Harin Adinata, putri kaya yang kabur dari rumah, menumpang di apartemen sahabatnya Sean, tapi justru terjebak dalam romansa tak terduga dengan kakak Sean, Hyun-jae. Aktor terkenal yang misterius dan penuh rahasia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Matahari siang menyorot tajam ketika Harin keluar dari ruko kecil itu, kini mengenakan jaket hijau terang yang kebesaran di tubuh mungilnya. Tas delivery besar yang baru pertama kali ia sandang terasa berat, meski hanya berisi beberapa kotak makanan. Rasanya seperti membawa tanggung jawab baru dalam hidupnya.
Ia berjalan ke arah parkiran, di mana beberapa motor berjejer rapi. Seorang laki-laki muda dengan helm di tangannya menoleh, melihat Harin.
"Kamu pekerja baru ya?" tanyanya.
"Iya mas, katanya aku boleh bawa motor di sini?"
"Betul, ini kuncinya. Jangan ngebut, bawa hati-hati aja."
"Siap!" jawab Harin dengan semangat, meski dalam hati ia agak tegang. Ia tidak pernah mengendarai motor di jalan raya besar, apalagi membawa tas delivery sebesar ini. Hanya pernah bawa sekali waktu SMA, sama teman ceweknya yang tomboy. Temannya itu sekarang sudah tinggal di luar negeri, mereka tidak pernah ketemu lagi.
Setelah memastikan alamat yang tertulis di kertas, Harin menyalakan mesin motor. Getarannya membuat jantungnya ikut berdegup. Ia menegakkan punggung, menarik napas panjang, lalu melaju perlahan keluar dari halaman ruko.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, di studio entertainment, suasana sedang ramai. Kru lalu-lalang membawa properti, teknisi sibuk mengatur lampu, dan beberapa staf lain menyiapkan set untuk adegan berikutnya. Hyun-jae sedang duduk di kursinya, menunggu giliran syuting. Juno di sampingnya sibuk menatap ponsel, sesekali mengingatkan jadwal setelah ini.
"Setelah break makan siang, ada wawancara singkat dengan seorang jurnalis," kata Juno.
Hyun-jae hanya mengangguk datar, matanya sesekali melirik ke pintu masuk studio. Entah kenapa dia merasa akan terjadi sesuatu.
"Kenapa wajahmu tegang begitu?" tanya Juno.
"Tidak ada." Hyun-jae menjawab singkat, lalu berdiri dan berjalan sebentar, mencoba mengusir rasa cemas yang muncul entah dari mana.
Di sisi lain, Harin akhirnya sampai di lokasi alamat yang tertera di kertas. Matanya melebar tak percaya. Sebuah gedung besar dengan papan nama yang sangat familiar, StarLight Entertainment Studio.
"Ya ampun … ini kan tempatnya artis-artis besar syuting? Jangan bilang aku harus ngantar makanan ke dalam sana…" gumamnya sambil menelan ludah.
Ia turun dari motor, merapikan jaket hijaunya yang kebesaran. Tas delivery ia turunkan dengan hati-hati. Helmnya tidak di buka, tapi wajahnya tetapi keliatan. Dengan langkah gugup, ia masuk melewati pintu utama.
"Permisi, saya kurir makanan, ada pesanan untuk… hmm, Juno?" ucapnya pada resepsionis.
Wanita muda di meja resepsionis menoleh cepat, ia menatap Harin dengan ekspresi menilai. Menurutnya tampang gadis itu kucel.
"Masuk saja ke ruang tunggu, lewat lorong kanan. Tapi hati-hati, jangan salah masuk. Ini bukan perusahaan abal-abal, dilarang foto-foto juga." kata resepsionis itu ketus.
Harin mengangguk cepat, meski dalam hati ia menilai si resepsionis sombongnya sekali. .
Dengan langkah canggung, ia membawa tas delivery masuk ke dalam.
Di halaman parkir studio, Harin berpapasan dengan beberapa kru yang sedang mendorong properti besar. Ia menepi, berusaha hati-hati, tapi tas delivery di punggungnya membuatnya agak goyah. Setelah berhasil lewat, ia menarik napas lega.
"Fiuh… hampir jatuh. Kalau sampai makanan ini rusak, bisa-bisa aku dipecat di hari pertama…"
Namun, nasib berkata lain. Saat melangkah ke arah pintu masuk khusus staf, pandangannya justru tertuju pada sebuah mobil hitam mengkilap yang diparkir di dekat sana. Catnya begitu mulus, refleksi cahaya matahari membuatnya tampak mewah sekali.
Harin terpesona sesaat.
"Mobil siapa ini? Kayak di drama-drama, mewah banget…" Padahal di rumah papanya ada banyak mobil begitu, tapi dia masih bertingkah seperti orang udik saja.
Karena terlalu asyik menatap mobil itu, langkahnya jadi tak terkendali. Tas besar di punggung membuat keseimbangannya goyah. Ia terpeleset sedikit di permukaan lantai parkir yang licin karena tumpahan air, lalu,
BRAKKK!
Tubuh Harin menabrak bagian samping mobil itu. Tangannya sempat menahan, tapi justru meninggalkan bekas noda dari kuas selai kacang yang tadi ia makan tanpa sadar masih menempel di jemari.
"ASTAGA!!!" Harin menjerit pelan, panik.
Ia menatap mobil itu. Ada goresan tipis di pintu, mungkin akibat resleting tas delivery yang terbentur. Wajahnya langsung pucat pasi.
"Aduh, mati aku… ini mobilnya siapa sih? Kayak mobil miliaran gini! Ya ampun, jangan bilang ini milik artis besar… mana aku miskin lagi sekarang."
Belum sempat ia membersihkan noda dengan tisu, suara seseorang terdengar dari belakang.
"Hei, kamu siapa? Kenapa,"
Harin membeku di tempatnya. Siapa itu, pemilik mobil? Tidak, tidak. Dengan cepat ia menutup kaca helm di wajahnya dan kabur secepat kilat tanpa menatap ke belakang.
"HEY!"
Juno ingin mengejar, tapi si pengantar makanan tersebut sudah menghilang naik ke lantai dua. Ia lalu berhenti di mobil Hyun-jae dan mengeceknya. Ada tanda goresan dan noda makanan di sana. Juno mendesah kesal.
"Ada apa?" Hyun-jae muncul di belakangnya. Ia sempat melihat ada seseorang mengenakan jaket hijau terang kabur saat Juno memanggilnya.
Lalu pandangan Hyun-jae berpindah ke mobilnya yang lecet. Dia tidak marah, Juno yang kesal.
Juno mendengus kesal sambil menunjuk pintu mobil mewah itu.
"Lihat, Hyun-jae. Mobilmu baru aja lecet! Dan ada noda aneh … kayak selai kacang? Siapa sih kurir ceroboh itu? Aku harus lapor ke pihak studio biar dia tanggung jawab."
Hyun-jae menatap lecet tipis itu tanpa banyak ekspresi. Baginya, mobil bisa diperbaiki.
"Aku harus ke toilet sebentar," katanya datar, meninggalkan manajernya yang masih kesal.
"Astaga, orang normal itu marah kalau mobilnya lecet, bukannya ke toilet!" gerutu Juno sambil menggeleng. Tapi itu Hyun-jae. Lelaki itu sudah terlalu kaya, yang lecet sedikit begini sih mana dia peduli.
Hyun-jae melangkah masuk ke koridor studio, matanya tanpa sadar menelusuri sekitar. Bayangan jaket hijau terang yang tadi ia lihat masih menempel di kepalanya. Ada sesuatu pada sosok itu, sosok tersebut seperti … menarik perhatiannya.
Ia berbelok ke lorong kecil menuju toilet, tapi langkahnya terhenti. Dari balik pintu samping, ia mendengar suara gaduh, suara seseorang mengomel pelan sambil mengusap sesuatu dengan tisu.
"Ya ampun, noda ini nggak hilang-hilang … mana udah bikin lecet mobil orang lagi."
Hyun-jae mencondongkan tubuh, melihat celah pintu yang terbuka sedikit. Di sana, Harin sedang sibuk menggosok ujung tas delivery-nya dengan panik. Helm masih menutup wajahnya, tapi Hyun-jae langsung mengenali suaranya.
Ia kaget dan tidak menyangka. Tidak ada orang lain di tempat itu. Kalau ada orang pun Hyun-jae tidak peduli. Sekarang dia lebih peduli kenapa gadis yang masih mengomel-ngomel sendiri itu tiba-tiba menjadi kurir makanan.
"Jadi kau pelakunya?"
Harin melompat kaget. Jantungnya hampir copot. Begitu menyadari siapa yang berdiri di depannya, ia cepat-cepat mau kabur lagi. Tapi gerakan Hyun-jae lebih cepat darinya.
ketahuan kamu Luna ...😁😂😂
tunggu aja kalo udh ketauan semuanya lenyaplah kamu dari muka bumi 🤣🤣