NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:832
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu Eps 13

Regina, yang baru saja keluar dari area perkantorannya, merasa mobilnya diikuti. Seorang pria, tepatnya, mengendarai motor Kawasaki Ninja ZX-6R berwarna merah, terus membuntutinya sejak tadi. Bahkan, ketika Regina tiba di halaman rumahnya, pria itu pun ikut berhenti, seolah memastikan sesuatu. Setelah itu, barulah pria itu pergi meninggalkan rumah Regina.

Regina merasa ada yang aneh, namun ada sensasi familiar yang menggelitik ingatannya tentang pria asing itu.

Beberapa hari ini, pria terus membuntuti Regina, seolah memastikan keselamatannya.

Malam ini, cuaca gerimis menemani perjalanan pulang Regina. Ia memacu pelan motor kesayangannya, Kitty. Mobilnya mogok, untungnya di rumah, bukan di jalan. Jadi, ia memutuskan membawa Kitty ke kantor. Entah mengapa, jalanan terlihat sepi. Tiba-tiba, sebuah mobil menghadang perjalanannya.

"Siapa, sih?" gumam Regina.

Pintu mobil BMW hitam itu terbuka, menampilkan sosok pria yang keluar dari mobil tersebut.

Melihat sosok itu, mata Regina membulat terkejut. "Arya," ucap Regina lirih.

"Sayang, kemarilah, peluk aku," ucap Arya sambil membentangkan tangannya.

Regina masih diam, enggan meladeni pria tak tahu malu di depannya itu.

"Kembalilah padaku, Regina. Aku tahu kamu tidak mencintai suami sopirmu itu, kan? Apa tidak ada pria lain selain sopir itu? Apa seleramu turun?" ucap Arya.

 "urat malu mu sudah putus? kamu yang meninggal kan ku lari dengan selingkuhanmu, lalu kamu bilang akun yang turun selera nya? " ucap Regina mencebik.

Arya yang geram dengan ucapan Regina pun maju, ia menyeret paksa tubuh Regina masuk ke dalam semak, "aku menginginkan tubuhmu tapi tak pernah kamu berikan jadi jangan salahkan aku jika aku meminta nya sekarang. " ucap Arya, ia merobek paksa pakaian milk Regina dengan bringas.

"Bima tolong aku, " ucap Regina dalam hati.

Bajunya sudah tertanggal setengah, ia tak bisa berbuat apa-apa, ia menatap langit yang sama yang pernah ia tatap saat mengobrol dengan Bima.

Sreeeet.... bruk...

Arya merasa bajunya di tarik dari belakang dan membuatnya jatuh tersungkur.

Bugh... bugh...

Belum bangkit dari jatuhnya Arya sudah menerima bogem mentah di wajahnya, Bima memukuli wajah Arya.

Ya Bima dia yang menolong Regina, Bima memang sudah beberapa hari ini di Indonesia, Bima jugalah yang beberapa hari ini membuntuti Regina memastikan istrinya selamat, ia tidak bisa langsung bertemu oleh Regina karena ada sesuatu yang membuat nya tak leluasa bertemu dengan sang istri.

Tak berselang lama, sebuah mobil putih berhenti. Dua pria berpakaian serba hitam keluar dari mobil, langsung menyeret Arya masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.

Bima membuka jaketnya, menutupi tubuh Regina yang sudah setengah polos, tubuh yang selama ini ia jaga dan tak kunjung ia sentuh.

Bima menggendong tubuh Regina keluar dari semak belukar, lalu menurunkannya untuk duduk di motor Ninja miliknya. Wangi parfum Bima berbaur dengan aroma tubuhnya, membuat Regina langsung mendongak.

Pelupuk matanya penuh, penglihatannya mengembun. Melihat pria yang amat sangat ia rindukan kini hadir di hadapannya, menolong dirinya, tanpa sungkan Regina langsung memeluk tubuh Bima dan menangis di pelukan sang suami.

Bima menciumi pucuk kepala istrinya, seolah tak akan dapat menciuminya lagi nanti.

Bugh... bugh... "Kamu jahat," ucap Regina di sela tangisnya, memukuli dada bidang Bima.

Bima meraih kedua tangan itu dan menciuminya. "Maaf," ucap Bima lirih.

Ingin rasanya ia menetap di sisi istrinya, melindunginya seperti sebelumnya. Namun, ia sadar kini ia bukan lagi Bima si sopir, melainkan CEO Grup Wirawan.

"Kapan kamu pulang?" tanya Regina setelah tangisnya mereda.

"Sudah hampir seminggu," ucap Bima, tak melepaskan pandangannya dari wajah istrinya, wajah yang selalu ia rindukan.

Regina menelisik motor yang ia duduki. "Motor ini?" Bima mengangguk. Regina sadar jika motor inilah yang beberapa hari ini membuntutinya, ternyata adalah suaminya sendiri.

"Kenapa tidak langsung menemuiku?" tanya Regina, sorot matanya menuntut jawaban.

"Aku tidak bisa sebebas dulu untuk menemuimu. Ada hal yang harus aku pertimbangkan," ucap Bima lesu. Sungguh, jika dirinya bisa memutar waktu, ia lebih baik memilih kabur daripada harus terpisah seperti ini.

"Aku rindu Bima-ku yang dulu. Dia anak sopir yang juga menjadi sopir pribadi ayahku," ucap Regina sambil menghapus kasar air matanya, seolah air mata itu tak diizinkan untuk turun.

Bima menundukkan kepalanya. Jika ia tak malu, ia ingin menangis di depan istrinya, tapi air matanya seolah mengering.

"Maaf," ucap Bima, kembali memeluk tubuh sang istri yang kini sudah menangis histeris, seolah menumpahkan tangisan yang sudah lama ia pendam.

"Aku kangen kamu, Bima. Kamu tahu aku sakit sampai dua bulan menangisimu. Bahkan, aku nggak berani cerita sama ibuku, takut dia juga merasakan sakitku. Apa kamu tahu, Bima!" ucap Regina, menumpahkan segala perasaannya yang selama dua bulan ini ia pendam.

Bima memeluk erat tubuh istrinya, tubuh yang ia rasa tak seperti dulu sebelum ia pergi. Tubuh yang menurutnya kini kurus, dengan cekungan di bawah mata.

Sungguh, Bima mengutuk dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada istrinya. Memang, pernikahan mereka tidak didasari oleh cinta. Dulu, Bima menikahi Regina karena menjaga nama baik Pak Adhi, atasannya, dan saat itu ia juga butuh uang untuk melunasi hutang ibunya demi pengobatan almarhum ayahnya.

Namun, takdir justru membuatnya jatuh cinta sedalam-dalamnya pada wanita yang bergelar istrinya itu. "Ayo," ajak Bima pada Regina.

"Ke mana?" tanya Regina yang sudah memeluk tubuh Bima dari belakang. "Rumahku, rumahmu," ucap Bima sembari menyalakan mesin motor.

Bima melakukan motor ninjanya ke kawasan perumahan elit yang bersebelahan dengan kawasan rumah milik Regina, rumah yang di bagun di atas tanah seluas lima ratus meter persegi, yang di beli oleh Bima untuk sang istri.

Regina menatap sekeliling rumah mewah tersebut memang rumahnya tak kalah jauh tapi bagian dalam interiornya seolah memang sengaja dibuat untuk dirinya, Regina menatap wajah Bima, Bima hanya tersenyum.

Di kamar seluas lapangan futsal menjadi kamar utama di hunian mewah itu, setelah menutup pintu kamar Bima menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa samping tempat tidur, Regina menyusul duduk di pangkuannya.

Memeluk tubuh Bima, seakan tak ingin lagi dilepaskan nya, Bima pun sama ia memeluk erat tubuh mungil istrinya.

Bima memandang lekat wajah istrinya, seolah ada magnet yang perlahan menarik wajah mereka mendekat.

Cup...!

Ciuman itu bukan sekadar sentuhan bibir, melainkan pengakuan. Pengakuan atas segala rasa sakit, harapan, dan kerinduan yang selama ini mereka pendam.

Air mata menggenang di pelupuk mata Regina saat bibir Bima bergerak lembut di bibirnya. Ada kelegaan, kebahagiaan, dan sedikit ketakutan dalam ciuman itu.

Seolah mereka mempertaruhkan segalanya, namun juga menemukan rumah di saat yang bersamaan.

Regina membalas ciuman itu dengan sepenuh hati, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan dan cinta yang telah lama ia impikan.

"Aku menginginkanmu," ucap Regina dengan suara serak, yang terasa menghanyutkan di telinga Bima. Bima menggendong tubuh Regina seperti koala dan merebahkannya di ranjang king size.

Ciuman yang lembut itu seolah menuntut keduanya untuk merasakan lebih. Satu per satu, pakaian mereka berguguran seperti daun di musim gugur. Bima perlahan turun, mengabsen seluruh tubuh istrinya.

Mengecup pelan, seolah meninggalkan jejak kepemilikan di tubuh istrinya. Napas Regina tercekat, berubah menjadi desahan yang menggoda, membuat Bima semakin menginginkan tubuh yang selama ini ia damba untuk dinikmati.

"Bolehkah?" ucap Bima berbisik penuh gairah di telinga Regina. Regina mengangguk pasti, ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh suaminya. Inci demi inci tak luput dari sentuhan Bima.

Malam semakin dingin, hujan pun bertambah deras, seolah meredam suara desahan keduanya yang tengah menikmati kenikmatan surgawi.

Skiiiiiiiiiiippppp.....

Bukan Upik Abu

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, like mu semangatku 🩷

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!