Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermimpi Bakpao Besar
Gerakan Ardi sangat lincah. Menggilas adonan adalah pekerjaan yang biasanya membutuhkan ketelitian tinggi bagi para pembuat roti lainnya, tetapi bagi Ardi, itu terasa mudah sekali.
Sebentar lagi, semua adonan akan habis. Kalau ada orang yang jeli memperhatikan, pasti mereka akan terkejut!
Hampir setiap adonan yang digiling oleh tangan Ardi tipis di tepinya, tebal di tengahnya… dan yang lebih mengejutkan lagi, semua bentuknya sama persis!
Tidak bisa dibedakan satu sama lain, seperti keluar dari cetakan pabrik!
Berapa tahun pengalaman yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke tingkat seperti ini?
Namun wajah Ardi tetap tenang, tanpa perubahan ekspresi.
Ia mulai membungkus adonan itu dengan isian daging berbumbu kecap manis dan rempah-rempah khas Indonesia—empuk, gurih, dan berair.
Langkah ini tidak kalah penting!
Karena untuk membuat bakpao isi daging bumbu rahasia yang sempurna, perbandingan antara adonan dan isi harus pas!
Setiap koki punya cara masing-masing. Ada yang suka isi melimpah, ada pula yang lebih sedikit. Bahkan ada yang menyesuaikan mood. Tapi menurut Ardi, itu bukanlah kesempurnaan!
Dalam pikirannya, rasio sempurna antara adonan dan isi sudah terbentuk jelas.
Ardi mengambil sepotong adonan, meratakannya di telapak tangannya, lalu menyendokkan isian daging bumbu kecap yang pas. Dengan cekatan, ia memutar adonan, mencubit tepinya, lalu memutarnya pelan.
Hasilnya—sebuah Bakpao Daging Saus Rahasia dengan proporsi sempurna sudah jadi.
Ardi menatap hasil karyanya dan tersenyum puas.
“Persis seperti bayangan dari sistem itu…” gumamnya dalam hati.
Karena stamina Ardi sudah berada di titik maksimal, ia sama sekali tidak berhenti. Tangannya terus bergerak, cepat dan mantap, sampai semua adonan habis dan tersulap jadi bakpao.
Di atas meja, semua bakpao yang sudah jadi ukurannya persis sama, bahkan lipatan di atasnya identik. Kalau ada orang lain melihat, pasti mereka takkan percaya kalau itu dibentuk dengan tangan manusia!
Namun perjalanan membuat bakpao belum selesai.
Bakpao itu masih harus didiamkan sebentar untuk fermentasi kedua, agar teksturnya lebih lembut dan halus.
Ardi menutup kukusan, lalu mengambil kesempatan untuk melihat anaknya.
Naya, si kecil, sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Kini ia duduk di depan TV, asyik menonton kartun pagi.
Di layar, seekor rusa kecil sedang mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya.
“Terima kasih banyak, Domba Cantik!” katanya dengan logat yang lucu.
Ardi tersenyum kecil, mengangkat bahu. “Kartun zaman sekarang ada-ada saja…”
Tak terasa, jarum jam menunjuk pukul tujuh. Bakpao sudah matang sempurna. Ardi pun menyajikannya di meja makan.
“Nak, ayo sarapan!” panggilnya.
Mendengar suara ayahnya, Naya segera mematikan TV dan berlari ke meja.
“Wah! Wanginya enak banget, pah!”
Mata bulatnya berbinar-binar.
“Ini apa, pah? Kok Naya belum pernah lihat papa bikin roti kayak gini?”
“Ini namanya Bakpao Daging Saus Rahasia. Resep baru dari papa. Cobain deh.”
“Yeay!” seru Naya sambil cepat-cepat mengambil satu.
Begitu bakpao hangat itu berada di tangannya, aroma bumbu kecap dan rempah semakin tajam menusuk hidungnya.
Naya menggigitnya, dan seketika wajahnya berbinar.
“Enak banget, Yah!” katanya sambil mengunyah. Isi daging berbumbu kecap itu sedikit pedas, tapi gurih dan manisnya bercampur jadi satu. Dagingnya empuk, meresap penuh, dan warnanya cokelat kemerahan yang menggoda.
“Papa… ini enak banget!”
Saus menempel di bibir mungilnya, membuatnya terlihat semakin menggemaskan.
Bakpao pertama habis dalam sekejap.
Naya langsung meraih yang kedua tanpa ragu.
“Bakpao buatan Papa enak banget!” katanya sambil mengunyah cepat.
Ardi khawatir anaknya tersedak, jadi ia menuangkan segelas susu hangat dan menyerahkannya.
“Pelan-pelan, Nak. Minum dulu.”
Naya menggigit bakpao, lalu meneguk susu hangat. Senyumnya merekah puas.
“Papa, Papa!” serunya tiba-tiba.
“Tadi malam Naya mimpi, lho!”
“Mimpi apa?” tanya Ardi sambil tersenyum.
“Naya mimpi Papa bikin bakpao super besar, segede TV!” katanya dengan ekspresi serius.
“Naya makan sampai perut buncit banget, tapi tetap nggak bisa habis.”
Ardi terkekeh, tapi sebelum ia sempat bicara, wajah Naya berubah sedih.
“Tapi Naya marah banget, pah…” suaranya pelan.
“Soalnya… Naya udah kenyang duluan, padahal isi dagingnya belum sempat Naya makan!”
Ardi terdiam sejenak, lalu tak kuasa menahan tawa kecil. “Hahaha… jadi itu yang bikin Naya marah?”
Naya mengangguk dengan wajah serius, meski pipinya masih belepotan saus.
“Tenang saja. Sekarang Naya bisa makan isi dagingnya sampai puas, kan?”
Ardi mengusap kepalanya.
“Hmm… tapi nggak cukup, Pah!” balas Naya dengan wajah imut tapi penuh tekad.
“Aku juga mau makan masakan Papa buat makan siang Nanti!”
Ardi mendengus kecil. “Heh, jadi sarapan aja nggak cukup buatmu, ya? Sekarang mau makan siang juga minta buatan Papa.”
Naya tersenyum lebar, merasa menang.
“Boleh ya pah? Naya mau bakpao ini lagi… atau mie daging sapi tumis semalam itu juga enak banget!”
Ardi hanya bisa menghela napas.
Anak kecil seusia ini, kok sudah pintar sekali cari cara supaya bisa makan masakan rumah terus..
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.