Laura Vince Claudia seorang Queen Mafia yang telah lama vacum karena ingin bertobat dan menjalani hidup normal seperti gadis lainnya. Laura kini menjalani hidup dengan bekerja sebagai seorang pelayan cafe.
Lucas Alistair Eezar seorang King Mafia dari Klan Shadowy Angel. Generasi penerus keempat setelah pemimpin sebelumnya meninggal dunia karena sakit.
Malam itu, Lucas tertembak oleh musuhnya dan sekarat di depan pintu cafe yang telah tutup. Laura yang pulang paling akhir menemukan keberadaan Lucas, lantas menolongnya serta memberi tumpangan tinggal sementara.
Lucius Alaric Eezar seorang CEO yang sedang melarikan diri karena menolak bertanggung jawab atas penjebakan seorang gadis yang terobsesi dengannya.
Lucius tidak sengaja menabrak Laura yang menyeberang jalan tanpa menoleh. Laura yang sejak menolong Lucas sudah jatuh cinta, akhirnya menyatakan perasaannya pada Lucius yang dianggap pria yang pernah ditolongnya dulu.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta ini?
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lisya Keguguran
Hari-hari telah berganti minggu, sudah genap satu minggu pernikahan dadakan pasangan kembar keturunan Eezar. Lucas tetap tinggal di kontrakan, karena Lucius dan Lisya masih ada di Mansion milik keluarga. Lucas sungguh menjaga jarak dengan istri adiknya yang gila itu.
"Luc, kenapa kamu masih di sini. Pulanglah, ini bukan rumahmu."
Lucas yang sedang memainkan Shuriken terhenyak mendengarkan kalimat pengusiran istrinya.
"Kamu sedang mengusir suamimu sendiri?" Tanya Lucas menatap tajam Laura.
"Bukan mengusir, tapi rumah ini terlalu kecil untuk Tuan Pewaris. Aku jadi merasa bersalah denganmu." Ucap Laura dengan nada datarnya.
"Kenapa kamu masih marah denganku?" Kini Lucas beranjak dari tempatnya.
Lucas memeluk erat tubuh istrinya dari belakang. Sudah satu minggu menikah, tapi ternyata mereka belum melakukan ritual malam pertama pernikahan.
"Lepas, Luc aku sedang memasak." Ucap Freya merasa risih sekaligus gerah. Entah mengapa hembusan nafas Lucas di lehernya membuat tubuh wanita itu menegang. Ada getaran aneh yang tiba-tiba muncul.
"Kenapa kamu mengusirku dari sini? Kamu masih marah soal Lisya? Bukankah semua sudah selesai Lau. Lisya sudah dinikahi oleh Lucius, dan dia tinggal di Mansion. Apa itu artinya kamu cemburu? Kamu marah karena kamu cemburu dengan Lisya yang genit padaku..."
Braakkk
Prannggg
Laura marah, dia membanting spatula dan pergi menjauh.
"Kamu pikir sendiri dengan otakmu, istri mana yang akan diam saja jika suaminya digateli iparnya sendiri. Makanya kalau punya otak itu dipakai buat mikir, ketua mafia kok goblok." Seru Laura. Wanita itu benar-benar marah, bahkan kata-katanya sangat kasar.
"Aku tidak mau tahu, jika dia masih gatal. Akan... "
Sreekkk... Laura memperagakan jari di leher seolah pisau yang memotong leher.
"Aku bukan orang sabar, jika terus-terusan diganggu seperti itu. Katakan juga pada Lucius itu, aku tidak akan main-main. Jika istrinya tidak bisa diatur, maka lebih baik dia MATI."
Braakkk...
Laura pergi meninggalkan rumah, setelah membanting pintu dengan keras.
Kakek Jauhar melihat semua itu, tapi dia tidak ingin ikut campur. Karena menurutnya Lucas memang bersalah, tapi sikap Laura tidak bisa dibenarkan. Menghela nafas pelan, Kakek Jauhar masuk ke kamarnya.
"Ini semua terjadi karena permintaan Lucius yang tidak masuk akal. Kenapa juga waktu itu aku bodoh, mau saja disuruh olehnya."
Karena kesal, Lucas pun ikut pergi dari rumah kontrakan Laura. Dia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju mansion milik keluarganya.
Begitu sampai rumah bak istana, Lucas bergegas mencari keberadaan kembarannya.
"LUCIUS... DI MANA KAMU?" Teriaknya.
"Loh, Lucas kamu sengaja datang? Apa kamu mencariku?" Tanya Lisya dengan senyum mengembang ala iklan.
PLAK
Entah kenapa Lucas sudah sangat gatal menampar mulut Lisya. Dan untuk kali ini, dia tidak ingin menahan diri lagi.
"Jaga mulut lancangmu itu, jangan pernah sekali lagi kamu berkata sembarangan yang memicu kesalah pahaman. Jangan pikir karena kamu perempuan, membuatku segan untuk berlaku kasar. Bahkan aku juga bisa membunuhmu."
Ucap Lucas sambil mencengkeram erat kedua pipi wanita, istri kembarannya.
"LUCAS, apa yang kamu lakukan pada istriku?" Teriak Lucius sambil berlari kemudian mendorong tubuh Lucas, berharap bisa melepaskan cengkeraman tangan kembarannya itu dari pipi istrinya.
"Jika kamu tidak bisa menjaga dan mendidik dia dengan baik. Lebih baik dia, aku bunuh."
"Dia selalu bertingkah bagai perempuan murahan yang tidak segan menggodaku, bahkan di saat ada kamu. Apa sebagai seorang pria kamu tidak merasa harga dirimu diinjak-injak?" Ucap Lucas menatap sengit.
Bruukkk...
Lucas menghempaskan tubuh Lisya dengan kasar, seandainya Lucius tidak sigap. Pasti tubuh Lisya sudah jatuh di lantai yang dingin.
"Peringatan pertama dan terakhir untuk kalian, terkhusus untukmu. Jika kamu masih bertingkah, tidak peduli kamu sedang hamil anak dari kembaranku. Kematian akan lebih baik untukmu." Usai mengatakan itu, Lucas pergi.
Kini, di Mansion mewah itu tinggal Lucius yang menatap nyalang Lisya. Dan Lisya yang mulai waspada. Dia merasa takut sekarang.
PLAK
PLAK
"Kamu mengejarku bagai orang gila, menjebakku hingga hamil. Di saat sudah aku nikahi, kamu menggatal dengan saudara kembarku. Apa kamu pikir kamu terlalu berharga untuk menjadi bahan rebutan. Tidak sama sekali, bahkan sekarang aku kembali jijik dan muak. Kemasi barang-barangmu sekarang juga. Aku akan mengantarmu ke Surabaya."
Lucius menyeret kasar tangan istrinya tanpa peduli Lisya merasa kesakitan.
"Lucius... Sakit... Ingat aku sedang hamil anak kamu." Teriak Lisya.
Bagaikan tuli, Lucius tetap menyeret Lisya tanpa mau peduli hingga masuk kamar di lantai dua.
Bruukkk...
Lucius mendorong kasar tubuh itu di atas ranjang, kemudian Lucius merobek seluruh pakaian Lisya.
"Aku ingin tahu, apakah kamu masih akan memikirkan saudaraku saat aku meng gagah i mu." Tanpa aba-aba atau pemanasan, Lucius memasuki lubang sang istri.
"Ahhh... Gila kamu Lucius, ini sakit." Teriak Lisya kala sang suami bergerak liar serta kasar.
Tak lama kemudian, jeritan Lisya itu berubah jadi desahan manja.
Lucius tersenyum miring, melihat Lisya tak berdaya di bawang kungkungannya. Tanpa keduanya sadari, jika masing-masing sedang membayangkan ber cinta dengan orang lain. Lucius yang semakin bergerak liar setelah membayangkan dada besar Kakak iparnya itu. Bahkan dia membandingkan ukuran milik istrinya dengan ukuran milik Laura meskipun selalu tertutup pakaian longgar.
Sementara itu, Lisya membayangkan jika yang ada di atasnya adalah Lucas. Pria kasar tapi justru penuh misteri. Lisya semakin mendesah, mengharapkan suatu saat mereka bersatu.
'Kenapa tidak bertukar pasangan saja.' Pikir Lisya dalam setiap jeritannya.
Tidak cukup satu ronde permaian, Lucius menggempur dengan berbagai gaya.
"Ahhh..." Teriak Lucius penuh kepuasan.
Tidak peduli jika itu akan mempengaruhi dan membahayakan janin. Lucius membalik tubuh Lisya dengan kasar.
Lisya yang sejak tadi menikmati permainan dengan membayangkan pria lain, membuat tidak sadar jika tubuhnya sudah berganti posisi yang bisa membuat kandungannya mengalami masalah serius.
Plok
Plok
Plok
Lucas memacu Lisya lebih kasar dan liar.
"Aahhh... Lucius... Hentikan... Perutku sakit." Teriak Lisya disela-sela permainan. Tapi apa peduli, Lucius. Pria itu seolah menulikan kedua telinganya. Yang ada dalam pikiran Lucas adalah penyatuan, kenikmatan, dan kepuasan.
Hingga sesuatu berbau anyir keluar dari lubang yang terus dipenuhi milik Lucius yang masih on.
"Lucius... A... Aku... Mungkin... Keguguran."
Usai mengatakan itu, Lisya terisak. Lucius hanya menatap istrinya datar. Entah mengapa saat ini dia menjadi pria paling breng sek.
Dulu dia pernah mencintai Lisya, lalu rasa itu perlahan hilang karena termakan hasutan dari Dimas. Kini, setelah berusaha kembali mencintai Lisya yang sudah menjadi istrinya. Justru Lisya mendamba saudara kembarnya.
Rasa cemburu itu berubah jadi rasa muak dan kembali membenci. Apalagi sekarang, tidak bisa dipungkiri jika Lucius tertarik dengan Laura. Hanya dengan membayangkan tubuh Kakak iparnya, milik Lucius langsung on.
"Bagus kalau kamu keguguran, Lisya. Dengan begitu, aku tidak perlu melanjutkan pernikahan yang memuakkan ini." Ucap Lucius kembali mengenakan pakaiannya.
Pria itu tidak membawa istrinya ke Rumah Sakit. Hanya memanggil dokter pribadi untuk datang mengobati. Tak ada yang perlu diselamatkan. Keguguran adalah gerbang untuk kebebasannya.
Lisya menatap sendu kepergian Lucius, wanita itu menangis sesenggukan sambil terus memegang perutnya yang mengempis.
Setelah Dokter memeriksa, dan memang kandungan Lisya tak dapat diselamatkan.
"Sebaiknya bawa istri Anda ke Rumah Sakit, dia harus menjalani kuret supaya rahimnya kembali bersih." Saran dari Dokter tapi tidak digubris Lucius yang menatap jenuh pada istrinya yang terus menangis.
"Terima kasih, dan silahkan pergi. Urusan itu akan saya pikirkan." Setelah Dokter keluar dari kamar. Lucius menatap nyalang arah Lisya.
"Sekarang, anak yang kamu jadikan alat untuk mengikatku sudah lenyap. Tapi, jangan harap kamu bisa bebas dari pernikahan sialan ini. Karena sampai kapan pun, aku tak akan melepaskanmu. Wanita murahan!" Lucius meninggalkan kamar menuju balkon.
Diam-diam Lucius ikut menangis, kenapa hanya karena cemburu buta dia bisa melakukan tindakan impulsif.
"Kenapa Lucius, kenapa kamu bunuh anakku yang tidak berdosa ini. Aku memang bersalah karena menggoda Lucas, itu karena aku marah. Aku marah dengan kalian berdua yang mempermainkanku dengan bertukar posisi. Aku tak benar-benar menginginkan Lucas, karena aku masih mencintaimu. Sekarang bahkan karenamu aku harus kehilangan anakku." Gumam Lisya sesenggukan.
Aku jadi ngilu mbayanginnya