Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.14
6 bulan kemudian....
setelah pembagian rapot sekolah, Fatih sudah mantap untuk melanjutkan mimpi nya di kota. Yaitu kuliah di sana.
"Hati hati di sana ya nak, jaga kesehatan selalu, ibu selalu mendoakan mu. jangan lupa sholat Lima waktu nya ya le."
"Iya Bun, aku berangkat dulu. takut terlambat ke bandara nya."
"Hati hati, ingat jaga pola makan nya ya le, bunda menyayangi kamu selalu. titip salam juga buat kakak mu itu. Jangan lupa suruh dia pulang buat jenguk bunda di rumah."
"Iya Bun."
hari ini, pertama kali nya, Fatih berangkat ke kota untuk menempuh pendidikan nya di universitas ternama di Jakarta. Semua biaya nya, ditanggung oleh Farid, anak pertama nya yang kini sudah menduduki jabatan sebagai manager, di salah satu perusahaan.
Farid juga, dikabarkan berpacaran dengan salah satu anak dari sang pemilik perusahaan tersebut. Entah bagaimana hubungan mereka bisa terjalin. Farid juga Sudah mulai jarang berkomunikasi dengan ibu nya, untuk sekedar bertanya kabar. Farid lebih, sibuk menghabiskan waktu nya dengan pacar nya itu.
setelah Fatih pergi, dan diantar melalui salah satu mobil yang di sewa oleh asih. Tak lama air mata asih Kembali menetes. Anak nya, satu persatu sudah mulai pergi meninggalkan nya. Ida ikut suami nya, Farid betah tinggal di kota, dan tak bisa meninggalkan pekerjaan nya, dan sekarang Fatih yang akan kuliah di kota mengikuti jejak kakak pertama nya.
Setelah puas berdiri, melihat kepergian anak nya itu, asih langsung masuk kedalam dengan tatapan sendu.
"Rumah ini, sudah sepi, dan sekarang sunyi mas. anak anak kita udah pada besar. Fatih udah menyusul kakak nya di kota, Ida udah menikah dan ikut suaminya di desa sebelah, sedangkan Farid, dia udah ga pernah pulang beberapa tahun ini mas. Aku merindukan mu, suamiku." gumam nya sambil menangis diam diam, menatap Poto usang yang berada di kamar nya itu.
Walaupun asih sempat kecewa dengan sikap Ida, tapi rasa sayang seorang ibu tak akan pernah hilang begitu saja. Dia sering berkunjung melihat keadaan anak nya di desa sebelah. walaupun besan nya begitu sombong, dan tak mengizinkan nya masuk ke dalam rumah, tapi asih sama sekali tak keberatan.
Flashback...
Asih berjalan kaki menuju ke desa sebelah, dengan jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal nya. karena tak ada kendaraan saat itu, dia bertekad mengunjungi anak nya di rumah besan nya itu, untuk sekedar melihat kondisi, maupun situasi anak nya baik baik saja.
"Tok...tok...tok... kebetulan di rumah hanya ada Ida dan juga ibu mertua nya ria. Untuk jamal dan juga putra sedang berada di kantor kepala desa, karena adanya rapat di sana.
"Ida! buka pintu nya, siapa itu yang ngetok ngetok di luar!" teriak ria dengan suara cempreng nya.
"iya Mah."
"Kamu ini, lelet sekali, dari tadi ngapain, aja?' bentak nya dengan penuh ketegasan.
Tinggal di tempat mertua nya, membuat mental nya begitu terganggu. Dulu dia sangat malas memasak dan menyapu rumah, sekarang sifat nya menjadi sangat dingin, dan tatapan nya berubah. Ida yang manja, berubah menjadi Ida yang serba bisa. Omelan mertua nya juga tak pernah dia tanggapi dan hanya bisa gerutu dalam hati saja. Kadang dia mengadu dengan suaminya juga tak perduli, hal itu membuat emosi Ida semakin tertekan. Dia butuh pelampiasan sebenarnya.
"bunda! ngapain ke sini?" tanya nya dengan penuh keheranan.
"Nak, bagaimana kabarmu. Kok terlihat pucat gini, nak. Wajah kamu?" tanya nya dengan penuh pengertian.
Asih begitu merindukan anak gadis nya, yang sudah lama tak dijumpai nya, itu. mereka sudah tak bertemu sekitar 2 bulan yang lalu.
"Aku baik, untuk apa bunda kesini?" tanya nya yang masih terlihat marah, mengingat kejadian saat itu. walaupun dia salah, tapi ibu nya malah menikahinya dengan pria seperti putra. nasib nya seperti ini, semua gara gara ibu nya.
"bunda kangen sama kau nak. Kamu baik baik saja kan, kok badan kamu kurusan syang?"
"bunda gausah perduli sama aku. bunda sebaiknya pulang aja sana, gausah liatin aku lagi. bunda kan udah ga peduli sama Ida. Yang bunda sayang cuman, kak Farid, sama kak Fatih doang."
"Deg....
"nak, maksud kamu apa?' tanya asih yang kaget mendengar ucapan anak perempuan nya itu.
"Iya, aku benci liat bunda. Gara gara bunda, aku harus menghadapi situasi seperti ini. Udah bunda pulang aja sana, gausah sok perduli sama Ida lagi."
"Ida! Siapa yang bertamu pagi pagi ha!" teriak ria dengan penuh penasaran.
"Bukan siapa siapa mah, hanya pengemis!" teriak nya dengan penuh penekanan.
Entah apa yang membuat gadis itu, murka dengan ibu nya. Mungkin karena hasutan dari mertua nya, yang pernah mengatakan; "Ini semua salah nya ibu kamu. Kalau saja dia ga kemari, meminta pertanggungjawaban dengan keluarga kami, mungkin sekarang kamu bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Anak ku, juga tak perlu susah susah bertanggung jawab dengan anak mu itu." desis mertua nya yang melimpahkan rasa kesal nya kepada Ida yang menangis tergugu di sana. Saat ini, kehamilan nya sekitar 6 bulan setengah. jadinya dia tak bisa kemana mana, dan hanya bisa dirumah saja.
"Ida, apa yang kamu katakan nak, apa salah Bunda?" tanya asih dengan pandangan yang getir.
"Sudah lah, Bun. sana pulang, mama mertua ku, ga suka melihat kehadiran bunda di rumah kami ini. Buat semak aja." Desis nya dengan penuh kata kata yang tajam.
Rasa sakit di hati asih semakin dalam, anak perempuan nya, tiba tiba membenci nya begitu saja. Entah apa yang terjadi, dia juga tak tau apa.
"Baiklah, bunda kesini hanya cuman memastikan kamu, dan calon anak kamu baik baik saja. bunda pulang dulu, ya nak. Kalau ada apa apa, tolong kabarin bunda ya, bunda selalu mendoakan rumah tangga kalian baik baik saja. bunda pamit, ini ada sedikit uang untuk membeli buah buahan nak." ucap nya menyelipkan uang 200 RB kepada tangan Ida.
Ida menahan rasa sesak di dada nya, dia sebenarnya tak sanggup seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah keputusan yang tepat. Dia lebih menuruti kata kata mertua nya itu, dibandingkan ibu kandung nya sendiri. Di rumah ini, dia mendapatkan apapun yang tak pernah dia miliki sebelumnya, makanan yang enak, hp baru, baju bagus, dan kebutuhan skincare yang tak pernah ada sebelumnya, selama dia tinggal di rumah ibunya. Tapi sekarang, kehidupan nya sudah berbeda. Walaupun mertua nya cerewet, tapi kebutuhan nya selalu di penuhi dengan sangat baik. Itulah mengapa, dia hanya bisa melampiaskan rasa kesal nya di dalam, hati saja
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..