NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Almira

Takdir Cinta Almira

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Hari ini adalah hari pernikahan Almira dan Galang. Semua tamu sudah berkumpul di ruangan akad.

" Dimana pengantin laki-laki nya? Akad harus segera di mulai." Tanya pak penghulu pada Almira.

Almira tersentak diam. Masalahnya sudah hampir setengah jam dia duduk di sana sendiri. Namun Galang belum juga terlihat.

Almira menoleh ke kiri. Dia menatap wanita yang akan menjadi ibu mertuanya yang duduk tidak jauh darinya. Zora, mamanya Galang tersenyum getir sambil mengangguk pada Almira. Meminta Almira menunggu sebentar lagi.

Sebab sebelumnya Galang sudah mengirimkan pesan, bahwa dia tidak akan datang untuk menikahi Almira.

Almira yang mengetahui hal itu tidak bisa berkata apa pun. Dia hanya dengan airmata yang terus menetes membasahi pipi nya.

Tapi dengan tegas Aksa, Abang dari Galang melangkah maju dan mengatakan siap untuk menggantikan posisi Galang untuk menikahi Almira.

Mampukah Almira menerima pernikahan ini? Menikah dengan laki - laki

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Zora

*****

Almira sedang menikmati sarapan paginya yang hangat ketika ponselnya berdering. Di layar muncul nama "Mama", membuatnya segera mengangkat sambil tersenyum.

" Assalamualaikum, ma. Mama apa kabar?" Tanya Almira dengan senyum riang nya.

" Alhamdulillah... Mama sehat, Nak. Kalau kamu bagaimana? Apa Aksa memperlakukan kamu dengan baik?" Jawab Zora.

" Mas Aksa... Mas Aksa baik kok, ma. Bahkan dia sangat baik memperlakukan Almira. Mama tenang saja. Jangan risau kan soal Mas Aksa. Insha Allah kami bisa menjalani rumah tangga kami dengan baik, ma."

" Syukur lah. Mama menghubungi kamu hanya ingin cerita sedikit soal Galang. Maaf sebelum nya ya, Mir. Mama tidak bermaksud menyinggung perasaan dan kenangan kamu selama ini. Tapi mama nggak tahu lagi harus cerita dengan siapa. Makanya mama hubungi kamu, Nak." Ucap Zora dengan nada prihatin.

Almira menghela nafas di seberang telepon.

" Nggak papa, ma. Mama cerita saja kalau mama mau cerita. Almira dengerin. Almira nggak papa kok."

" Terjadi sesuatu dengan hubungan Galang dan Almira. Tapi untuk jelas nya nanti kamu dengar kan saja dari Galang. Kalau kamu tidak keberatan, mama mohon buat kamu bicara dengan Galang ya Mir, sebentar saja. Mungkin setelah bicara dengan kamu, dia bisa sedikit mengerti. Karena mama lihat, dia begitu emosi dengan Hilda. Mama takut kalau Galang sampai khilaf melakukan hal yang aneh - aneh." Cerita Zora.

Almira hanya bisa mengangguk dengan rasa berat, walau pun tahu sang mama mertua tidak bisa melihat nya.

" Almira nggak keberatan, ma. Berikan saja telepon nya pada Galang." Ujar Almira.

Dengan perasaan lega, Zora segera menghampiri Galang yang tengah bersiap - siapa di ruang tamu akan berangkat ke kantor.

" Galang." Panggil Zora.

" Ada apa, ma?" Tanya Galang, mendongak menatap Zora.

" Ini... Ada Almira... Dia mau bicara sama kamu." Ujar Almira menyodorkan ponsel nya pada Galang.

Dengan senyuman nya yang antusias, Galang menerima telpon itu dan langsung mendekat kan nya ke telinga.

" Halo, Almira. Assalamualaikum." Ucap Galang.

" Waalaikumsalam." Jawab Almira.

*

*

*

" Sa, Bella ada hubungi kamu nggak?" Tanya Lian saat mereka sedang menikmati makan siang mereka di kantin kantor.

Aksa menatap serius ke wajah Lian. Tidak nyaman dengan pertanyaan Lian barusan.

" Kenapa jadi bahas Bella ya? Bisa nggak kita cerita yang lain saja?" Balas Aksa tidak suka.

" Gue juga nggak mau bahas mantan istri loe itu. Tapi kemarin dia nulis komentar tuh di IG gue. Dia bilang dia bakal balik ke Jakarta dan mau ketemu sama loe. Dia bilang, dia mau balikan sama loe tuh." Jelas Lian dengan tenang.

" Apa? Balikan? Gilak tuh Bella. Dia sebenar nya sadar nggak sih salah nya itu apa?" Sahut Reno.

" Memang mantan istri loe itu gila, Sa. Loe harus hati - hati deh sekarang. Dia bakal kembali dan... Menggoda loe lagi buat balikan sama dia."

" Udah lah, gue malas berurusan sama dia lagi." Balas Aksa.

" Tapi lalau dia beneran melakukan itu, bagaimana? Dia ngajak loe rujuk. Loe mau nggak?" Tanya Lian.

" Ya nggak bisa lah. Aksa kan sudah..."

Belum sempat kata-kata keluar dari bibir Reno, Aksa dengan geram melibas kesabaran, menginjak kaki Reno begitu keras hingga suara terperanjat menggantung di tenggorokan Reno, memaksa dia menghentikan setiap kata yang hendak terlontar.

" Aw..." Pekik Reno menahan sakit.

" Kenapa loe?" Tanya Lian.

Reno menatap Aksa, dan hanya satu gelengan kepala Reno sudah mengerti maksud Aksa.

" Kesemutan kaki gue." Jawab Reno berbohong tapi mata nya masih menatap geram pada Aksa.

" Tapi, Sa. Pesan gue sebagai sahabat loe nih ya. Jangan sampai loe tergoda lagi dengan Bella. Jangan sampai loe  kebanyakan halu sama cewek.Jangan sampai loe seperti bro kita yang satu ini. Baru lihat cewek sekali aja, udah di bilang ketemu tulang rusuk kiri nya." Ledek Reno melirik Lian.

" Eh eh eh... Loe jangan ngeledek gue ya. Lihat aja nanti kalau gue udah kenalan sama tulang rusuk kiri gue. Dan kita menikah. Kalian bakal ngiri dengan ketampanan gue yang sudah menyebar di kalangan wanita cantik." Sahut Lian.

Mata Lian kembali berbinar saat dia mengingat bagaimana Almira menatap nya dengan mata yang indah.

" Udah udah udah. Makan aja. Gue masih banyak kerjaan." Ucap Aksa.

" Iya, makan aja loe. Jangan kebanyakan ngalu." Sahut Reno.

" Lihat saja nanti. Kalian akan percaya." Jawab Lian.

*

*

*

Setelah lelah bekerja seharian, Lian mampir ke supermarket dengan langkah gontai. Hatinya diliputi rasa gelisah yang tak tertahankan—semuanya demi mendapatkan informasi tentang Almira.

" Hai... " Sapa Lian tersenyum pada kasir perempuan.

" Hai juga. Ada apa, mas? Nggak belanja dulu nih." Jawab si kasir yang memang sudah akrab dengan Lian.

" Saya nggak belanja hari ini. Tapi saya mau tanya sesuatu sama kamu."

" Tanya apa?" Tanya nya heran.

" Ingat kan, waktu saya nggak sengaja bertemu sama cewek yang tempo hari di sini?" Jawab Lian balik bertanya.

" Oh... Mbak yang itu. Ingat. Memang kenapa sama mbak itu? Ada hutang sama mas?"

" Saya cuma mau tahu nama nya saja. Terus dia tinggal dimana? Mungkin kamu tahu alamat rumah nya? Dia belanja di sini, pasti dia juga tinggal di sekitar sini kan?"

" Mas... Mbak itu ke sini cuma mau belanja. Memang dia sering sih belanja di sini. Tapi saya nggak pernah tuh tanya - tanya nama nya. Apa lagi alamat nya. Kepo nih mas." Celetuk si kasir pada Lian.

" Bukan kepo. Dasar ya perempuan. Tapi kalau dia kesini lagi, kamu tanyakan nama nya ya. Bilang saya mau kenalan."

" Hhmmm... Iya iya." Jawab  si kasir.

Meski pun tidak mendapatkan informasi apa pun, tapi Lian yakin jika dia akan mendapatkan nya secepat mungkin.

*

*

*

Hilda dan Zora duduk di ruang tamu sambil meriksa belanjaan mereka tadi. Mereka baru saja pulang dari membeli beberapa keperluan untuk calon anak Hilda dan Galang.

" Kalau gitu Hilda masuk kamar dulu ya, ma. Hilda mau tunjukin semua ini pada Galang. Dia pasti suka." Pamit Hilda dengan antusias. Tapi dia berpikir bagaimana respon Galang nanti nya.

" Iya. Hati - hati naik tangga nya ya."

" Iya, ma."

Ceklek

Hilda masuk ke dalam kamar dan tidak melihat Galang di kamar. Lalu terdengar suara air di kamar mandi.

Hilda meletakkan barang - barang yang dia bawa lalu duduk di tepi ranjang.

Tangan nya terulur mengambil ponsel Galang yang terletak di atas nakas.

Dia membuka ponsel itu dan melihat banyak nya panggil keluar ke nomor Almira. Juga beberapa chat mereka yang Hilda baca.

Hati Hilda bagai dihancurkan ketika mata dan jari-jarinya membaca kata per kata.

" Jangan lancang kamu buka - buka hp aku, Hilda. Kamu nggak berhak mengecek nya." Ujar Galang.

Hilda tidak menyadari saat Galang sudah keluar dari kamar mandi.

" Aku berhak karena aku istri kamu." Jawab Hilda, masih dengan mode tenang.

" Aku menikah dengan kamu. Karena kamu sudah menjebak aku dengan kandungan setan kamu itu. Dan aku tidak akan pernah Sudi menganggap kamu sebagai istri aku." Tunjuk Galang ke wajah Hilda.

Hilda dengan ketakutan nya hanya bisa menunduk saat Galang menatap nya dengan tatapan yang siap menerkam kapan saja.

" Karena aku percaya kalau anak itu, anak aku. Aku mengorbankan pernikahan aku dengan Almira demi kamu. Demi harga diri kamu sebagai perempuan. Tapi apa? Nyata nya kamu hanya menjebak aku. Memaksa aku bertanggung jawab atas kesalahan orang lain." Ucap Galang lagi.

" Baik lah. Karena kamu sudah membaca pesan aku untuk Almira. Aku hanya mau menambahkan sedikit. Kalau aku akan mencerahkan kamu dan menikahi Almira. Dan kamu tidak akan bisa berbuat apa pun." Tambah Galang lagi.

Hilda hanya bisa terpaku di tempatnya, tangisnya pecah tanpa bisa dia kendalikan, menggenangi pipi tanpa berani bersuara.

Air matanya mengalir seperti sungai yang tidak dapat dihentikan, mencerminkan kepedihan yang tersimpan dalam hatinya.

1
Milla
next ka
Milla
next
Pandaherooes
Tambahin lagi adegan romantisnya, thor. Aku suka banget sama chemistry antara tokoh utama 😍
Ryohei Sasagawa
Menyentuh hati ❤️
Fitri Wardani: terima kasih .
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!