NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Tamat
Popularitas:512k
Nilai: 4.6
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 1 Luka Yang Bertambah

Hari itu, untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu mengurung diri, Leon memberanikan diri untuk turun dari kamarnya. Duduk di atas kursi roda, ia menekan tombol lift pribadi di rumah mewah keluarganya. Ada sesuatu yang membuat hatinya berdegup sedikit lebih cepat — ia ingin mengejutkan Clarisa kekasihnya, yang katanya datang berkunjung hari ini.

Begitu pintu lift terbuka di lantai utama, langkah Leon terhenti. Ia belum sempat keluar saat suara lirih percakapan sampai ke telinganya.

"Maaf, Tante," suara Clarisa terdengar jelas, dengan nada berat yang berusaha terdengar sopan. "Aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini dengan Leon... Aku rasa Tante pasti paham kenapa."

Leon mematung. Tangannya mengepal di atas roda kursi, dadanya berdegup kencang menahan rasa sakit yang tiba-tiba menghantam begitu keras. Ia mundur perlahan, membiarkan pintu lift tertutup kembali. Tubuhnya bergetar menahan amarah, kecewa, dan rasa kehilangan yang begitu dalam.

Kamu tidak bisa melanjutkan hubungan dengan Leon? Suara Gaby, mama Leon, terdengar tak percaya. Matanya membulat, menatap Clarisa seolah ingin memastikan dia salah dengar.

Clarisa menundukkan kepalanya. "Tante pasti mengerti... Orangtuaku juga tidak setuju lagi. Mereka ingin aku memilih masa depan yang lebih pasti..." ucapnya dengan suara pelan.

Gaby menghela napas panjang, menahan kesedihannya. "Clarisa ,sayang... Sedikit saja kesabaranmu. Leon hanya butuh waktu. Dia akan pulih. Dia butuh seseorang untuk mendukungnya, bukan meninggalkannya," bujuknya penuh harap.

Namun Clarisa menggeleng pelan. "Maaf, Tante... Aku sudah menunggu... Tapi aku tak sanggup lagi. Rasanya... Leon tak menunjukkan perubahan... Aku tak mungkin menghabiskan hidupku dengan pria yang..." Kata-katanya terhenti, seolah tak tega untuk melanjutkan.

Seketika itu, suara berat penuh kemarahan terdengar di belakang mereka. "Pria cacat, begitu maksudmu?"

Gaby dan Clarisa sontak menoleh. Di sana, Leon keluar dari pintu lift, dengan tatapan dingin menusuk. Kursi roda menjadi saksi bisu betapa tubuhnya tak lagi sama, tapi sorot matanya... justru semakin tajam.

"Leon..." Gaby tergagap, buru-buru menghampiri putranya. "Kapan kamu turun? Mama dan Clarisa baru saja—"

"Aku dengar semuanya," potong Leon dingin. Tatapannya menembus Clarisa, membuat gadis itu salah tingkah. "Tak perlu berbohong, Mama."

Gaby menggenggam tangan Leon dengan gemetar, hatinya hancur melihat luka yang tak tersembuhkan di mata anaknya. Ia tahu, Leon sangat mencintai Clarisa. Bahkan sebelum kecelakaan itu, mereka telah merencanakan pertunangan besar-besaran.

Clarisa berdiri gugup. Ia meremas jemarinya sendiri, lalu berkata, "Baguslah kalau kau sudah dengar, Leon. Setidaknya... kau mengerti. Aku tidak mau melanjutkan hubungan kita. Aku... aku harap kau cepat sembuh, dan menemukan kebahagiaanmu sendiri."

Kata-kata itu seperti belati yang menghujam dada Leon satu per satu. Namun, pria itu hanya tersenyum miring, senyum yang sama sekali tidak hangat.

"Semudah itu, ya?" gumamnya dingin. "Begitu saja kau pergi... hanya karena aku tak lagi sempurna."

Clarisa terdiam. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata tersangkut di tenggorokannya.

"Pergilah," ucap Leon akhirnya, suaranya datar. "Mulai hari ini, kita tak ada hubungan apa pun lagi."

Clarisa menggigit bibir bawahnya menahan air mata. Tanpa berani menoleh lagi, ia membalikkan badan dan melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Langkah-langkahnya terdengar memudar di kejauhan, sementara di dalam ruangan, keheningan yang mencekam menggantung berat di udara.

Gaby menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Ia ingin memeluk Leon, tapi langkahnya tertahan ketika melihat betapa kerasnya rahang putranya mengatup, betapa tangan Leon mengepal erat di atas roda kursinya.

Sejak hari itu, Gaby tahu... luka di hati Leon bukan hanya karena tubuhnya yang lumpuh. Tetapi karena hatinya... kini benar-benar hancur

---

Setelah kepergian Clarisa , Leon hanya bisa memandangi pintu yang kini tertutup. Hatinya hancur, perasaannya berantakan. Tanpa berkata apa-apa, ia segera memutar kursi rodanya, lalu mengarahkannya ke lift untuk kembali ke kamarnya di lantai atas.

Gaby, mama Leon, mencoba menghentikan langkahnya. “Leon, tunggu… Mama ingin bicara,” ucapnya pelan, penuh harap.

Namun, Leon sama sekali tidak menoleh. Ia bahkan tidak menunjukkan isyarat sedikit pun bahwa ia mendengar suara ibunya. Ia terus melaju, seolah tak ingin mendengar satu pun penjelasan lagi.

Gaby pun terdiam. Dengan suara lemah, ia hanya mampu berkata, “Kalau kamu butuh sesuatu… Mama selalu ada untukmu, Nak.”

Tanpa membalas, Leon masuk ke dalam lift. Pintu lift perlahan tertutup, menyisakan kesunyian yang menyayat hati. Gaby hanya bisa berdiri mematung di tempatnya. Ia memahami betul perasaan putranya. Luka yang Leon rasakan terlalu dalam untuk diobati dengan kata-kata.

Sesampainya di lantai atas, Leon langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Ia menguncinya rapat-rapat, seakan ingin menutup dunia luar yang hanya memberinya luka dan kekecewaan. Nafasnya memburu, tangannya bergetar menahan emosi.

Tanpa berpikir panjang, ia menggerakkan kursi rodanya ke arah lemari kecil di sudut kamar. Tangannya menyambar bingkai foto dirinya bersama Clarisa , lalu melemparkannya ke lantai hingga pecah berantakan.

“AARRRGHH!!” teriaknya penuh amarah. “Kau jahat, Cla!!!” suaranya menggema memenuhi ruangan.

Leon mengguncang kursi rodanya dengan kasar. Tangannya menyapu semua barang di atas meja. Buku, vas bunga, jam, dan benda-benda lainnya beterbangan dan jatuh berantakan ke lantai.

“Kenapa kau tinggalkan aku?!” jeritnya dengan suara serak. “Apa salahku sampai kau tega meninggalkanku hanya karena aku lumpuh?!”

Matanya memerah. Air mata yang selama ini ditahan tumpah begitu saja. Ia memukul-mukul dadanya sendiri sambil menggeram, “Kau tahu betapa aku mencintaimu! Tapi ternyata cintamu hanya palsu, hanya sebatas kata-kata yang manis saat aku masih sempurna…”

Suasana kamar menjadi saksi amuk dan ratapan hati seorang pria yang kehilangan segalanya dalam sekejap.

“Aku membencimu, Clarisa! Aku benar-benar membencimu!!” ucapnya di sela tangis yang pecah tak terbendung. “Aku sudah menyiapkan hidup untuk bersamamu… Tapi kau hancurkan semuanya hanya karena aku tak lagi bisa berdiri…”

Leon memukul sandaran kursi rodanya berkali-kali. Ia menunduk dalam, menahan isak yang keluar begitu menyakitkan.

Sementara itu, di luar kamar, Gaby hanya bisa berdiri tepat di depan pintu kamar putranya. Tubuhnya bergetar mendengar teriakan dan suara barang-barang yang dilempar di dalam. Air matanya mengalir pelan, tak kuasa menahan kesedihan yang menyesakkan.

Gaby memeluk dirinya sendiri, mencoba meredam perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya sebagai seorang ibu. Ia tak sanggup membayangkan betapa hancurnya hati Leon—anak semata wayangnya—yang kini tidak hanya harus menghadapi kenyataan pahit karena kelumpuhannya, tapi juga ditinggal pergi oleh wanita yang paling dicintainya.

Ia teringat saat suaminya meninggal dunia, tepat ketika Leon baru memasuki dunia perkuliahan. Saat itu, hanya ia seorang diri yang berjuang membesarkan dan membimbing Leon, sembari mengelola perusahaan keluarga. Dengan kerja keras dan dedikasi, Gaby berhasil menjaga perusahaan tetap bertahan. Dan saat Leon lulus, anak itu mengambil alih perusahaan dan membuatnya berkembang pesat. Leon bahkan dijuluki sebagai salah satu pengusaha muda paling sukses dan disegani di kota itu.

Namun semuanya berubah setelah kecelakaan itu.

Sudah sebulan lebih sejak tragedi itu terjadi. Pada awalnya, Leon masih optimis. Ia percaya dirinya bisa sembuh. Ia rajin menjalani terapi dan selalu berkata bahwa suatu hari nanti ia akan kembali berdiri, kembali mengejar mimpinya bersama Clarisa.

Tapi harapan itu perlahan memudar. Kakinya belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Semangatnya mulai luntur. Terlebih, hari ini, wanita yang ia anggap sebagai masa depannya memilih pergi dengan alasan yang menyayat hati.

Tak hanya itu, pesaing-pesaing bisnis yang dulu tak berani bersuara kini mulai mencibir. Mereka memanfaatkan kondisi Leon untuk menjatuhkannya. Beberapa bahkan terang-terangan meragukan kemampuan Leon dalam memimpin perusahaan.

Gaby memejamkan mata sambil menghela napas berat. Ia tahu, perjuangan anaknya belum berakhir. Tapi luka hari ini mungkin akan meninggalkan bekas yang dalam di hati Leon

“Bertahanlah, Nak…” bisiknya pelan, penuh do'a. “Mama tahu kamu kuat…”

1
Cicih Sophiana
wah Clarissa mau cari masalah lg nih... ini sasaran nya asisten Rafa apa dia belum kapok yah...
Cicih Sophiana
klo takut gila bawa aja Tya pergi Raf... tp di bawanya ke penghulu dong
Cicih Sophiana
mata mata siapa yah itu yg mengirim kan foto Tia dan Rafa... jgn sampe saudari tiri nya aja..
Cicih Sophiana
ayo semangat Rafa kejar Leon jgn bahagia sendiri... kamu jg harus bahagia dgn Tia seperti Leon dgn Nayla..
Cicih Sophiana
balas aja Davin kalian pasangan yg licik dan gak punyati... kalian emang cocok sama sama sampah gak berguna..
Cicih Sophiana
tunggu ya papa sebental lg yuniol akan hadil...🤭😂
Cicih Sophiana
itu lah seharus jd istri bukan hanya kesenangan nya saja yg di mauin..
Cicih Sophiana
jantung mu konslet Rafa krn Tia... cepat periksa bawa Tia ke KUA penyebab nya...
Cicih Sophiana
semoga Rafa datang tepat waktu dan Tia bisa di selamat kan...
Cicih Sophiana
ayo Rafa selamat kan jodoh mu... kasian hidup nya sdh sangat menderita.. seret aja ibu tiri dan anak nya biar mereka yg melunasi hutang nya...
Cicih Sophiana
ayo lah tolong Tia Rafa kasian dia slalu di siksa ibu tiri dan kakak tiri nya
Denni Siahaan
ceritanya bagus 🌹🌹🌹🌹
Cicih Sophiana
Leon sudah menunggu lama Nay kesempatan seperti ini... setelah kaki dia sembuh... nah sekarang kan sudah sembuh... ya nikmati aja sampai kamu gak bisa jalan 😂😂😂
Cicih Sophiana
cie cie selamat yah Leon belah duren nya... pasti legit tuh rasa nya 🤭😂
Cicih Sophiana
tenang aja Nayla.. Leon diam blm memperlihat kan kesembuhan nya krn dia mau memberi kejutan di ulang tahun mu... Leon bukan mau macam macam
Cicih Sophiana
ayo Davin lawan Leon... mana nyali mu apa cuma berani sama orang lumpuh... kelaut aja kamu Davin klo berani nya cuma sama orang lumpuh
Cicih Sophiana
maka nya Nay jgn cepat percaya sama orang yg tdk di kenal... kan si madam udah curiga tp kamu ngeyel
Cicih Sophiana
ayo Leon semangat biar cepat sembuh untuk membuktikan pada si kadal buntung... klo kamu bisa melindungi Nayla dari manusia yg tdk berguna seperti Davin....
Cicih Sophiana
mimpi jgn terlalu tinggi Davin... dulu kamu sdh merebut Clarissa dari Leon sekarang jgn mimpi apa lg berharap
Cicih Sophiana
pasti cemburu ya Nay... klo nama mantan di sebut dan kesukaan nya masih di ingat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!