NovelToon NovelToon
Bukan Menantu Biasa

Bukan Menantu Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuni Soehardi

Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.

Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Amira memeriksa isi kulkas ada ayam, wortel kubis, terong dan beberapa butir telur. 

“Hari ini aku akan memasak sop, ayam goreng dan balado terong saja nanti malam tumis daun pucuk labu dengan telur dadar bumbu. Pohon labu ibu tumbuh subur saatnya daunnya dipetik sebagian. Besok masih bisa sarapan roti. Habis sarapan belanja ke pasar.” Gumamnya.

Amira mengeluarkan ayam dari freezer dan menaruhnya di dapur biar cair saat akan dimasak nanti. Ia berjalan menuju ruang keluarga dan duduk disebelah mertuanya.

“Bu katanya uwak Ratih menitipkan surat kepada ibu. Apa ibu sudah membacanya?” Tanya Amira.

“Astaghfirullah alaziim ibu lupa. Untung kamu mengingatkan,” jawabnya sambil beranjak dan berjalan ke kamarnya.

Dia kembali membawa amplop besar warna coklat. Lalu membukanya isinya berupa surat tanah dan sertifikat rumah atas nama Agus Prasetyo.

Ada sepucuk surat yang ditujukan untuk ibu yang kemudian membukanya dan membacanya. 

“Asih adikku satu-satunya yang paling aku sayangi. Kalau kau membaca surat ini mungkin aku sudah tiada. 

Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu kepadaku selama ini juga kebaikanmu terhadap anak kandungku dari almarhum suami pertamaku. 

Sejak suamimu meninggal aku menitipkan Agus pada adik ayahnya almarhum di Surabaya. Sawah peninggalan ayah kandungnya almarhum itulah yang kugunakan untuk membiayai hidup Agus, sebagian kutabung untuk masa depan Agus. 

Untuk menghindari kerumitan warisan tabungan Agus aku bangunkan rumah kecil untuknya dan sudah aku sertifikatkan. Sertifikat rumah terlampir. 

Sekali lagi aku minta maaf telah merepotkan mu hingga akhir hayat ku. Untuk terakhir kalinya aku mohon bantuan mu temuilah Agus dirumah pamannya di jalan Kedung…. No…. Surabaya. Berikanlah surat tanah dan sertifikat rumah miliknya. Jangan beritahukan keluarga suami kedua ku karena mereka berulang kali mencoba merebutnya dariku. 

Aku ada sedikit tabungan untukmu kau bisa mengambilnya atau mentransfernya ke rekening mu. Beli lah apapun yang kau inginkan dengan uang itu. Aku sudah membuat surat wasiat bahwa tabungan ini kuwariskan kepadamu untuk menghindari masalah di kemudian hari. Kau tidak perlu mengurusnya di bank karena mungkin urusannya akan ribet. Ini ada kartu ATM yang bisa kau gunakan untuk mengambil uang itu. Pin nya adalah tanggal kelahiranku kau pasti ingat kan karena setiap tahun kau tidak lupa membuatkan nasi kuning ulang tahun untukku. 

Jagalah dirimu baik-baik adikku sayang. 

Wassalam, 

Kakak yang selalu menyayangi mu

Ratih Anggraini. 

Ibu membaca surat uwak Ratih sambil bercucuran airmata. Kemudian mendekap surat itu sambil menangis. 

“Ada apa bu? Apa isi surat dari uwak?” Tanya Amira.

Ibu tidak menjawab hanya menyodorkan surat itu untuk kubaca. 

Aku mengambil surat itu dari tangan ibu dan mulai membacanya. Lalu kulipat baik-baik surat itu dan ku kembalikan kepada ibu. 

“Berarti kita harus pergi ke Surabaya bu, ibu mau saya temani?” Amira menawarkan diri. 

“Iya Mir ibu senang kalau kau yang menemani. Kau orang Surabaya pasti hapal jalan-jalan disana.”

“Baiklah bu kapan ibu mau berangkat?” 

“Masalah ini lebih cepat diselesaikan lebih baik. Bagaimana kalau besok saja kita berangkat?”

“Baiklah terserah ibu saja, bagaimana baiknya.”

“Ibu akan pesan travel dulu.” Ibu mengambil handphonenya dan akan memesan travel.

“Tidak usah bu. Tidak usah pesan travel. Kita naik mobil saja.” Cegah Amira.

“Mobilnya siapa Mir, sewa mobil kan mahal.” Protes ibu. 

“Tidak menyewa bu, pakai mobil papaku. Sudah ibu tenang saja urusan perjalanan nanti Mira yang mengatur.” Jawab Amira.

“Ya sudah terserah kamu saja Mir.”

“Kalau begitu saya pamit mau kerumah orang tua saya dulu bu.” Amira bergegas bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tuanya.

Saat akan keluar dia melihat Ani sedang menyapu halaman. 

“Ani kau jangan kemana-mana, temani ibu ya.” Perintah Amira kepada adik iparnya.

“Mbak Mira mau kemana?” Tanya gadis itu.

“Mbak mau ke rumah mama papaku sebentar ada perlu.” Jawab Amira sambil naik ojek online yang dia pesan. 

Tidak memerlukan waktu lama Amira tiba di cafe milik mamanya. Saat itu mamanya sedang ada tamu. Amira menunggu sebentar sambil duduk menikmati segelas minuman dingin racikan bartender cafe itu. 

“Amiraa…” mamanya memanggilnya namanya sambil merentangkan tangannya. 

Amira menghambur kedalam pelukan mamanya, bau parfum yang lembut khas milik mamanya dia hirup dalam-dalam. 

“Mira kangen banget maa…rasanya sudah seabad ga ketemu mama.” Katanya

“Dih baru sebulan lebih berpisah udah merasa seabad” mamanya tertawa renyah. 

“Duduklah, bagaimana kabar suamimu?” 

“Baik ma seperti biasa, ibu mertuaku yang kurang baik. Dia baru kehilangan kakak kandungnya. Dia masih berduka.”

“Mama turut berduka cita. Mama kirim bunga dukacita ke rumah duka. Salah satu karyawan mama adalah menantu dari kakak kandung mertuamu.” Kata mama Amira.

“Wah kejutan ini. Dia kerja di bagian apa ma?” Tanya Amira. Dia salah satu chef kami. Kerjanya di belakang.” Kata mama.

“Ma besok Mira mau ke Surabaya bawa mobil. Hari ini Mira ambil mobil Mira dirumah mama ya,” pinta Mira.

“Tidak perlu ke rumah. Mobilmu hari ini kebetulan mama pakai. Mobil mama ada di bengkel waktunya service rutin. Bawalah. Nanti mama pulang dijemput papa saja.” Kata wanita setengah baya yang sangat modis itu. 

“Ini kuncinya. Hati-hati dijalan ya.” Kata mama Amira sambil memeluk putrinya. 

“Amira pamit dulu ya ma, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Jawab mamanya.

Amira menyetir mobil menuju pasar. Dia akan berbelanja kebutuhan mengisi stok kulkas. 

Dan terakhir mampir ke pusat oleh-oleh untuk buah tangan keluarga ibu mertuanya. 

Mobil yang dikendarai Amira tiba dirumah dan Ani terkejut melihat Amira menyetir mobil Honda mobilio warna putih itu. 

“Itu mobilnya siapa mbak?” Tanya Ani.

“Mobilnya mamaku, mau kami pinjam ke Surabaya besok.” Jawab Amira 

“Ayo sini bantuin mbak membawa belanjaan masuk.” Perintah Amira kepada adik iparnya yang sedang bengong.

Amira dan Ani membawa masuk belanjaan itu dan mengaturnya di kulkas. 

“Besok kamu yang masak untuk orang rumah ya. Mbak sama ibu mau ke Surabaya.” 

“Mbak urusan sekolahku bagaimana? Seragamnya aku ada yang belum punya juga keperluan sekolah yang lain. Hari Senin sudah masuk mbak.” 

“Astaga mbak lupa An. Mumpung ada waktu ayo kita list apa aja kebutuhanmu sekarang juga kita beresi sebelum mbak sama ibu berangkat. 

“Aku sudah dapat kursus bahasanya mbak tinggal mendaftar. Kita ke sekolah ku yang baru saja untuk memeriksa apa aja yang harus kubeli.”

“Oke kita berangkat sekarang saja.” 

“Ibu saya mau mengurus sekolah Ani dulu. Hari ini ibu yang masak ya bu. Saya sudah belanja stok kulkas.” Kata Amira.

“Iya nanti ibu masak. Sana pergilah bereskan urusan yang belum beres sebelum berangkat ke Surabaya.” Jawab ibu.

“Kita naik mobil saja An, ayo naik.” Perintah Amira pada adik iparnya.

Ani memperhatikan kakak iparnya menyetir mobil. Diam-diam dia kagum terhadapnya. 

“Kita ke sekolah mu dulu setelah itu baru ke tempat kursus bahasa. Kamu mengambil kursus apa saja An?” 

“Bahasa Inggris, Mandarin dan German.” Jawab Ani.

“Bagus. Jangan sampai putus les nya. Pelajari dengan baik terutama bahasa inggris dan jerman. Setelah kamu lulus nanti tetap kursus bahasa Jerman dan Inggris.” Kata Amira.

“Kenapa mbak tetap harus kursus. 

“Nanti kamu juga tahu kalau sudah waktunya. Sekarang konsentrasi belajar untuk kelulusan SMA. Ga ada pacar-pacaran ya. Awas kalau mbak sampai tahu kamu punya pacar.” 

“Iya mbak, Ani belum punya pacar kok.” Jawab Ani.

Mereka tiba disekolah Ani yang baru. Mereka langsung menuju ke koperasi di sekolah itu. Dan membeli perlengkapan yang dibutuhkan Ani. 

Mereka meluncur ke tempat kursus dan mendaftarkan Ani kursus bahasa yang dia perlukan. 

1
Nadira ST
thor smoga keluarga mertua Amira baik terus ya jangan sampai berubah jahat
Diah Susanti
kalau yang aq baca sampai sini sih, yang toxic cuma kakak iparnya saja. ibu dan ani juga baik, semoga gk dibikin berubah sama othor😁😁😁
Sri Wahyuni
😍
Sri Wahyuni
Amira benar kakak ipar harus dilawan KLO ngelunjak
Sri Wahyuni
Amira pinter bgt
Sri Wahyuni
Bagus ceritanya n tidak belibet
Ceritanya bagus kak, reletabel sama kehidupan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!