Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Sudah pernah periksa kandungan?
Kalimat ajakan yang baru saja Maura dengar membuat tubuhnya seketika membeku. Dia yang baru saja selesai menyapa pelanggan pun bisa langsung menebak siapa yang sedang berdiri di belakangnya sekarang tanpa harus menoleh.
Maura mengerjap pelan saat merasakan matanya sedikit basah, menarik napas panjang sebelum menoleh untuk melihat Rina yang masih setia menunggu di belakangnya. Tidak ada canda tawa sebagai sahabat seperti dulu lagi saat mereka bertemu, yang ada hanya kebencian dan kekecewaan yang mendalam.
"Mau bicara apa? Sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan ataupun dijelaskan." kata Maura dengan nada dingin dan wajah tanpa ekspresi.
"Tapi kita belum bicara, Maura. Mungkin jika kamu mendengarkan penjelasanku maka kamu akan memberikan tanggapan yang berbeda," sanggah Rina.
"Berbeda?" tekan Maura kemudian tersenyum sinis. "Sebaiknya kamu pergi dan jangan pernah muncul di depanku lagi. Sudah baik aku tidak menampar dan mempermalukan kamu saat di klub malam itu."
"Tapi akan lebih baik jika kamu menamparku, Maura." ujar Rina dengan raut sedihnya. "Karena memang aku yang sudah menggoda Alex duluan. Alex sangat mencintaimu, dia tidak bermaksud mengkhianati kamu. Semua ini salahku, maaf..." wajahnya tertunduk sedih dengan mata berkaca-kaca.
Maura tertegun mendengar kejujuran Rina. Rina yang dia kenal memang memiliki kepribadian yang luar biasa. Dia adalah orang yang friendly dan pintar, hingga dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di universitas yang sama dengan Maura dulu.
Namun setelah melihat apa yang dilakukan Rina dan Alex malam itu, hati Maura sama sekali tidak terketuk saat melihat Rina menjual kesedihan seperti sekarang ini. Hatinya sudah terlanjur sakit dan kecewa, dan sikap munafik yang ditunjukkan Rina malah membuatnya muak.
"Apapun itu namanya tetap saja pengkhianat. Meskipun kamu yang menggoda duluan, tapi Alex juga tergoda kan?" ungkap Maura.
"Sudahlah, aku malas membahas hal ini berkepanjangan. Sebaiknya kamu pergi sekarang, Rina." baru dua langkah dia berjalan, Rina mencekal lengannya.
"Apalagi sih!" sungut Maura mulai kesal.
"Maaf," Rina menurunkan tangannya. "Aku dengar kamu sudah menikah, apa itu benar?"
"Bukan urusanmu!" jawab Maura cepat. "Sebaiknya kamu pergi sekarang."
Maura melangkah pergi memasuki sebuah ruangan yang ada di dalam toko bunganya. Menutup pintunya dengan rapat dari dalam dan menyenderkan tubuhnya pada pintu. Debaran jantungnya terasa lebih cepat karena kemarahan yang tertahan. Sebisa mungkin dia berusaha melupakan tapi rasa sakit itu tetaplah ada, dan tidak semudah itu bisa melupakan kejadian malam itu.
Rina sudah berdiri di depan pintu tersebut, satu tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu, namun kembali dia urungkan. Saat ini dia tidak bisa terus mendesak Maura, mungkin pelan-pelan dia akan mendekati Maura lagi dan mencari tahu tentang kebenaran pernikahan Maura dan Elvano.
Sementara itu didalam ruangan, Maura melangkahkan kakinya menuju ke meja kerjanya, mengambil ponselnya dari atas meja dan membaca beberapa artikel yang menyebutkan namanya dan foto-foto dirinya bersama dengan Elvano dalam acara gala dinner semalam.
"Apa seperti ini rasanya menikah dan memiliki seorang suami? Dia bahkan memperlakukan aku seperti seorang istri sungguhan." gumam Maura saat melihat foto dirinya dan Elvano yang sudah tersebar di media sosial.
...------------...
Maura pulang dengan mengendarai mobil sendiri ketika hari sudah mulai gelap. Sebenarnya dia ingin pulang lebih awal, tapi obrolan dirinya dengan Rina tadi siang sangat mengganggu pikirannya hingga akhirnya dia memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu didalam ruangan kerjanya.
Sesampainya di halaman rumah keluarga Ferdinand, Maura melihat Elvano yang juga baru turun dari dalam mobilnya bersama dengan asisten Ryan. Elvano melihat jam ditangannya lalu mengarahkan pandangannya kembali pada Maura yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa baru pulang?" tanya Elvano dengan nada sedikit khawatir.
Maura memaksa untuk tersenyum, "Ah, tadi aku ada sedikit urusan jadi pulang terlambat."
"Matamu sedikit sembab, apa kamu habis menangis?" tebak Elvano.
Maura langsung menyentuh matanya dengan tangan. "Benarkah? Mungkin kelilipan debu saat dijalan tadi."
Elvano tersenyum dan menggeleng pelan, satu tangannya meraih tangan Maura dan menggenggamnya erat. "Sayangnya kebohonganmu itu tidak berlaku bagiku, Maura."
Maura menggigit bibir bawahnya saat merasa telah ketahuan berbohong. Kehadiran mereka di dalam rumah langsung disambut oleh Oma Mia dan kedua orang tua Elvano. Mereka mengajak Maura duduk di sofa dan menunjukkan brosur dekorasi dari wedding organizer yang sudah mereka pilih untuk acara resepsi nanti.
"Bagaimana Sayang, kamu suka dekorasi yang mana?" tanya Oma Mia dengan senyuman diwajahnya.
Maura tertegun menatap brosur ditangannya. Satu bulan yang lalu Alex juga menunjukkan brosur ketika mereka membahas tentang rencana pernikahan mereka. Setelah bertunangan, rencananya mereka memang akan segera melangsungkan pernikahan tanpa ingin menunda waktu lebih lama lagi.
"Maura." Rosa menyentuh lembut bahu Maura, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa, Sayang?" lanjutnya bertanya dengan wajah cemas.
"Oh, tidak apa-apa, Ma!" jawab Maura sembari memaksakan tersenyum. "Cuma sedikit capek saja."
"Tuh, Papa bilang juga apa, ngobrolin masalah ininya besok saja, kasihan kan Maura kecapean baru pulang dari toko." ujar Andrew.
Maura menggeleng cepat, "Nggak apa-apa, Pa. Aku nggak capek-capek banget juga kok."
Maura mulai membuka halaman demi halaman brosur yang ada ditangannya, melihat-lihat konsep dan desain yang ditawarkan untuk acara resepsi pernikahannya nanti. Dari tempatnya duduk, Elvano memperhatikan. Ada perasaan kagum yang sulit untuk diutarakan. Maura... Gadis itu langsung mendapatkan tempat di tengah-tengah keluarganya meskipun mereka baru saling mengenal. Jika itu Karina, apakah akan mendapatkan perlakuan yang sama?
"Oh ya, Maura. Kamu sudah pernah periksa kandungan belum, Sayang?" tanya Rosa.
Gerakan tangannya terhenti, Maura mengangkat wajahnya perlahan dan tatapannnya bertemu dengan mata Elvano yang juga sedang menatapnya dengan ekspresi terkejut.
"Ah, a-aku..."
"Mama dan Oma berencana untuk menemani kamu memeriksakan kandungan kamu besok, bagaimana?"
...
...
...
Bersambung...
semua perbuatan yg dipilih ada yg harus dipertanggungjawabkan bukan?
itu jalan yg lu pilih
nikmati aja😏
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya