"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...
Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.
Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.
karya Triza cancer.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUTRI RIAN DEWANTARA
Begitu Athar berjalan duluan menuju ruang OSIS, Thalia dengan santainya melangkah di belakangnya, sampai beberapa langkah kemudian, cewek itu tiba-tiba berhenti, menatap ke arah pintu keluar kantin dengan senyum licik di bibirnya.
Cia yang masih duduk menatap heran.
“Lia... jangan bilang…lo”
Thalia hanya menaruh jari di depan bibirnya, “Ssssttt… panggil aku bayangan ninja,” bisiknya pelan, lalu
wush!...
ia langsung kabur ke arah koridor dengan kecepatan luar biasa.
Athar baru sadar beberapa detik kemudian saat menoleh ke belakang. Ruangan di belakangnya kosong.
“…Thalia?” panggilnya datar.
Hening. Tak ada jawaban, hanya suara langkah siswa yang lalu-lalang. Athar menutup matanya sebentar, menghela napas dalam.
Dari kejauhan, Raka, Dion, Doni, dan Rafi yang memperhatikan dari meja mereka langsung ngakak.
“Dia kabur, Thar!” seru Raka.
“Wah gila, cepat banget!” sambung Dion.
“Fix, tuh anak emang lahir buat bikin lo pusing, bos” tambah Rafi sambil menepuk bahu Athar.
Athar hanya menggeleng pelan, ekspresinya tetap datar tapi ada sedikit senyum terselip di ujung bibirnya.
“Dasar gadis nakal…” gumamnya lirih sebelum melangkah santai keluar kantin.
Sementara itu, di ujung koridor lantai dua, Thalia sudah bersembunyi di balik pintu kelas dengan napas tertahan.
“Huh… lolos dari hukuman. Ketua OSIS dingin itu gak akan nemuin gue di sini,” bisiknya sambil tersenyum puas.
Namun nasib berkata lain, suara datar tapi sangat dikenalnya tiba-tiba terdengar dari belakang, “Yakin?”
Thalia menoleh perlahan, dan matanya langsung membulat. Athar berdiri di belakangnya, tangan terlipat, wajahnya tenang tapi sorot matanya penuh arti.
Thalia menelan ludah pelan. “Hehehe… ketahuan ya?”
Athar menunduk sedikit, menatapnya tajam sambil tersenyum tipis.“Kali ini gak bisa kabur lagi, gadis nakal.”
Thalia yang tadinya mau lari lagi malah membeku di tempat. Tatapan mata Athar terlalu dingin untuk diabaikan, tapi senyumnya terlalu menggoda untuk tidak bikin jantungnya berdebar.
“Ke… ketua OSIS yang terhormat, semuanya bisa dibicarakan baik-baik kan?” ucap Thalia sambil tersenyum kaku.
Athar mengangkat alis. “Bisa. Di ruang OSIS.”
“Eh… di sini aja, ya. Anginnya bagus, pemandangan indah, gak usah repot-repot,” sahut Thalia cepat sambil mundur pelan-pelan.
“Langkah mundur, gue tambahin hukuman lo ” ucap Athar datar.
Thalia berhenti. “Gue… suka bercanda kok, hehe…”
Athar menatapnya beberapa detik, lalu tanpa banyak bicara menggiring Thalia berjalan ke arah ruang OSIS seperti seorang penjaga yang sedang menggiring tahanan kabur.
Begitu sampai di ruang OSIS, Thalia langsung menjatuhkan diri ke kursi, bersedekap.
“Gue tuh gak ngerti kenapa lo selalu nyari-nyari alasan buat ngelihat gue menderita karena di hukum sih Tar.” celetuknya dengan ekspresi manyun.
Athar menaruh map di meja, menatapnya datar. “Karena lo selalu bikin ribut.”
“Kan biar gak tegang, sekolah tuh harus fun, Athar” bela Thalia.
Athar mencondongkan tubuh sedikit. “Fun.. Hemm". Athar menjeda ucapannya "Bikin orang kepedesan sampai jontor"
Thalia tersenyum kecut. “Hehe… kan mereka suka dandan biar bibirnya sexy gitu loh Tar, jadi gue bantuin, pake lipt tint ajaib racikan gue.”
Athar menghela napas panjang, lalu menatapnya tajam tapi lembut.“Lain kali, kalau punya ide gila, kasih tahu gue dulu. Gue gak mau lo kena masalah besar cuma karena iseng.”
Thalia terdiam, heran kenapa Athar berbicara cukup panjang, pandangannya sempat melunak sebelum buru-buru memalingkan wajah.“Siapa juga yang peduli,” gumamnya pelan, tapi pipinya mulai memerah.
Athar menatapnya beberapa detik, lalu berkata pelan, “Ya, gue.”
Thalia menoleh cepat, “Apa?”
“Gue peduli,” jawab Athar singkat, dengan nada lembut.
Suasana tiba-tiba hening. Thalia yang biasanya ceplas-ceplos kini cuma bisa menunduk sambil memainkan ujung bajunya.
Namun detik berikutnya, Thalia buru-buru berdiri, menutupi rasa gugupnya dengan gaya tengil khasnya.“Udah ah, gue cabut. Kalau lo pengen liat drama, jangan lihat gue lihat aja sinetron ikan terbang!” serunya sambil berjalan ke pintu.
Athar menahan senyum tipis. “Lo pikir lo bukan drama?”
Thalia berhenti di ambang pintu dan menoleh dengan seringai kecil.“Beda, gue legend.”
Athar hanya bisa menggeleng pelan, menatap punggung gadis itu yang menjauh sambil bergumam lagi dengan nada geli dan lembut,
“Dasar gadis nakal.”
Bel sekolah kembali berbunyi menandakan waktu istirahat berakhir, dan semua siswa kembali ke kelas masing-masing untuk menerima pelajaran selanjutnya.
Thalia mengikuti pelajaran dengan tenang, walaupun sesekali Ia menatap ke arah pintu."Kemana tuh si tembok sama gengnya? enak banget jadi mereka bisa terus izin gitu, gue juga mau jadi osis ah biar bisa tidur, tapi bilang ngerjain tugas osis.. "batin Thalia.
Sedangkan Athar dan para sahabatnya di ruang osis, memang sibuk menyusun proposal, untuk acara besok perlombaan atar SMA se-Jakarta.
"Watchiiimm.... "
"Kenapa lo bos masih sakit..?."Tanya Doni di jawab gelengan oleh Athar.
Raka yang sedang menulis nyeletuk, "paling ada yang ngomongin dia, atau ada yang kangen tuh.. "
Semua memandang Athar yang tetap datar, sibuk mengetik di leptopnya. "Kerjakan.. "Ucap Athar datar.
Beberapa jam berlalu bel tanda pulang kembali berdering, semua murid bersorak girang tanda berakhirnya pelajaran terakhir dan mereka akan segera pulang.
"Cia, Sasa gue duluan ya.. " Ucap Thalia menyampirkan tasnya.
Cia dan Sasa yang masih membereskan bukunya saling pandang, "tumben tuh anak pulang duluan, biasanya nunggu kelas kosong.. "Celetuk Sasa.
"Mungkin ada perlu.. "Jawab Cia sambil beranjak dari kursi.
Thalia berjalan ceria menuju parkiran dan kembali menyapa si Coki. "Coki.. Kali ini pulang ke masion yuk.. Gue kangen sama kamar dan si Moly.. "Ucap Thalia sambil memakai helm nya.
Di ruang osis Athar dan sahabatnya, yang sudah selesai mengerjakan proposal segera berkemas.
"Bos ke markas?" Tanya Dion
"Hem.. "
"Tapi lewat jalan komplek artha ya bos, gue pengen jajan cilok.. " Seru Rafi dengan mata berbinar
"Hem.. "
Semua temannya hanya menggeleng, melihat rafi berbinar karena ingin jajan cilok "Padahal orang kaya jajannya cilok.. Ngirit lo Fi.. " Ledek Doni
Rafi menatap Doni "Bukan ngirit Don, gue cuma kadang kasihan sama tukang cilok, kadang udah mangkal lama tapi gak ada yang beli."Paparnya
Kini semua beranjak dan menuju parkiran, mereka menuju motor sport masing-masing dan menjalankannya dengan tenang namun saat memasuki komplek mereka berhenti karna melihat seseorang di hadang.
"Eh itu kan si Thalia.. "
"Iya dia di hadang, kita bantu gak bos? "
"Lihat saja dulu.. " Tenang Athar duduk di motornya.
Sedangkan Thalia yang akan berbelok sedikit kaget melihat beberapa pria berbadan besar, dan memakai pakaian serba hitam menghadangnya.
Thalia menatap tajam ke arah para pria berpakaian hitam yang menghadangnya. Ada 8 orang, postur tinggi besar, wajah garang, dan tatapan penuh ancaman. Tapi bukannya takut, Thalia justru memutar matanya malas sambil bergumam,“Duh… sore-sore udah ada acara cosplay begini. Lo semua mau ngamen atau mau cari ribut?”
Salah satu pria maju, menatapnya dingin. “Cewek, jangan banyak bacot. Ikut kami.”
Thalia menyalakan mesin vespanya kembali dengan ekspresi datar. “Gue cuma ikut dua hal, lomba 17-an sama ujian praktik. Bukan geng preman dadakan.”
Sebelum pria itu sempat mendekat, Thalia memutar setang vespanya cepat dan menabrak lutut pria itu cukup keras hingga terjatuh.“Ups, maaf refleks. Soalnya kalo liat orang ngedeketin tanpa izin, tangan gue suka gatal,” celetuknya sambil menendang motor sedikit mundur.
"KURANG AJAR SERANG... "Teriak salah satu pria yang ada di antara mereka.
Pria lain berusaha menarik Thalia dari motor, tapi Thalia lebih cepat, helm di tangannya berayun keras menghantam lengan penyerang.“Lo pikir cewek tuh selalu lemah? Nih rasain!” bentaknya sambil mendorong helmnya lagi, membuat dua orang mundur.
Thalia terus mendapatkan serangan, namun selalu bisa melawan mereka dengan kelincahan dan kecepatannya. "Eit tunggu tangkap dulu helm gue.. " Ucapnya
Ketika helmnya berhasil di tangkap Thalia menendang kepala nya "Ups maaf gue kira tadi helm..eh ternyata kepala.. "
Di sisi Athar semua menahan tawa melihat Thalia.
"Sumpah baru kali ini gue lihat orang berantem sambil ngomel"
"Iya gayanya tetep absurd.. "
"Tapi lihat gerakannya cuy dia kayak orang terlatih."
Mereka berhenti berkata ketika Raka mengkode, "Kalian gak lihat banyak bayangan di sekitarnya.. "
"Apa mereka anggota SOD yang pernah di bayar buat ngikutin si Thalia? " Tanya Dion penasaran
"Kayaknya mereka bukan cuma di bayar deh, buktinya mereka diem aja walaupun tau Thalia di keroyok.."Papar Raka di angguki semua.
Thalia masih berkelahi melawan 8 pria besar di hadapannya, hingga mereka satu persatu terkapar di aspal. "Huh lumayan sore-sore gini latihan.. "gumam Thalia dan mendekati mereka.
"Heh om kalian di suruh siapa... Buat bawa aku yang imut ini." Tanya Thalia sambil mengibaskan rambutnya.
Mereka terdiam..
Thalia yang kesabaran cuma setipis tisu tersenyum smrik, membuat Athar dan para sahabatnya berfikir kekacauan apa yang akan Thalia lakukan.
Dan detik berikutnya Thalia mencengkram salah satu leher pria yang terkapar. "Kalau gak mau jawab ini Lia kasih permen, biar tenggorokan lega dan bisa jawab pertanyaan Lia.. " Ucap Thalia memaksa penjahat itu menelan permennya.
"Kita lihat efeknya.. Satu... Dua.. Ti..
"Duarr... "Alat vital pria itu meletus membuat semua pria melotot termasuk Doni, Dion, Raka, Rafi dan Athar.
"Anjir.. Meletus.. "
"Ngilu bro.. "
"Fixs sih dia itu si Tata pembunuh bayaran, gue gak berani deh bikin dia marah, bisa-bisa masa depan gue meletus sebelum di pake.. "
Sedangkan Athar tersenyum kecil. "Cewek gue"
Thalia yang mendengar suara Doni menatap ke arah mereka sedikit kaget "Ngapain..?. " Tanya Thalia datar.
"Ki.. Kita cuma mau lewat aja gak sengaja lihat lo.. " Jawab Rafi entah kenapa tatapannya sama seperti Athar mengerikan, apalagi setelah melihat Thalia dengan mudah membuat sesuatu meletus.
"Ck..." Decak Thalia kembali fokus pada mereka.
"Om cepet bilang kalian di suruh siapa, kalau gak lia kasih permen rasa baru lo.. " mereka kembali melotot walaupun Thalia gadis ceria dan centil tapi mematikan bagi mereka.
"Ya sudah nih ya.. " Thalia kembali mencengkram salah satu namun tangannya terhenti karena seseorang teriak.
"Kami.. Kami di suruh saingan tender tuan Rian Dewantara.. kami gak tau namanya.. "
"Lah terus kenapa nyulik gue, kenapa gak nyulik Daddy aja sih.. "Omel Thalia
Athar dan sahabatnya melotot saling pandang bukan karena ucapan absurd Thalia, tapi mereka berfikir hal yang sama. Thalia yang di anggap anak beasiswa itu ternyata putri pengusaha terkenal, pemimpin SOD(shadow of death).
Thalia kembali mendekati mereka yang terkapar dan membuat mereka menjerit.
"Aaaaa..... Gatal"
"Hup.. Aaaaa panas.. "
"aaaaaa... Sakit.. "
Mereka satu persatu berteriak menahan efek dari permen racikan Thalia.
"Kalian mau juga.. " Tanya Thalia pada Athar dan sahabatnya yang masih bengong. Mereka semua menggeleng cepat dan melihat Thalia menjauh.
Tak lama anggota SOD datang dan mengangkat mereka satu persatu.
"Gila dia lebih mengerikan dari pada lo bos.. " celetuk Rafi di angguki semua dan Athar kini tersenyum kecil "My Queen.. "gumamnya dalam hati.
thalia salting yaa gemeshh 🤭😁