Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke rumah
Setelah cukup lama bermain di pantai hari itu, Damian jika pulang terlalu lama.
"Celine, sudah cukup bermainnya ayo pulang!" teriaknya dari tempat mereka duduk ke arah bibir pantai dimana Celine bermain pasir.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, itu sebabnya Ricardo mengajaknya untuk kembali, karena pada jam seperti ini biasanya Damian sudah pulang ke rumah.
"Iya paman!" balas Celine juga berteriak dan berlari ke arah mereka.
"Ayo nona, anda mandi dulu. Banyak pasir yang menempel di mana-mana" bibi Erina menarik tangannya dengan lembut namun tegas.
"Kapan kita akan kemari lagi?" tanya Celine pada Erina yang menggandeng tangannya.
Erina menatapnya lalu tersenyum. "kalau itu... bagaimana kalau nona tanya pada paman Ricardo nanti?" usulnya dan dia kembali menatap ke depan saat mereka sudah sampai di kamar mandi.
Celine pun hanya bisa mengangguk menyetujuinya. "Baiklah bi, nanti aku akan tanyakan."
"Tapi, kenapa nona bertanya seperti itu? Nona mau kembali ke sini memang nya?" tanya Erina sedikit penasaran.
"Iya! Celine suka di sini, nanti kapan-kapan kita ke sini lagi ya!?" serunya dengan riang gembira.
Erina tertawa kecil mendengar nya. "Boleh seperti nya, tapi nona harus katakan dulu pada tuan Ricardo."
...*****...
Mereka akhirnya kembali dari membersihkan diri. Dengan Celine yang selalu tersenyum dengan wajahnya yang berseri-seri.
"kamu senang?" tanya nya saat melihat gadis kecil itu senyum dengan sumringah.
"Iya paman, kapan-kapan kita kemari lagi, ya? Celine suka pantai ini dan mau main lagi ke sini"
"Baiklah, kapan-kapan kita kemari lagi kalau ada waktu luang. Dan, kalau bisa kita nanti akan pergi bersama dengan kak Felix juga agar bertambah ramai."
Celine mengangguk cepat " Iya iya, pasti kak Felix suka ke pantai ini. Dan lagi, aku akan bisa bermain dengan kakak" ujarnya sambil berputar di tempat karena kegirangan.
"Sudah sudah, ayo kembali. Ini sudah petang, nanti papa mu marah lagi karena kita terlalu lama di luar" dia menggandeng tangan Celine dan keluar dari pantai diikuti oleh bibi Erina yang membawa barang bawaan mereka tadi.
Tak berat, jadi dia sendiri pun yang membawanya tak masalah. Dia hanya memandangi paman dan keponakan itu dengan senyuman. Berpikir dalam hatinya, kapan Celine juga akan diajak bersama seperti ini dengan keluarganya.
...*****...
Perjalanan mereka kembali disertai dengan tawa dan candaan yang tak ada habisnya. Di perjalanan juga Celine selalu bernyanyi dengan Ricardo.
Sementara bibi Erina hanya melihat keduanya dengan senyuman yang hangat. Sesekali mengambil potret keduanya dan video yang akan dijadikan kenangan.
Tak lupa, bibi Erina juga memberitahukan kesenangan hari ini pada Felix yang sudah jauh dari mereka.
Felix sebelumnya juga berpesan agar selalu memberitahukan kepadanya bagaimana keadaan adik kesayangannya itu, dan bibi Erina setuju.
Tak lama dari kesenangan itu, akhirnya keadaan di dalam mobil pun senyap. Matahari hanya memancarkan cahaya jingga yang indah di sepanjang jalan, memberitahukan kepada mereka bahwa malam akan tiba.
Celine yang kelelahan bersama dengan bibi Erina akhirnya tertidur di dalam mobil. Ricardo hanya bisa memperhatikan Celine sambil tersenyum.
"Syukurlah...kamu senang" gumamnya sambil terus fokus pada jalanan di depannya.
...****...
Setelah perjalanan yang melelahkan itu, akhirnya mereka sampai dirumah keluarga Vara.
"Nah, sudah sampai sekarang" ucap Ricardo kepada Celine yang tampak baru bangun dari tidurnya.
"Sudah sampai dirumah?" dia menguap, masih merasakan ngantuk yang tersisa di matanya.
Ricardo mengangguk, bibi Erina sudah turun dari mobil dengan barang bawaan. "Ayo, nona kita masuk. Nanti papa nona marah lagi kalau lama-lama" bujuknya dengan lembut pada Celine.
"Baiklah bibi, Celine juga mengantuk dan ingin cepat-cepat tidur lagi" katanya sambil meregangkan tubuhnya.
"Baiklah, kalau begitu paman kembali sekarang ya, kamu jangan nakal-nakal dan harus menjadi anak yang pintar dan penurut"
Mendengar itu Celine hanya mengangguk dan setelahnya turun dari mobil Ricardo. Melambaikan tangannya, mengucapkan salam perpisahan sebelum akhirnya mereka benar-benar berpisah malam itu.
Celine dan Erina pun masuk ke dalam, siap menghadapi apapun yang akan terjadi karena mereka pulang terlalu lama.