Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan Puluh Juta
Tari merasa lelah sehabis pulang dari Resto Raos, Ia memilih duduk sambil menikmati kopi kesukaannya. Maudy menemuinya setelah membersihkan diri, hal yang biasa mereka lakukan ketika berada di rumah.
" Mau kopi Ma " Tawar Tari sembari menyeruput kopi buatannya.
Tari hendak berdiri dan berniat menyediakan secangkir kopi untuk Maudy namun wanita itu dengan cepat menolaknya.
" Biar Mama saja, kamu tunggu saja disini "
Maudy hendak berdiri namun fokusnya teralihkan pada kaki Tari yang agak membengkak.
" Nak, kaki mu bengkak sayang " Tari hanya bergumam sebagai jawaban.
" Coba sini Mama lihat " Maudy meraih kaki Tari namun Tari melarang nya.
" Tidak apa apa Ma, ini sudah biasa,
nanti juga sembuh dengan sendirinya "
Sudah dua kali Tari merasakan kakinya yang bengkak seperti ini sebelumnya dan ini untuk yang ketiga kalinya.
" Ini tidak bisa di biarkan Nak, bisa bahaya. Belum lagi ini pasti tidak nyaman kalau di bawa berjalan, iyakan ?. "
Maudy merebut minuman yang sedang di minum Tari.
" Kurangi minum kopi Nak, karena kopi mengandung caffein tinggi dan ini tidak baik untukmu juga kandungan mu sayang "
Tari protes dengan bibir cemberut, baru saja Ia menikmati minuman favorit nya itu. Namun kali Maudy juga tidak mau mengalah pada apa yang Ia yakini benar dan semua demi kebaikan Tari sendiri.
" Mama, biarkan Tari minum sedikit lagi. Lagipula ini bukan masalah Ma, mungkin tadi di Resto Tari kebanyakan melipat kaki makanya seperti ini jadinya. Nanti juga baik dengan sendirinya kok "
Maudy menghentikan langkahnya mendengar ucapan Tari.
" Apa ! kamu bekerja apa Nak disana sehingga keadaan mu jadi seperti ini. Mama kan sudah bilang untuk saat ini tidak perlu bekerja, kamu cukup istrahat di rumah saja "
Ya salah lagi, niat hati ingin buat alasan yang masuk akal tapi malah Ia dapat larangan untuk bekerja.
Maudy masuk ke dapur dan keluar kembali setelah beberapa menit kemudian.
" Ini minumlah Nak, kalau yang ini sangat cocok untuk mu "
Tari mengambil secangkir minuman coklat susu panas dari tangan Maudy dan mulai menikmatinya.
" Berhentilah bekerja Nak, bukankah tafsiran persalinan mu tinggal dua minggu lagi. Itu juga hanya prediksi, bisa saja lebih cepat dari itu. Sebaiknya sekarang kamu harus sudah istrahat dan mempersiapkan mentalmu untuk persalinan nanti "
Tapi meskipun larangan Maudy begitu serius Ia tetap tidak bisa melawan keinginan Tari untuk bekerja.
" Mama, terimakasih karena sudah menghawatirkan Tari. Tapi maaf Tari tidak bisa berdiam diri saja, Tari yang punya tubuh ini dan Tari yang punya kendali. Kalau Tari merasa sangat lelah maka Tari akan istrahat, tapi tolong Mama jangan paksa Tari untuk berdiam diri saja di rumah, Tari tidak bisa melakukan itu "
Maudy hanya menarik nafas berat, putrinya itu memang sedikit agak keras kepala.
Hari ini Tari dan Maudy sedang berada di pusat perbelanjaan, Maudy mengajak Tari untuk membeli segala keperluan dalam menyambut kedatangan baby Ar.
Maudy begitu antusias memilih semua barang yang Ia inginkan, semua berbanding terbalik dengan Tari. Tari nampak biasa saja, Ia tidak bisa membelikan barang yang mewah untuk calon anaknya karena uang yang Ia punya tidak memungkinkan, namun di luar dugaannya. Maudy malah berbelanja seperti orang kesurupan, Ia membelikan semua keperluan bayi itu tanpa terkecuali. Bukan hanya itu, semua pilihan Maudy adalah barang barang yang lumayan mahal menurut Tari.
" Mama, ini terlalu banyak. Tari mana punya uang untuk membayar semua ini " Protes Tari melihat troli yang sudah penuh.
Maudy tertawa kecil
" Yang suruh kamu bayar siapa Nak, tenang saja kan ada Mama " Maudy merasa lucu dengan keluhan Tari.
Mereka pergi ke kasir untuk melakukan pembayaran, Tari hanya berdiri di belakang Maudy ketika penjaga kasir menghitung semua jumlah belanjaan mereka.
" Sembilan puluh juta lima ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah Bu " Ucap penjaga kasir.
Tari melongo sembari menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya sendiri.
" Apa, sembilan puluh juta lima ratus sembilan puluh sembilan ribu. Mbak, yang benar saja. Coba di cek dulu pasti ada yang salah itu, mungkin nol nya keliru " Pinta Tari yang begitu terkejut mendengar nominal yang di ucapkan penjaga kasir.
Maudy menepuk jidatnya pelan, melihat reaksi Tari.
" Tari sudah, itu sudah benar. Tidak mungkin mereka salah hitung sementara mereka menggunakan komputer untuk menghitung " Bisik Maudy pelan seraya tersenyum pada penjaga kasir.
Ia menyerahkan sebuah kartu yang di ambil dari dalam tas kecilnya. Setelah semuanya selesai keduanya mendorong barang belanjaan mereka keluar menggunakan troli.
" Mama, bukankah ini terlalu berlebihan. Hanya perlengkapan bayi saja Mama harus menghabiskan uang mama begitu banyak "
" Tidak apa apa Nak, rileks Nak "
" Tapi Ma, Mama sudah susah payah mengumpulkan nya dan ternyata uangnya hanya di pakai buat biaya perlengkapan bayi nya Tari saja. "
Maudy menggeleng cepat.
" Uang segitu tidak ada artinya Nak, di banding kehadiran kalian di hidup Mama. Kamu adalah Putri Mama yang begitu berharga jadi jangan pernah mengatakan ' kata hanya 'buntuk kebahagiaan kalian, karena kalian adalah sesuatu yang tidak bisa di ukur dengan uang bagi Mama. Lagian memangnya uangnya mau di kemanakan Nak kalau tidak untuk di belanjakan. "
Kalau sudah begini Tari harus apa, susah juga berdebat dengan orang kaya karena Ia pasti akan kalah.
" Kamu tahu nggak Nak, Mama masih belum percaya kalau sebentar lagi Mama akan punya seorang cucu. Sebelumnya itu semua ini hanya ada di dalam mimpi Mama saja, tapi sekarang semua itu akan menjadi nyata beberapa hari lagi "
Nampak raut bahagia di wajah Maudy dan Tari tidak ingin merusaknya dengan ucapannya yang mungkin akan menyakiti hati wanita itu.
..."Ya Allah Nak, betapa beruntung nya kita mendapatkan Oma Maudy. Dia wanita yang begitu baik, entah apa yang sudah Mama lakukan di masa lalu sehingga Mama di beri kesempatan berharga ini, bertemu dan mengenal dengan orang baik sebaik Oma Maudy " Batin Tari....
Setiba di rumah mereka di bantu supir dan beberapa Art untuk membawa barang barang belanjaan mereka ke dalam rumah.
Maudy sudah menyiapkan kamar besar di lantai bawah untuk Tari ketika melahirkan nanti, hal itu sengaja di lakukan Maudy agar nanti Tari tidak harus susah payah ketika akan naik turun.
Maudy juga mendatangkan orang khusus untuk mendekorasi kamar Baby Ar, agar nanti ruangan itu nyaman di jadikan tempat bermain cucu pertamanya itu.
Tari hanya menghela nafas berat untuk keputusan Maudy yang sudah final, tidak bisa di ganggu gugat lagi. Ia hanya membantu seperlunya, kalau tenaganya di butuhkan.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰