NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 11

*****

Minggu pagi itu cerah. Sinar matahari menyusup lembut melalui tirai jendela kamar Arumi, membangunkannya dengan kehangatan yang lembut. Setelah beberapa hari yang cukup melelahkan, akhirnya hari yang direncanakan tiba, jalan-jalan bersama Hilda.

Tanpa tergesa, Arumi bersiap di depan cermin. Ia mengenakan blus putih sederhana dan celana jeans biru muda, menata rambutnya seadanya. Tak ada riasan berlebihan, hanya lip balm dan bedak tipis. Cukup untuk membuat dirinya tampak segar.

Di ruang tamu, handphonenya bergetar.

Hilda: “Aku otw ya, Rum. Bentar lagi sampe.”

Arumi membalas cepat, lalu mengambil tas kecilnya. Setelah memastikan dompet dan ponselnya masuk, ia menarik napas panjang, mencoba mengusir sisa kegelisahan yang sempat muncul semalam.

Begitu keluar rumah, suara klakson kecil menyambutnya. Mobil putih Hilda terparkir di depan apartemen. Jendela turun, memperlihatkan wajah sahabatnya yang sudah mengenakan kacamata hitam dengan senyum lebar.

"Siap, Bu Arumi?" sapa Hilda ceria.

Arumi tersenyum kecil. "Siap, Bu Supir."

Mereka tertawa. Arumi masuk ke dalam mobil dan Hilda langsung tancap gas perlahan.

"Jadi, kita mau ke mana dulu nih? Brunch cantik atau keliling toko buku bekas kayak biasa?" tanya Hilda sambil melirik ke arah Arumi.

"Brunch dulu, perut aku belum isi apa-apa," jawab Arumi sambil merapikan sabuk pengamannya. "Tapi jangan yang rame ya. Aku lagi pengen yang tenang."

"Tenang? Waduh, berarti bukan tempat biasa nih. Tapi santai, aku udah ada tempat baru yang nggak rame, suasananya adem banget."

Perjalanan pun dimulai. Di dalam mobil, obrolan mengalir begitu saja, tentang pekerjaan Hilda sebagai model catwalk, drama Korea terakhir yang mereka tonton, dan sedikit tentang Nayla yang hari itu tak bisa ikut.

Mobil berhenti di depan sebuah kafe mungil yang tersembunyi di sudut kota, bernuansa rustic dengan halaman belakang yang rindang, penuh tanaman hijau dan lampu gantung kecil yang menggantung di antara pepohonan. Hilda memilih tempat duduk di luar, di bawah payung besar. Arumi duduk di seberangnya sambil membuka menu.

“Nih, cobain deh matcha latte mereka, enak banget,” kata Hilda sambil menunjuk daftar minuman. “Aku udah dua kali ke sini.”

Arumi mengambil menu yang sama, mengamati daftar minuman yang didesain minimalis dengan latar putih dan font elegan. Kafe itu memang tampak seperti tempat yang nyaman untuk berlama-lama, jendela besar di sisi ruangan membiarkan cahaya matahari masuk leluasa, menyinari meja kayu dan tanaman gantung yang menjuntai rapi.

“Dua kali ke sini sendirian atau sama seseorang?” goda Arumi sambil melirik tajam.

Hilda pura-pura pura-pura menyesap udara. “No comment.”

Arumi tertawa, lalu kembali ke daftar menu. “Aku pesan yang ini aja deh, iced matcha latte. Kayaknya segar.”

“Good choice. Nggak akan nyesel,” sahut Hilda sambil mengangkat tangan memanggil pelayan.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang, matcha latte hangat, roti panggang alpukat, dan omelet keju. Suasana tenang, hanya terdengar sayup musik akustik dan suara dedaunan bergesekan.

Hilda menyesap minumannya. “Jadi, tadi kamu cerita, Hans bakal lima hari di luar kota?”

Arumi mengangguk pelan, menunduk sebentar sebelum menjawab, “Iya. Katanya beneran buat kerja. Tapi... ya, kamu tahu sendiri, aku masih belajar percaya lagi.”

“Pelan-pelan aja, Rum. Yang penting kamu jaga dirimu juga. Jangan lupa bahagia,” ujar Hilda, menepuk punggung tangan Arumi di atas meja.

Hening sejenak. Lalu Arumi mendongak, menatap Hilda sambil tersenyum tipis.

“Hil… gimana kalau kita ke tempat Nayla aja? Kita surprise dia, yuk?” ucap Arumi, suaranya terdengar sedikit lebih bersemangat.

Hilda langsung mengangguk antusias. “Ide bagus! Daripada cuma jalan berdua, mending sekalian nyamperin Nayla. Pasti dia bakal senang banget.”

“Tapi kamu tahu kan, Nayla tugas di mana?” tanya Hilda sambil melirik ke arah Arumi yang duduk di kursi penumpang depan.

“Katanya sih di Bandung. Tapi aku nggak tahu tepatnya di mana,” jawab Arumi, mengernyitkan dahi sejenak, mencoba mengingat isi percakapan terakhirnya dengan Nayla.

“Kamu coba telepon aja, deh. Bilang aja mau ngirim sesuatu atau apa gitu, biar nggak curiga,” saran Hilda sambil tetap fokus menyetir.

Arumi mengangguk pelan. “Iya, bener juga.”

Ia mengambil ponselnya dari tas, membuka daftar kontak, dan mengetuk nama Nayla. Beberapa detik kemudian, sambungan terhubung.

“Halo, Nay?” suara Arumi terdengar riang.

“Rum? Ada apa?” suara Nayla terdengar sedikit tergesa tapi tetap hangat.

“Kamu lagi sibuk banget ya?” tanya Arumi hati-hati.

“Lagi bantu koordinasi dekor sih, tapi masih bisa ngomong. Kenapa?”

Arumi melirik ke arah Hilda yang mengangkat alis, memberi kode agar Arumi menggali lebih lanjut. “Aku penasaran aja, kamu tugasnya hari ini di mana sih, Nay?”

“Oh, aku lagi di hotel The Aruna. Klienku nikahnya besok, jadi kemarin dan hari ini udah sibuk setting segala macem,” jelas Nayla tanpa curiga.

Arumi menahan senyum. “Oke, semangat ya. Jangan lupa makan.”

“Thank you, sayang. Kamu lagi di mana?”

“Kita berdua lagi di mobil, baru aja habis sarapan,” jawab Arumi, lalu buru-buru menutup pembicaraan setelah beberapa kalimat basa-basi.

Begitu sambungan terputus, Arumi berseru, “Got it! Hotel The Aruna!”

Hilda langsung bersiul pelan. “Perfect. Kita siap bikin kejutan.”

Perjalanan menuju Bandung pun dimulai tak lama setelah mereka meninggalkan kafe. Langit Jakarta mulai beranjak dari biru pucat menjadi terang penuh, memberi sinyal bahwa siang akan segera tiba. Di dalam mobil, suasana masih santai. Musik dari playlist Arumi mengalun lembut, lagu-lagu indie favorit mereka mengiringi obrolan kecil yang sesekali di selangi gelak tawa keduanya.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga jam melalui tol Cipularang, mereka akhirnya tiba di Bandung. Udara terasa lebih sejuk dibandingkan Jakarta. Pepohonan tinggi dan bangunan bergaya kolonial yang tersebar di beberapa sudut kota membuat suasana terasa lebih hangat dan bersahabat.

Mobil mereka berbelok memasuki halaman Hotel The Aruna, sebuah hotel berbintang dengan bangunan modern yang menjulang megah, namun tetap memancarkan nuansa hangat dengan taman-taman kecil dan deretan lampu gantung yang sudah mulai disiapkan untuk acara malam.

Hilda menepikan mobil di area parkir tamu.

"Wow, ini hotelnya elegan banget ya," ucap Hilda sambil mematikan mesin.

"Kayaknya ini klien gede, deh. Pantesan Nayla nggak bisa cabut sama sekali," sahut Arumi sambil menatap bangunan di hadapannya.

Mereka turun dari mobil, membawa tas kecil berisi beberapa makanan ringan dan minuman dingin yang sengaja mereka beli sebagai “alasan” kunjungan dadakan.

Saat masuk ke lobi hotel, mereka langsung disambut aroma bunga segar yang menghiasi sudut-sudut ruangan. Salah satu staf yang mengenali mereka sebagai tamu non-menginap menghampiri.

“Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?” tanya staf dengan sopan.

“Selamat siang, kami mau menemui salah satu rekan kami yang sedang mengatur acara pernikahan besok. Namanya Nayla, dari tim wedding organizer,” jelas Arumi dengan ramah.

****

Support author dengan like, komen dan subscribe cerita ini ya. terima kasih atas support kalian semua.

1
Hanny
Aduhhhhhh seru thor. nex thor
Nurul Boed
Jangan² hansel yang mandul 🧐🧐
Waryu Rahman
betul kk..aku juga pas baca kok nyambung nya ke KAI.. GK cocok kayanya
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak❤️❤️❤️
total 1 replies
Yunita aristya
padahal sudah cocok Lo kak😁
Maple latte: Maaf karna mengecewakan ya kak🙏🙏🙏
total 1 replies
WOelan WoeLin
mungkin cerita KAI bisa dipisah jadi cerita sendiri
smangat terus thor 💪💪💪
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak ❤️❤️❤️❤️
Ben Aben: Setuju kak
total 2 replies
Nana Colen
nah betul orang seperti harus digituin 🤣🤣🤣
Yunita aristya
ternyata Maya meninggal
Eris Fitriana
Arumi ajakin jdi model aja Hil... biar Arumi jadi bintang yang terang... dan nanti ketemu pagi sama Kai...🤩🤩😍😍
Eris Fitriana
Aaah sukanyaa ternyata ada Irish, Ethan dan Kai... Wiiih Arumi calon nyonya Kai dong... mantaf Thor lanjuuuttttt...😍😍😘😘
WOelan WoeLin
next kak
Nurul Boed: Good Arumi,, Cukup sekali mengalah 😍😍
total 1 replies
Nurul Boed
wah wah ternyata masih ada hubungan dngn novel sebelumnya,, wah kirain sma maya

gpp lah lepas dari hansel
ketemu kai... Arumi menang banyakkkkk 😍😍😍😍
Yunita aristya
kirain kai sama Maya , wah gimana nasib Maya sama Nita thor
WOelan WoeLin
lanjut thor 💪💪💪
Waryu Rahman
part nya kurang panjang
WOelan WoeLin
lagi kak
Hanny Bund
kok dobel Thor part ini
WOelan WoeLin
lagi kak
WOelan WoeLin
next kak
Nana Colen
lanjut lg dooong dkit amat up nya 🤭🤭🤭
Eris Fitriana
Aku mendukung keputusan mu Arumi... jadilah kuat... jangan lemah hanya karena seorang penghianat... Buktikan kamu perempuan yg berharga dan punya prinsip...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!