NovelToon NovelToon
Kujual Tubuhku Demi Sesuap Nasi

Kujual Tubuhku Demi Sesuap Nasi

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / PSK
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Qwan in

“Di balik seragam putih abu-abu, Nayla menyimpan rahasia kelam.”

Di usia yang seharusnya penuh tawa dan mimpi, Nayla justru harus berjuang melawan pahitnya kenyataan. Ibu yang sakit, ayah yang terjerat alkohol dan kekerasan, serta adik-adik yang menangis kelaparan membuatnya mengambil keputusan terberat dalam hidup: menukar masa remajanya dengan dunia malam.

Siang hari, ia hanyalah siswi SMA biasa. tersenyum, bercanda, belajar di kelas. Namun ketika malam tiba, ia berubah menjadi sosok lain, menutup luka dengan senyum palsu demi sesuap nasi dan segenggam harapan bagi keluarganya.

Sampai kapan Nayla mampu menyembunyikan luka itu? Dan adakah cahaya yang bisa menuntunnya keluar dari gelap yang menelannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Bel istirahat bergema di seluruh penjuru sekolah, memecah kebekuan jam pelajaran terakhir. Para siswa berhamburan dari kelas, sebagian menuju kantin, sebagian lain ke lapangan atau tempat-tempat favorit mereka untuk bersantai. Suara langkah kaki dan tawa bersahutan, mengisi udara dengan semangat remaja.

Namun di belakang gedung sekolah, tempat yang jauh dari keramaian, seorang siswa duduk membisu di bangku panjang.

Elang.

Wajahnya muram, tatapannya kosong menatap rerumputan di bawah kakinya. Biasanya, di jam seperti ini, Nayla akan datang menghampirinya, duduk di sampingnya dengan senyum lembut dan bekal sederhana di tangan. Tapi hari ini, bangku itu kosong.

Dan hatinya... terasa kosong pula.

Rasa kecewa masih menusuk-nusuk dadanya. Foto itu. yang menyebar seperti virus. telah menghancurkan kepercayaan yang selama ini ia bangun terhadap Nayla. Tapi di balik kemarahan, ada yang lebih kuat: rindu. Kosongnya bangku di sampingnya adalah bukti betapa kehadiran Nayla berarti lebih dari sekadar rutinitas.

Tiba-tiba, suara langkah pelan menghampiri.

Seseorang duduk di sampingnya dengan hati-hati, lalu menyodorkan sebotol minuman dingin ke arahnya.

“Panas, ya?” suara itu lembut, penuh perhatian.

Elang menoleh perlahan, dan mendapati Mira, sahabat Nayla yang dikenal pendiam tapi selalu terlihat anggun. Ia mengangkat alis, sedikit terkejut.

“Minumlah,” ucap Mira lagi, tersenyum kecil. “Kamu kelihatan... capek.”

Elang tidak menyentuh botol itu, namun tak menolak kehadirannya. Ia hanya kembali memandang ke depan.

Mira tetap duduk di sampingnya, tidak beranjak, tidak banyak bicara. Ia tahu, diam bisa menjadi bentuk simpati terbaik.

Beberapa detik kemudian, ia membuka suara lagi, pelan.

“Elang... aku tahu kamu pasti marah. Bingung juga. Jujur, aku pun kaget waktu lihat foto itu.”

Nada suaranya sangat tenang, seperti seseorang yang bicara karena benar-benar peduli, bukan ingin ikut campur.

“Tapi aku juga percaya, Nayla bukan tipe orang yang melakukan hal seperti itu tanpa alasan.”

Elang menoleh, tak berkata apa-apa, tapi kini tatapannya sedikit melunak.

“Aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku percaya... semua orang pasti punya alasan saat mereka melakukan sesuatu yang kita sendiri nggak bisa pahami.”

Mira menunduk, menggenggam botol minuman yang ia sodorkan tadi.

“Kamu tahu, Nayla itu... selalu tampak kuat. Tapi kadang, orang-orang kuat itu justru yang paling hancur di dalam. Mereka cuma nggak pernah bicara.”

Ia menatap Elang dengan sorot seolah-olah dia benar-benar peduli. Namun di balik tutur lembut itu, hatinya sedang mengukur reaksi. Ia ingin terlihat sebagai orang yang penuh pengertian. Ia ingin Elang mulai melihatnya sebagai tempat bersandar yang baru. Bukan Nayla.

Dan untuk pertama kalinya sejak pagi itu, Elang mengangguk kecil. Ia tidak lagi membisu penuh amarah. Matanya kini menatap Mira... dengan tatapan yang perlahan meluruhkan dinding kecewanya.

“Kamu... perhatian juga, ya,” gumam Elang pelan.

Mira tersenyum tipis, menatap lurus ke depan. “Bukan perhatian. Aku cuma... ingin kamu nggak terlalu keras pada dirimu sendiri. Atau pada Nayla.”

Sejak hari itu, sesuatu berubah.

Elang mulai lebih sering berbicara dengan Mira. Bukan karena ia langsung berpaling dari Nayla, tapi karena Mira selalu hadir di saat ia hancur. Mira tak menggantikan posisi Nayla, namun menjadi pelipur luka yang sementara.

Mereka sering terlihat duduk bersama di bangku belakang sekolah. Kadang hanya berbicara ringan, kadang saling diam. Mira pandai memainkan perannya. tak terlalu agresif, namun cukup hangat untuk membuat Elang nyaman. Ia tidak pernah menyentuh luka Elang secara langsung, tapi hadir sebagai penenang sunyi.

Dan itu cukup membuat Mira bahagia.

Langkah awalnya berhasil.

Kini, ia telah menanam benih di hati Elang. Ia tahu, jika ia terus sabar, terus menunjukkan bahwa dirinya ada… maka cepat atau lambat, Elang akan benar-benar berpaling. Bukan hanya sebagai teman bicara.

Tapi sebagai seseorang yang baru… yang akan menatapnya, bukan Nayla.

“Perlahan… tapi pasti,” batin Mira sambil menatap Elang yang tengah tertawa kecil atas celetukannya.

“Aku akan menggantikan tempatnya.”

...

Hari Ketiga Skorsing.

Langit baru saja berganti warna saat Nayla keluar dari rumah. Ia mengenakan seragam sekolah seperti biasa, menyampirkan tas di pundak, dan melangkah sambil tersenyum kecil kepada ibunya yang sedang menyiapkan sarapan. Semua ia lakukan agar sang ibu tidak menaruh curiga padanya.

“Jangan lupa makan siang, ya, Nak,” ujar sang ibu lembut sambil membungkuskan roti isi ke dalam kantong plastik.

“Iya, Bu. Nayla berangkat dulu,” balasnya, mencoba terdengar ringan.

Padahal langkahnya berat.

Karena ia tidak benar-benar pergi ke sekolah.

Setiap pagi, Nayla berbelok di ujung jalan, lalu berjalan menyusuri jalur setapak yang menuju ke sebuah pohon besar di belakang sekolah. cukup jauh untuk tak terlihat, tapi cukup dekat untuk melihat aktivitas sekolah dari kejauhan.

Di situlah ia duduk setiap hari, sendiri, bersandar pada batang pohon tua dengan daun-daun berguguran menimpa bahunya. Ia duduk diam, mengamati para siswa dari kejauhan, melihat hiruk-pikuk yang dulu adalah dunianya.

Tapi yang paling menyiksa bukanlah kesendirian itu…

Melainkan sosok Elang dan Mira.

Dari balik semak, Nayla bisa melihat keduanya sering duduk bersama di bangku belakang sekolah. Kadang mereka bicara. Kadang tertawa. Kadang Elang terlihat membetulkan rambut Mira yang tertiup angin.

Dada Nayla terasa sesak.

Ia tak tahu harus merasa apa. Cemburu? Tapi apakah ia pantas cemburu? Sedangkan tubuh dan martabatnya sendiri sudah dikorbankan demi menyambung hidup. Ia bahkan telah menjual harga dirinya… kepada kakak Elang sendiri.

Air mata menggenang di matanya.

Namun tiba-tiba, sesuatu mencuat di pikirannya.

Malam itu. Di ruangan karaoke itu. Saat ia duduk dengan pria-pria dewasa. Ia teringat… ia tidak sendiri.

Mira juga ada di sana.

Mereka berdua duduk berdampingan. Minuman berderet di meja. Musik keras berdentum.

Tapi… mengapa hanya fotoku yang tersebar?

Mengapa hanya aku yang dijadikan bahan cemooh?

Perlahan, tubuh Nayla menegang.

"Jangan-jangan…" bisiknya lirih. "Mira…"

Ia memejamkan mata, napasnya tercekat.

“Aku harus bicara dengannya. Ini tidak bisa dibiarkan.”

...

Sore hari.

Bel pulang sekolah berdentang nyaring. Gerbang depan mulai dipadati murid-murid yang keluar berbondong-bondong. Beberapa tertawa, beberapa mengeluh soal PR, dan sebagian sibuk dengan ponsel mereka.

Di seberang jalan, Nayla berdiri. Tidak lagi bersembunyi. Wajahnya tegas, langkahnya mantap, dan matanya tak lagi bersembunyi di balik keraguan.

Lalu dia melihatnya…

Mira.

Berjalan santai bersama tiga temannya, tertawa kecil sembari memainkan rambutnya. Gadis itu tampak begitu polos. seolah bukan orang yang telah menusuknya dari belakang.

Nayla melangkah ke tengah jalan, menghentikan langkah Mira dengan suara datar:

“Kita harus bicara.”

Mira berhenti, wajahnya terkejut, lalu segera berubah menjadi senyum lembut.

“Oh, Nayla... kau membuatku kaget. Ada apa?”

Tanpa basa-basi, Nayla mendekat. Tatapannya tajam.

“Kau yang menyebarkan foto itu, kan?” suaranya meninggi, cukup untuk membuat beberapa siswa menoleh.

Mira pura-pura mengerutkan kening. “Maksudmu apa? Foto apa?”

Nayla mendekat selangkah lagi. “Jangan berpura-pura, Mira. Kita berdua ada di ruangan itu malam itu. Tapi kenapa hanya aku yang ada di foto itu? Kenapa cuma aku yang jadi bahan hinaan satu sekolah?”

Wajah Mira masih berpura-pura kebingungan. “Aku nggak tahu apa yang kamu maksud, Nayla…”

“Berhenti berbohong!” Nayla hampir berteriak. “Kau yang mengambil foto itu, kan?! Kau yang menyebarkannya, kan!”

Tatapan Mira mulai berubah. Lalu ia mengangkat dagunya, sikapnya tak lagi berpura-pura.

“Ya,” ucapnya datar. “Aku yang menyebarkannya.”

Teman-teman Mira yang semula berdiri kaku kini terdiam dalam keterkejutan.

“Karena aku menyukai Elang, Nayla. Dan aku benci melihatmu selalu di sampingnya. Dia terlalu dekat denganmu, dan aku tidak suka itu.”

Nayla mematung.

"Tapi itu... tidak ada hubungannya denganku!" serunya, suara gemetar karena marah dan kecewa.

“Justru itu hubungannya, Nayla.” Mira mendekat, matanya dingin. “Karena kau halanganku. Karena selama kau masih ada di sekitarnya… aku tak akan pernah punya kesempatan.”

Dan saat itu juga, Nayla tak bisa menahan emosinya lagi.

PLAKK!

Tangan Nayla melayang keras ke pipi Mira, membuat gadis itu tersungkur ke trotoar. Beberapa murid menjerit kaget. Semua mata kini tertuju pada mereka.

Dan dari kejauhan…

Elang melihatnya.

Ia segera berlari menghampiri, sorot matanya tajam, napasnya memburu.

“Nayla! Apa yang kamu lakukan?!”

Nayla tertegun.

“Elang, dengar aku dulu...”

“Kenapa kamu menampar Mira?! Dia salah apa?!”

Mira masih duduk di tanah, memegangi pipinya dengan air mata menggenang.

“Aku… aku cuma ingin bicara baik-baik…”

“Elang, dia...”

“Tidak kusangka!” seru Elang, suaranya marah.

“Di balik wajah polosmu, ternyata kau menyimpan sifat sekejam ini. Selama ini kau hanya menipuku dengan kepura-puraanmu!”

Nayla membeku. Kata-kata itu… jauh lebih menyakitkan daripada tamparan mana pun.

Dan sebelum ia sempat membuka mulut, Elang sudah lebih dulu menarik tangan Mira dan membawanya pergi, meninggalkan Nayla berdiri sendiri di tengah trotoar. Diam. Terpaku. Terluka.

1
Bunda Dzi'3
haa akhirnya yg stiap saat ku tunggu 😍trima ksh thor... sehat slalu... ttp smngts up shari 2/3 bab harapan Ku😍😍😍
kalea rizuky
sekali. lacur ttep lacur cari lainnya elang susah ngomong ma mental cwek kere miskin murah an
kalea rizuky
jd pelacur ttep aja gk guna
kalea rizuky
tolol nayla lapor polisi ibukmu suruh cerai kan punya uang tuh
kalea rizuky
bodoh porotin cowok kaya tanpa jual diri kayak novel sebelah hidup miskin tp dia. pinter morotin cwok kaya di club jd pcr sewaan tanpa harus jual. perawan kaya raya trs berhenti deh
ovi eliani
lagian elang ini, ikut campur urusan orang cari perempuan lain saja kenapa mesti marah2 sama nayla, klo cemburu ngomong nggak usah nggas elang. 🤣🤣🤣
اختی وحی
ini udh gk ad lanjutan ya
𝗣𝗲𝗻𝗮𝗽𝗶𝗮𝗻𝗼𝗵📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Siti Aminah
SM KK AQ buka hampir setiap saat tp blm ada kelanjutannya
Siti Aminah
SM KK AQ buka hampir setiap saat tp blm ada kelanjutannya
Bunda Dzi'3
puluhan x buka tapi blm up dri kmren😭
Bunda Dzi'3: syafakumullah yaa Kaa.... istirahat dlu... yar cepet sehat kembali💪💪💪
total 2 replies
Bunda Dzi'3
up thor gak sabarr bab slnjutnya... smoga gda yg ganggu... jgn aulia balik ke kantor ada yg ketinggalan... biar mereka slesaikan hati mereka... gemess Nayla galak bngt klu lgi cemburu🤣
Bunda Dzi'3: slalu di tunggu kaa.. 😍
total 2 replies
Bunda Dzi'3
elvino bener2 yaa Nungguin Nayla Sampai Setengah Jam.... Saling jujurlah dgn hati klian...
Bunda Dzi'3
ayoo Nayla trss merajukkk biar elvino stress🤣🤣🤣
Bunda Dzi'3
nayla cemburu..
merajukkk aja biar elvino ketar-ketir buat merayu nayla😍🤭🤭
Bunda Dzi'3
syukurlah Ada dukungan Papa nya elvino smoga stelah ini papa nya gda niat buat misahin elvino&Nayla... lagian juga nyala perawannya di ambil elvino&nayla ga pernah tidur sma laki2 lain slain elvino... jdi Aman dong yaa😍
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
takut banget nayla dimusuhi emaknya elvino macam mertua mertua julid jaman sekarang
Bunda Dzi'3
Nayla bersyukurlah elvino gak anggap kmu pemuas biologis nya lagi.... krna Elvino udh tulus syang&cinta sma kmu
اختی وحی
males bngt klw nayla msih nurutin bpk ny, hrsnya prgi aja yg jauh biar bpk ny gk ngriwehi
Dzimar
up thorrrr
Siti Aminah
episode berikutnya mn kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!