Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua belas ~ Dibayar 10 X lipat
Keduanya telah berada di meja tadi. Semuanya masih tampak sama, makanan di piring bersama minum masih di tempat yang sama, belum ada yang memindahkan. Makanannya saja masih utuh. Hanya bedanya, sekarang sudah dingin untuk dinikmati.
Gala duduk, memandang makanan di depannya.
"Mau pesan yang baru? Itu sudah dingin." Yeah! Lelaki itu masih berada disana, mengikutinya seperti bayangan.
Satu lirikan tengil Gala lemparkan untuknya, "kenapa? Mau traktir?" ia yakin jika Russel tak akan sampai mau mentraktirnya, yang benar saja...memangnya berapa upah menjemputnya dari sang papa? bahkan mungkin sama sekali tidak ada.
Tapi tindakannya sungguh diluar dugaan Gala, Russel justru duduk di samping Gala dan memanggil pelayan disana.
"Permisi, Kaka!" Russel meminta perhatian salah seorang pelayan yang tengah bekerja.
Dan Gala masih dibuat diam memperhatikannya, sampai sejauh mana lelaki ini so hebat di depannya.
Meminta daftar menu dan menyerahkannya pada Gala yang kini niatan jahil itu sudah terancang sempurna, "beta mau...." Gala masih menunjuk-nunjuk daftar menu yang dikuasai tangannya.
"Catat.." pinta Russel menegur si pelayan.
"Beta mau ini...ini juga. Dan ini.." angguknya melirik sejenak wajah Russel yang justru terlihat biasa saja.
"Hah, ini juga...ini deh 1. Nanti, ini nyonk pu tagihan bill, ee..." ujar Gala, "lu ingat nyonk pu wajah!" Gala kembali menegaskan seraya menunjuk wajah Russel yang justru tertawa, "saya ngga akan lari cuma buat bayar makanan kamu," jawabnya sementara si pelayan mengangguk paham, jika tagihan bill itu dibebankan pada Russel dan harus mengingat wajahnya atas perintah Gala.
Gala mendelik merasa sudah puas membalas sikap menyebalkan Russel tadi. Meski kemudian ia sadar, malam ini ia sudah terlalu banyak bicara terlebih itu pada orang asing. Padahal, ia adalah tipe manusia yang tak lagi banyak bicara pada orang lain, selain pada om dan tanta atau mama.
Dan selanjutnya, Gala memilih diam ketika Russel juga diam. Teramat lama hingga akhirnya ia bosan sendiri.
"Kita terbang ke ibukota setelah kamu selesai makan. Saya sudah menghubungi rekan di kavaleri timur dan meminta jadwal penerbangan yang kebetulan ada."
Tanpa menoleh Gala menggeleng memberikan penolakannya, "tidak bisa. Kamu pulang saja sendiri."
"Kamu tidak bisa menentukan kapan saya harus kembali kesana. Saya punya kehidupan disini, sekeras apapun kamu memaksa...saya---"
Russel hampir menggertakan giginya, bebal sekali nona satu ini. Seakan ia melihat dirinya yang dulu.
"Maka saya juga akan tetap disini. Pulang tinggal nama daripada gagal dalam bertugas, bukan hanya di medan perang, karena ungkapan itu bukan isapan jempol belaka bagi seorang perwira. Boleh kamu anggap itu hanya sekedar kata tapi bagi saya, itu dimaknai sampai janji terdalam. Bukan tentang apa yang menjadi tugas saya, tapi sampai dimana sikap tanggungjawab saya di mata atasan. Jika hal sepele seperti ini saja saya tidak becus...maka jangan harap atasan akan mempercayakan bumi pertiwi."
Gala menaruh semua kekerasan hatinya, lalu benar-benar serius menatap Russel dengan netra indahnya itu, bahkan angin malam yang mengganggu helaian rambut di pipinya saja tak ia hiraukan.
"Kamu tau, jika atasanmu yang kamu elu-elukan itu, nyatanya breng sek. Jadi kamu tidak perlu membicarakan loyalitas dan pengabdian terhadapnya." kini sorot mata Gala jelas sekali menyiratkan amarah.
"Kamu tau, tanggung jawab yang kamu bicarakan itu mungkin hanya berlaku untuk seseorang terdahulu saja. Karena sisanya, mental atasanmu itu mental Penge cut dan pembohong besar. Jadi kamu tidak usah terlalu mempermasalahkan itu dengannya. Percayalah, dia manusia paling munafik yang akan membuat sikap patriotisme mu itu patah." Pungkas Gala berapi-api penuh kebencian. Gadis ini, bahkan masih sibuk beradu dengan emosinya. Dadanya naik turun mencoba mengontrol diri.
"Dan sebagian lainnya, hanya akan menebar janji setia saja. Semuanya hanya pintar berkata manis dan mengumbar janji...tapi tak satupun yang bisa dipercaya. Tak satupun yang bisa dipegang sumpahnya." Kata-kata itu terlontar dari manusia yang terkhianati dan nada lirihnya itu sampai di hati Russel.
"Saya tidak tau jika seseorang atau lebih sudah pernah mengecewakan. Tapi janji yang saya buat bukan terhadap atasan atau personal, melainkan sumpah saya terhadap tanah yang saya pijaki, janji itu juga saya buat untuk diri saya sendiri, jika saya melanggar maka saya sendiri yang akan kecewa."
"Jangan memukul rata semua pemberi janji seperti dia, atau mereka."
Keduanya masih sama-sama menatap mencoba menyelami jendela hati masing-masing, sampai akhirnya pelayan membawa beberapa menu makan yang dipesan Gala tadi.
Russel terlihat mengeluarkan dompet dari saku celana belakangnya disertai menunjukan ponsel, "credit card, debit, atau e wallet ?" tanya nya membuat Gala memperhatikan.
"Bisa kaka, debit dan e wallet."
"Kalau begitu e wallet saja, bisa minta barcode?"
Lelaki itu kembali mengangguk. Dan Gala benci sekali saat hati rapuhnya hanya bisa kalah begini, tak melakukan apapun menegur atau menolak yang Russel lakukan padanya. Kenapa ia tak mendengar otaknya saja untuk memukul Russel, menendangnya sampai pincang, lalu meninggalkannya disini seperti seseorang yang tak berhati. Seperti orang-orang yang tega terhadapnya.
Matanya masih memandang penuh tanya sampai Russel selesai melakukan pembayaran.
"Biar saya ganti." Lirih Gala mengeluarkan ponsel, senyum Russel tersungging sebelah nan singkat, "yakin? Karena saya akan meminta 10 kali lipat."
Memang salah, Gala merasa kalah dan bersalah begini. Lihatlah sikap menyebalkan Russel barusan yang justru membalikan keadaan. Wahhhh, Gala terperosok ke dalam jebakannya sendiri.
Gala menendang kaki Russel di bawah sana yang seketika membuat Russel menjauhkan kakinya, cukup ngilu namun tak apa.
Wajahnya meringis sekaligus tertawa, "kenapa? Mau anggap saya jahat? Ohhh, welcome to 202X, dimana semuanya mencari keuntungan. Sederhana saja, kamu minta saya bayarkan...ya saya bayar dengan senang hati. Tapi untuk sesuatu yang membutuhkan effort orang lain tentu harus ada benefit, right?"
"Itu bukan benefit, tapi merampok namanya!" sembur Gala.
Namun seolah tak peduli, Russel justru menunjukan bill pembayaran barusan, "350 ribu, dikali 10 maka 3 juta 500 ribu, oh, ditambah biaya admin dua ribu lima ratus rupiah dikalikan 10."
Mata Gala semakin melotot dibuatnya.
"Ayo makan, jangan sampai nanti keburu dingin lagi, biar punya alasan kamu minta dibeliin lagi. Habiskan, karena setiap butir atau helainya akan saya hitung jika tidak termakan."
Gala menaruh kembali ponselnya ke dalam tas, "ngga jadi saya bayar!"
Russel tertawa puas, hari ini ia seolah melihat Gala yang berbeda, Gala yang banyak bicara meski jutek dan galaknya itu tetap sama.
"Satu harinya berbunga, by the way..." tambah Russel justru tak dipedulikan Gala, ia lebih memilih mulai menyendok setiap makanan di piringnya.
Ada senyuman yang terulas dari Russel, caranya ampuh untuk membuat si pemarah dan penyendiri ini makan, sebab sejak awal tiba disini, ia tak melihat Gala menyantap apapun selain dari meneguk air putih berkali-kali.
Russel memperhatikan caranya makan yang terkesan tak ada canggung-canggungnya menyuap dalam porsi besar. Bahkan terlihat Gala yang seperti lapar.
Ada rasa penasaran yang menggedor pintu hati, ada keingintahuan-nya yang melebihi keinginan apapun saat ini. Setiap detiknya kalimat apa yang terjadi padanya? Semakin berisik memenuhi kepala Russel. Karena yang ia lihat, Gala sebenarnya gadis baik.
Gelagatnya yang terlihat menolak miras tadi, menjaga jaraknya, menutup diri, juga saat perdebatan dengannya tadi. Sebenarnya bisa saja Gala meneriakinya maling, jambret atau penjahat, sehingga orang-orang akan dengan mudahnya mengeroyok Russel dan ia bebas pergi. Gala bahkan memilih meminta kunci motornya dibanding memaksa Russel dan melakukan hal yang sama dengannya dengan merebut kunci motor Russel.
Kahiyang Jenggala, seluas apa belantara yang harus ia jelajahi demi memahami isi hati gadis ini. Gadis yang jika ia sadari, sejak sesampainya di kota Karang ini, tak pernah sedetik pun Russel mengalihkan pandangannya, bahkan pada pelepah daun kering yang jatuh dari pohon lontar.
.
.
.
sabar ya mah mengikhlaskan semua itu memang sulit tp dituntut harus kuat jg buat anak"
teh sin aku tuh msh bingung, knp dr dl saga di panggil nya "dekgam"?
ya ampun teh dari awal sampe akhir aku baca di episode ini ga berhenti air mataku keluar ..... nyesek kali teh jadi gala😭😭😭😭😭😭😭