"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU TIDAK DI AJAK JALAN-JALAN
"Mas." panggilku kepada mas Saka yang tengah asik bermain ponsel sambil tiduran di atas ranjang.
"Hem." hanya itulah jawaban yang mas Saka keluarkan.
Aku duduk di tepi ranjang.
"Aku ingin bicara mas!" ucapku dengan pelan.
Sebab aku ingin membahas soal celana dalam mas Saka yang aku temukan di kamar mama.
"Bicara apa Rey, bicara saja!" ucap mas Saka masih terus memainkan gawai nya.
Aku menarik nafas, dan menghembuskan nya lagi.
"Kemarin aku menemukan celana dalam kamu mas, di kamar mama. Sebentar!" ucapku yang bangkit untuk mengambil celana dalam di itu di keranjang baju.
Sengaja aku tidak mencucinya. Sebab aku ingin menanyakan lebih dulu kepada mas Saka atau mama. Yang aku lihat tiba-tiba saja mas Saka meletakkan hape nya dan langsung bangkit duduk menatapku dengan lekat.
"Ini. Punyamu kan?" ucapku sambil melebarkan celana dalam itu.
Mas Saka seperti terkejut, ia gugup. Bahkan aku melihat peluh di dahinya.
Aku menyipitkan mata saat mas Saka diam saja dan terus menatap celana dalamnya itu.
"Mas, jawab. kok diam saja." ucapku lagi.
Mas Saka pun langsung mengerjap dan mengangguk.
"Itu memang celana dalam ku, tapi aku tidak tahu mengapa ada di kamar mama. Masalah percucian, kan urusan kamu Rey! Mungkin saja saat kamu angkat jemuran, celana dalamku ini kebawa di kamar mama." ucap mas Saka.
"Tapi mas, ini bukan yang baru aku cuci. Tapi ini seperti bekas yang sudah di pakai! Bau." ucapku lagi, yang memang aku mencium bau tidak sedap dari celana itu.
"Ah, apa.. Ya mas tidak tahu sayang. Atau mungkin saja saat kamu mengambil pakaian kotor di kamar mama, celana dalam mas ini terjatuh disana. Kamu jadi tidak melihatnya." ucap mas Saka lagi dengan gugup.
Dia bahkan tidak berani menatapku.
"Tapi mas aku me---
"Alah sudahlah Rey, kamu itu kebanyakan tapi tahu gak! Bisa saja kan itu jatuh di kamar mama. Tapi kamu malah lupa bawa. Udah ah. Aku ngantuk, capek." ucap mas Saka yang langsung merebahkan diri dan memejamkan mata.
Aku hanya bisa menghela nafas kasar, padahal ini aku menemukan di lipatan baju mama. Apa mungkin iya, aku yang lupa? Jatuh tidak aku ambil lagi? Ah, ya sudahlah biar aku akan tanyakan kepada mama besok.
Aku pun meletakkan celana dalam itu di keranjang lagi, mematikan lampu aku merebahkan diri juga di samping suamiku. Pukul satu dini hari aku merasakan ranjang yang bergerak. Karena kasurnya sangat empuk, sehingga jika ada yang bangkit aku bisa merasakannya.
Aku terus memejamkan mata sampai suara pintu pun terdengar tertutup. Barulah aku membuka mata dan menatap ke samping. Ternyata mas Saka yang keluar dari kamar! Mau apa dia? Jika hanya kebelet buang air kecil, di kamar juga ada kamar mandi. Kenapa harus keluar?
Aku pun bangkit untuk melihat apa yang di lakukan mas Saka, padahal waktu masih malam. Namun mengapa suamiku itu terbangun.
Ceklek.
Saat aku keluar, aku tidak mendapati siapa-siapa. Kemana mas Saka? Aku berjalan menyelusuri gelapnya ruangan-ruangan itu. Mana tahu saja mas Saka sedang melakukan sholat malam di mushola rumah.
Saat aku sudah berkeliling untuk mencari mas Saka, tiba-tiba saja mas Saka muncul dari pintu samping dapur. Yang bersatu dengan pintu ke arah kolam renang. Kok bisa mas Saka dari sana? Ada apa kah?
"Mas." ucapku.
Dia sangat terkejut melihat aku yang menyalakan lampu dapur.
"Reyna!" pekiknya.
"Kamu sedang apa sih mas. Kok malam-malam bangun? Seperti orang bingung." ucapku sambil menyatukan kedua alis.
"Ah, aku tidak ngapa-ngapain. Lagian kamu juga ngapain, kok bangun." ketus mas Saka yang sepertinya kesal.
"Aku pengen pipis tadi, kamu tidak ada. Yasudah aku cari kamu keluar." ucapku dengan sedikit datar.
Aku juga kesal. Untuk apa suamiku itu malam-malam keluyuran seperti tuyul yang ingin menyusu saja!
"Argh, buatkan aku kopi Rey" ucap mas Saka yang tiba-tiba duduk di meja makan.
"Apa kanu tidak salah mas? Ini masih malam. Kok kamu minta kopi!" ucapku yang bingung.
"Rey, aku itu suntuk. Udah cepat bikinkan." ucap mas Saka lagi.
Tanpa berkata aku langsung membuatkan suamiku itu kopi. Dia seperti orang yang sedang gelisah. Seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu namun tidak tercapai.
Namun apa yang membuat mas Saka seperti itu? Tidak mau menerka nerka. Aku langsung mengaduk kopi dan memberikannya kepada mas Saka. Tanpa berkata aku langsung meninggalkan mas Saka menuju kamar.
Mataku masih sangat berat sekali. Bayangkan saja jam satu dini hari terbangun. Orang gila mana yang malam-malam meminta kopi, hanya mas Saka doang yang agak lain. Aku merebahkan diri dan memejamkan mata kembali. Tidak perduli dengan mas Saka yang akan melakukan apa!
Pagi Harinya posisinya seperti semalam, aku tidak melihat mas Saka di sampingku. Entah sudah jam berapa ini. Aku mencoba meraih ponselku. Ya Allah, sudah hampir jam 7 kok bisa aku kesiangan? Pantas saja mas Saka sudah bangun.
Tidak mandi atau cuci muka. Aku langsung bergegas menuju keluar.
"Loh, kalian mau pada kemana?" ucapku yang terkejut melihat mas Saka, mama dan juga putriku yang sudah rapi dengan pakaian liburannya.
"Mama sedang sakit ya?" ucap Kiara kiara kepadaku.
Aku mengerutkan dahi. "Tidak sayang. Ini mama kesiangan bangun." ucapku sambil menangkup wajah putriku.
"Rey, aku dan mama mau ke kantor, sekalian ajak Kiara untuk jalan-jalan." ucap mas Saka.
Aku termangu sejenak. Sebab nyawaku memang belum sepenuhnya terkumpul.
"Maksudnya gimana mas?" ucapku dengan menyipitkan mata.
"Rey, kan kemarin kamu bilang, kalau Kiara ingin liburan/ jalan-jalan. Nah hari ini mama ajak Kiara ke kantor. Sekalian pergi untuk berjalan-jalan. Kamu di rumah saja ya. Lagian kan hari ini mama suruh kamu untuk memanggil tukang. Itu untuk menempok samping rumah di Mira." ucap mama sambil mengulurkan uang ke hadapanku.
Aku benar-benar seperti orang bodoh! Jadi aku tidak di ajak untuk jalan-jalan? Padahal kemarin Kiara bilang ingin pergi bersama mama dan papanya. Namun mengapa malah dengan mas Saka dan mama?
"Rey, kok bengong, kita berangkat dulu ya. Keburu jalanan macet." ucap mas Saka.
"Kiara pergi dulu ya ma. Jika Mama sakit, cepat sembuh." ucap Kiara dan meraih tanganku untuk di ciumnya.
Aku hanya terdiam. Sebab aku tidak tahu apa yang mas Saka katakan kepada Kiara, sehingga anak itu mengiranya aku sedang sakit.
"Ma, Reyna ingin bicara sebentar." ucapku kepada mama.
Karena niatnya aku ingin membahas masalah celana dalam mas Saka. Tetapi mamaku cantik itu mengibaskan tangan nya di depan wajah.
"Alah Rey, mau bicara apa sih, lain kali saja ya. Ini mama dan Saka sedang buru-buru. Karena janjian dengan klien pukul 8, Oke? Tinggal dulu ya sayang. By." ucap mama dan langsung menuntun Kiara melangkah menuju depan.
"Aku berangkat ya sayang." ucap mas Saka yang mencium keningku.
Aku hanya bisa terdiam saja, sebab badanku benar-benar lemas. Saat mengetahui mas Saka jalan-jalan sendiri tanpa mengajakku.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek