sini untukmu," ucap Siswa lain.
"Nov, kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat banget," Senja khawatir.
"Aku tidak apa-apa, Sen. Cuma sedikit lelah mungkin," balas Novi. Novi terus menekan hidungnya dengan tisu untuk menghentikan pendarahan.
"Pastikan kamu tidak terlalu banyak bergerak, ya. Aku takut pendarahan semakin parah,"
"Oke, Sen. Aku akan hati-hati, kamu jangan terlalu khawatir," ucap Novi lemah.
Zaki memberikan air mineral kepada Novi. "Ini, Nov. Minum air ini, mungkin bisa membantu."
Novi mengambil air tersebut dan meminumnya," terimakasih Zaki.
Susan, dan Mega, juga kaget, mereka tidak pernah melihat Novi mimisan sebanyak ini. Selama ini mereka hanya mendengar kabar dari Senja saja.
"Wah, Novi! Kamu mimisan banyak banget ya?" tanya Susan kaget.
"Iya, aku kaget! Aku belum pernah lihat kamu mimisan kayak gini," ucap Mega yang khawatir
"Iya, biasanya Novi cuma mimisan sedikit aja. Tapi kali ini kayaknya parah banget," ungkap Senja tambah khawatir
"Aku tidak apa-apa, guys. Cuma perlu istirahat sebentar aja," balas Novi yang tidak mau membuat yang lain khawatir padanya.
"Kita harus bawa kamu ke dokter, Nov. Jangan-jangan ada yang salah dengan kesehatanmu," ucap Susan.
"Iya, bener kata Susan. Kita harus pastikan kamu baik-baik saja," balas Mega.
"Aku... aku tidak usah ke dokter... Aku pulang saja..." ucap Novi terbata-bata
Tiba-tiba Novi pingsan, membuat semua teman kelas khawatir.
"Novi! Novi! Bangun, Nov!" Senja menangis
"Astagfirullah! Novi, jangan gitu dong!" Mega menangis
"Kita harus bawa dia ke rumah sakit! Cepat!" ucap Susan menangis
"Aku panggil ambulance! Tunggu sebentar!" ucap Zaki yang tak kalah paniknya
Kafe menjadi kacau, semua teman Novi berusaha membantu dan memberikan dukungan.
Senja menangis "Nanda, tolong... Tolong kabari orang tua Novi, ya. Aku tidak bisa meninggalkan Novi sekarang."
"Oke, Sen. Aku akan kabari mereka. Jangan khawatir, Novi pasti akan baik-baik saja."
Senja mengangguk, masih menangis, sementara Nanda pergi kerumah Novi memberi kabar orang tua Novi
Zaki datang bersama Ambulance "Sen, jangan khawatir! Aku akan ikut Novi ke puskesmas!"
"Oke, Zaki...
Senja: "Teman-teman, tolong! Ayo kita bantu angkat Novi ke ambulance!"
Teman-teman kelas Novi membantu mengangkat Novi yang masih tidak sadarkan diri ke dalam ambulance. "Tolong, kita harus pastikan Novi sampai di puskesmas dengan baik," ucap Senja.
"Aku akan jaga Novi, jangan khawatir," balas Zaki.
Senja, Susan, dan Mega duduk di dalam ambulance bersama Zaki dan Novi, sementara ambulance bergerak menuju puskesmas
"Semoga Novi cepat sembuh... Aku sangat khawatir tentang kondisinya," ucap Senja yang memegang tangan Novi.
"Iya, kita semua berharap yang terbaik untuk Novi," balas Susan yang tak hentinya menangis
"Aku yakin Novi akan baik-baik saja, kita harus berfikir positif," kata Mega yang sesegukan.
Ambulance pergi meninggalkan Cafe menuju ke puskesmas.
Sementara itu di rumah Novi, Nanda dan yang lain datang.
"Assalamualaikum, Bu," ucap Nanda sopan.
"Waalaikumussalam, ya," jawab Ibu Novi lembut.
"Maaf Bu, saya Nanda teman sekelas Novi
"Oh, Nanda, teman kelas Novi. Ada apa, Nak?"
"Ibu, Novi... dia mimisan banyak sekali saat makan di Cafe Dahlia. Kami sudah bawa dia ke puskesmas."
Ibu Novi khawatir "Astagfirullah! Bagaimana kondisinya sekarang?"
"Kami tidak tahu pasti, Ibu. Tapi Senja, Susan, dan Mega sudah membawa Novi ke puskesmas termasuk Zaki juga ada di dalam ambulance bersama Novi."
Ibu Novi tambah panik "Baik, Ibu akan segera ke puskesmas. Terima kasih, Nanda, sudah memberitahu Ibu. Kamu bagaimana bisa tahu kondisinya?"
"Aku ada di kafe saat itu terjadi, Ibu. Senja yang meminta aku untuk memberitahu Ibu."
Kemudian Nanda dan temannya langsung pergi ke sekolah mengambil motornya menuju Puskesmas tempat Novi dibawa. Mereka berdua berangkat dengan cepat, berharap bisa segera sampai di Puskesmas dan mengetahui kondisi Novi.
"Aku harap Novi tidak apa-apa," ucap Nanda dengan nada yang khawatir. "Iya, aku juga berharap begitu," jawab temannya sambil mengangguk. Mereka berdua terus melaju dengan motornya, berharap bisa segera tiba di Puskesmas dan memberikan dukungan kepada Novi.
Sementara itu, ibu Novi menangis memanggil suaminya di ladang orang, memberitahu bahwa anaknya telah dibawa teman-temannya ke Puskesmas. "Bang, Bang! Novi dibawa ke Puskesmas sama temannya!" teriak ibu Novi dengan suara yang panik. Ayah Novi yang sedang bekerja di ladang langsung berhenti dan berlari menuju rumah untuk menemui istrinya. "Apa yang terjadi? Apa Novi sakit?" tanya ayah Novi dengan nada yang khawatir.
Ibu Novi menangis dan menjelaskan situasi yang terjadi, membuat ayah Novi semakin khawatir dan berniat untuk segera menuju Puskesmas.
"Tadi ada teman Novi yang datang ke sini, memberitahu Ibu bahwa Novi mimisan lagi lalu pingsan, dan mereka membawa Novi ke puskesmas. Sekarang kita harus ke sana. Ayah Novi langsung menuju puskesmas, tapi sebelum pergi, dia meminta izin dulu kepada atasannya di tempat kerja dan meminjam uang untuk dibawa."
"Pak, saya mohon izin untuk meninggalkan kebun sejenak. Anak saya, Novi, mengalami mimisan dan pingsan, lalu dibawa ke puskesmas oleh temannya. Saya harus segera ke sana."
"Oh, semoga Novi cepat pulih. Apakah ada yang bisa saya bantu?" ucap Pemilik kebun.
"Terima kasih, Pak. Saya hanya butuh izin untuk pergi dan mungkin bisa meminjam uang sedikit untuk biaya di puskesmas?"
"Tentu, berapa yang kamu butuhkan?"
"Sekitar Rp300.000 sudah cukup, Pak. Terima kasih banyak atas bantuannya."
"Baik, ini uangnya dan segeralah ke puskesmas. Kabari perkembangannya ya," ucap pemilik kebun.
"Baik, Pak. Terima kasih sekali lagi."
Kemudian ayah dan ibu Novi langsung menuju kepuskesmas dengan motor sederhana yang dimilikinya.