Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbalik-2
"Huueeeek." Burhan kembali memuntahkan cairan pekat darah dari mulutnya. Ia menepis tubuh ketiga pria yang sudah berusaha untuk menolongnya.
"Pergi! Pergi dari rumahku! Kalian hanya mentertawakanku!" ucapnya dengan nada dingin. Ia mendorong tubuh Hasyim dan Sholeh bergantian, banhkan ujung kakinya menendang Atik Adi yang mencoba membantu mengeluarkan iblis yang bersarang ditubuh Burhan.
Ketiganya tercengang. Mereka tak mengerti dengan sikap pria renta yang tampak masih arogan dan bahkan tidak berterimakasih atas apa yang sudah mereka lakukan.
"Pergi! Pergi!" ia mengusir ketiganya, dan juga warga yang menontonnya.
Melihat hal tersebut, mereka tak memiliki pilihan, selain meninggalkan rumah pria egois yang sudah tampak sekarat.
"Sudah dibilang, jangan ditolong, ngapain juga diperdulikan." sungut seorang pria, dan pergi meninggalkan halaman rumah Atok Burhan dengan nada ketus, wajahnya terlihat sangat masam.
Ia salah satu warga yang sudah muak dengan pria tersebut. Apalagi salah satu keluarganya ada yang terkena racun santau milik Atok Burhan, sehingga membuatnya berharap, jika pria renta itu segera meninggal.
Warga mulai membubarkan diri. Mereka juga tak sudi melihat pria iru hidup lebih lama Burhan kembali dalam kesendiriannya, terpuruk dalam sengsara. Sedangkan Rodiah sang istri, tak ada tanda-tanda untuk kembali pulang.
Sepeninggalan warga, Burhan memaksa untuk bangkit. Ia terlihat semakin mengenaskan, dengan noda sarah yang berceceran dilantai dan mengenai wajahnya.
Pria itu merangkak untuk menutup pintu. Suasana malam yang gelap dan pekat, membuatnya semakin terlihat miris diantara siksa dan karma yang sedang dialaminya.
Pintu berderit, tertutup dengan perlahan. Pria itu berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang berat, lalu beranjak dari tempatnya, dan menuju kamarnya, masih dengan merangkak.
*****
Darmadi duduk diteras rumah kos. Ia menatap malam yang semakin larut. Bibirnya terlalu sibuk menyesap sebatang rokok yang berada ditangannya.
Rekan-rekannya sudah tertidur, hanya ia, dan seorang gadis yang terlihat masih sibuk dengan Tuhan-Nya.
Gadis itu terlihat sibuk berdzikir, seolah saat ini hanya ada ia dan Sang Pencipta.
Hubungannya semakin dekat. Rasa cintanya terus bertumbuh, dan ia terlihat tak lagi perduli dengan penyakit yang sedang dideritanya.
Perlahan ia mengambil sebuah mushaf kecil, lalu membuka lembarannya, ia mulai membacanya, dengan bibirnya yang bergerak, tetapi tanpa suara.
Ia sudah membacanya terus- menerus, dan tak perduli dengan waktu yang terus berputar, ia seolah ingin dicintai oleh Dia yang memberi kehidupan.
Darmadi melirik sang gadis. Sejenak memandang, lalu berpaling, dan kembali menyesap rokok ditangannya yang hampir habis. Entah sudah berapa batang yang dihisapnya, dan terdapat banyak puntung yang berserakan didepan halaman.
Perlahan ia menatap langit kelam. Bulan hanya memperlihatkan separuh dari bentuknya. Oa seolah sedang bertanya pada Pencipta-Nya, mengapa gadis itu harus diuji dengan sebuah ujian yang begitu berat?
"Uhuuuuk," Kiky kembali terbatuk kecil. Ia merasakan lehernya seolah ada riak-riak kecil yang menggelitik, terasa gatal, namun sulit dijelaskan.
Ia berhenti untuk mengaji. Lalu meraih sebotol air putih dalam wadah tumbler berwarna biru navi. Ia meneguk air hangat tersebut, berharap rasa gatal itu menghilang, dan memberinya kesempatan untuk kembali membaca setiap tulisan ayat suci yang terdapat dimushafnya.
"Ya Rabb, andai tiba masaku, ijinkan aku mencintai-Mu lebih dari apapun, dan aku ingin mati dalam keadaan suci," doanya dalam hati.
Sementara itu, Darmadi menghela nafasnya dengan berat. Ia beranjak dari tempatnya, lalu masuk ke dalam rumah, dan mengunci pintu.
Setelahnya, ia memilih pergi masuk kedalam kamar, dan berniat untuk tidur.
Saat ia merebahkan tubuhnya diatas tikar, ia melihat Yudi yang ternyata belum tidur. Terlihat ia sedang sibuk dengan ponselnya.
Perlahan, ia menyodorkan ponselnya pada Darmadi. "Baca," ucapnya dengan nada berbisik.
Darmadi membaca sebuah artikel tentang racun Santau. Disana tertulis, jika racun itu adalah sejenis sihir yang dikirimkan oleh setan, dan penulisnya adalah dari negara tetangga.
Hal ini membuktikan, jika racun itu memanglah ada, dan bahkan sampai menyebar ke negeri jiran.
Darmadi memberikan ponsel tersebut kembali kepada Yudi. Terlihat tatapan nanar. Ia merasa dilema, dan andai saja Kiky mendengarkan saran mereka untuk pulang, maka itu akan lebih baik, dan kedua orangtuanya dapat mengontrol tentang makanannya.
Yudi mengetik sebuah pesan, lalu memperlihatkannya pada Darmadi, seolah mereka sedang berbicara, tetapi tidak ingin didengar oleh gadis tersebut.
[Apa kita paksa saja ia pulang?] isi pesan yang diketik dan tidak untuk dikirimkan. Ia memberikan ponselnya pada Darmadi.
Pemuda itu membacanya, dan pertanyaan itu yang sangat rumit untuk ia jawab.
[Sulit untuk dijelaskan,] balas Darmadi, dan sebelumnya menghapus ketikan dari Yudi. Lalu memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.
Keduanya kembali terdiam setelah berbalas pesan. Terlihat sebuah pemikiran yang sangat berat sedang dirasakan keduanya.
Ditempat lain. Pria tua sedang sekarat. Ia bukan saja sedang merasakan tubuhnya sakit, namun rongga dadanya bagaikan terasa disengat sesuatu.
Ia baru saja mencapai ranjangnya. Saat akan membaringkan tubuhnya, tiba-tiba saja sebuah serengan datang dari arah yang tak disangka-sangka.
Serpihan kaca dan miang bambu kembali masuk kedalam tubuhnya dengan cara ghaib.
Ia kembali merasakan sesak yang sangat luar biasa, hingga membuatnya hampir tak dapat bernafas.
Diluaran sana, seseorang yang terkena racun Santau miliknya, sedang pergi ke seorang dukun hitam, dan meminta racun itu dikembalikan pada yang telah meracunnya.
Sang dukun hitam mengembalikan racun kiriman Atok Burhan kepada pemiliknya, dan hal ini semakin memperburuk kondisi sang pria tua.
Ia mulai mencengkram tepian ranjang yang terbuat dari besi tua. Rasa sakit itu sudah tak lagi dapat ditahannya, hingga akhirnya, seekor ulat bulu yang masih hidup menyengat bagian jantungnya, dan membuatnya mengejang, lalu kembali memuntahkan darah, dan ambruk dilantai, dalam kondisi tak lagi bergerak
*****
Seminggu berlalu. Rumah Atok Burhan masih tertutup. Sedangkan Rodiah tak pernah lagi terlihat dimana rimbanya. Ia menghilang tanpa jejak, seolah tak lagi ingin kembali ke rumah tersebut.
Wanita itu sudah memindahkan aset kebun kelapa atas namanya, dan begitu juga dengan rumah tersebut.
Atok Adi melirik pintu rumah Burhan yang masih terkunci, dan sudah seminggu ini tak keluar rumah.
Aroma busuk mulai tercium menyengat dan hal ini membuatnya merasa curiga.
Ia bergegas menuju kediaman Hasyim, dan berniat melaporkan atas apa yang sudah membuatnya merasa penasaran.
Langkahnya dipercepat, dan saat bersamaan, ia melihat Hasyim sedang mengendarai motornya. Ia bergegas menghentikannya.
"Assalammualaikum, ada apa? Terlihat sangat penting." pria itu menghentikan motornya.
"Disana, akun mencium bau busuk!" Atok Adi menunjuk pada rumah Atok Burhan yang tak.jauh dari posisi mereka saat ini.
Deeeegh
Hasyim merasakan sebuah firasat yang sangat buruk, dan ia sangat khawatir.
"Kita kumpulkan warga." ucapnya dengan wajah tegang.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...