NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Hening mengambang di antara mereka selama beberapa detik. Xera tidak tahu harus menjawab apa. Di balik semua rasa gugupnya, dia tiba-tiba merasakan sesuatu kesepian yang sangat dalam di balik persona pria itu. Xera pun berfikir mungkin bagi nya sangat mudah mengatakan tentang pernikahan kepada semua wanita.

Xera membeku,Kata-kata Lucane baru saja menampar ketenangan tipis yang selama ini dia pertahankan.

Menikah?

Dia mendongak perlahan, menatap pria di depannya yang kini duduk tenang, seperti baru saja mengucapkan hal sepele padahal itu adalah kalimat yang bisa mengubah seluruh hidup seseorang.

"Lucane..." Xera berbisik pelan, hampir tidak terdengar. "Apakah kau menganggap pernikahan hanya sebagai solusi praktis? Apa kau fikir pernikahan ada bahan untuk bercanda. Itu semua sangat sakral"

Lucane tidak langsung menjawab.

Dia menatap Xera lama, sangat lama, seakan mencari celah dalam dinding emosi wanita itu. Lalu, dengan suara yang tenang, dia berkata

"Aku tidak pernah percaya pada pernikahan. Sampai kau datang. Orang tua ku meninggal karena mereka saling mencintai. Tapi aku tahu sekarang kenapa mereka lebih memilih jalan itu"

Xera terdiam. Ada denyut aneh di dadanya, antara keterkejutan dan rasa tidak percaya. Dia mencoba menelaah ekspresi pria itu, mencari sarkasme atau permainan kata, tapi yang dia lihat hanyalah ketulusan yang sunyi.

Xera sedikit berfikir keras dengan apa yang baru saja di ucapkan Lucane, pria itu menyimpan kenangan kelam tentang cinta.

"Lucane..." ucapnya lagi, kali ini lebih pelan, matanya menunduk. "Kau bahkan tidak tahu siapa aku, aku rasa kita sangat jauh berbeda."

Lucane mengangguk sekali. "Benar. Tapi aku tahu bagaimana kau membuatku hidup kembali, bahkan ketika aku sudah menyerah untuk merasa. Dan dunia yang kau katakan berbeda itu tentu saja Xera. Aku ingin kau menjadi alasan ku untuk tetap kuat"

Kata-katanya menggantung di udara seperti kabut hangat. Xera merasa ada sesuatu yang jauh lebih dalam tersembunyi dalam kalimat itu. Sesuatu yang selama ini tidak pernah ditunjukkan pria itu pada siapa pun.

Sementara itu, dari balik dinding, para maid kembali mengendap-endap. Kali ini lebih berani, membawa baki kosong sebagai alasan.

“Aku yakin mereka akan menikah,” bisik Nella dengan mata berbinar-binar seperti penonton drama telenovela.

“Belum tentu. Bisa jadi tuan cuma bercanda,” kata Lina, meski suaranya ragu.

“Tuan Lucane? Bercanda? Seumur hidup aku kerja di sini, belum pernah lihat dia senyum, apalagi bercanda,” timpal maid lainnya dengan ekspresi dramatis.

“Tapi kalau mereka nikah kita bakal punya nyonya rumah yang manis!” kata Nella girang.

Mereka kembali tertawa pelan sebelum buru-buru kabur saat suara langkah sepatu kepala pelayan mendekat.

Kembali di meja makan, Xera menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

"Aku butuh waktu," katanya akhirnya, lirih.

Lucane mengangguk perlahan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi tawaranku tidak akan berubah.”

Malam itu, makan malam mereka berakhir dengan lebih banyak diam daripada kata-kata. Tapi justru dalam diam itulah, sesuatu yang jauh lebih kuat mulai tumbuh di antara mereka. Bukan sekadar hubungan antara bos dan sekretaris, bukan sekadar balas budi atau kasih belas tapi sebuah benih yang mungkin hanya mungkin akan menjadi cinta yang sulit ditebak jalannya.

* * * *

Malam Hari, di Kamar nya Xera Mansion Lucane.

Kamar yang disiapkan untuk Xera lebih seperti kamar hotel bintang lima daripada kamar tamu biasa. Langit-langit tinggi, jendela besar dengan tirai renda tebal, dan tempat tidur luas berlapis seprai putih lembut. Namun, betapapun indah ruangan itu, Xera merasa asing.

Dia berdiri di depan cermin, membuka kancing atas blusnya sambil menatap pantulan dirinya.

“Menikah...? Dengan bos sendiri?”

Dia menghela napas panjang. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya seperti pusaran.

Wajah Lucane dingin namun jujur masih membayang. Kata-katanya begitu datar, tanpa rayuan atau romantisme, tapi justru itulah yang membuatnya sulit dilupakan.

Dia duduk di tepi ranjang, menggenggam pergelangan tangannya sendiri. Pikiran melayang ke hari itu hari di mana dia menyelamatkan Lucane. Dia tidak pernah menganggap itu besar. Tapi Lucane ternyata mengingatnya.

“Aku akan menyelamatkanmu…”

Ucapan itu membuat dada Xera terasa sesak. Apakah Lucane juga melihat dirinya sebagai seseorang yang butuh perlindungan? Atau hanya sebagai alat?

* * * *

Lucane, di Kantor Pribadinya Malam Itu

Sementara itu, Lucane duduk sendirian di ruang kerjanya. Lampu kuning temaram menyinari meja kayu hitam yang penuh berkas. Namun malam ini, dia tidak membaca satu pun dari dokumen itu.

Dia hanya duduk, menatap gelas wine di tangannya.

“Jika dia menolak, aku tidak akan memaksa. Tapi jika dia menerima, mungkin akhirnya aku bisa tenang.”

Lucane bukan pria romantis. Dia tidak pandai berkata manis. Tapi dia tahu satu hal pasti hidupnya kosong, dan Xera dengan segala kesederhanaan dan keberaniannya mampu mengisi kekosongan itu bahkan tanpa berusaha.

* * * *

Pagi Hari di Mansion

Mentari pagi menyusup lewat sela tirai. Xera terbangun dengan mata masih berat, mengenakan gaun tidur yang disediakan oleh maid malam sebelumnya.

Seseorang mengetuk pintu dengan lembut.

Tok. Tok.

“Nona Xera, ini Lina. Sarapan sudah disiapkan. Jika Anda berkenan, saya bisa menemani Anda turun.”

Xera mengangguk pelan, meski Lina tidak bisa melihat dari luar. “Ya sebentar.”

Beberapa menit kemudian, Xera berjalan menyusuri koridor panjang mansion bersama Lina.

“Kami semua senang sekali Anda di sini,” ujar Lina sambil tersenyum.

Xera melirik, tersipu. “Kenapa?”

“Karena Tuan Lucane tidak pernah terlihat hidup seperti sekarang.”

Xera menahan napas. Lagi-lagi, dia merasa seperti dilibatkan dalam kehidupan pria itu lebih dalam daripada yang dia sangka.

Ruang Makan Pagi Hari

Lucane sudah duduk lebih dulu, mengenakan kemeja putih tanpa jas, lengan dilipat sedikit. Saat Xera masuk, pria itu menatapnya sekilas, lalu berdiri dan menarikkan kursi untuknya.

“Pagi,” katanya singkat.

“Pagi,” balas Xera dengan senyum canggung.

Mereka duduk berhadapan. Meja penuh dengan hidangan pagi: roti panggang, salad, buah segar, teh hitam, dan omelet keju.

Lucane mengambil teh untuk Xera dan menyodorkannya. “Kau tidur nyenyak?”

Xera mengangguk. “Cukup.”

Hening sebentar. Lalu Lucane bicara, suaranya datar namun jelas

“Aku tahu apa yang kuucapkan semalam terdengar tiba-tiba. Tapi aku tidak main-main. Aku tidak menganggap pernikahan sebagai lelucon.”

Xera menunduk, menggenggam cangkir teh. “Aku hanya takut kita terlalu berbeda. Dunia kita tidak sama, Lucane.”

Lucane tidak menjawab langsung. Ia mengamati wanita itu cara dia menahan air mata yang hampir keluar, cara dia berusaha tetap tenang.

“Jika aku ingin wanita yang hidup di duniaku, aku bisa memilih siapa saja. Tapi aku ingin kau yang berani berkata tidak padaku saat semua orang takut. Dunia kita memang berbeda, tapi mungkin itu sebabnya kita perlu ada di dunia yang sama.”

Xera menatap pria itu, kali ini lebih lama. Dan untuk pertama kalinya, dia tidak melihat Lucane sang bos tapi Lucane, seorang pria yang tulus.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!