Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan sulit
"Tok... tok... tok" seseorang mengetuk pintu kamar Daniel dari luar.
Daniel menghembuskan nafas kasar, menoleh menatap Ayra yang masih ketakutan.
"Buka...!" titahnya.
"Baik, baik tuan." Ayra dengan badan yang masih gemetar, berbalik untuk membuka pintu.
Merry menatap Ayra dengan tatapan sinis, ia memperhatikan ruangan kamar Daniel, lalu berjalan mendekat.
"Tuan, tuan ingin makan apa siang ini? Akan saya buatkan menu kesukaan tuan muda," Tawar Merry sedikit membungkukan badannya.
Alih-alih menjawab, Daniel justru menggebrak meja dengan kuat.
"BRAAAAKKK"
Baik Ayra ataupun Merry sama sama tersentak kaget.
Merry menunduk, tahu jika dia sedang melakukan kesalahan besar, sehingga membuat Daniel menjadi murka.
"Maaf tuan, maaf...!" ucapnya sambil terus menunduk.
"Kamu tuli atau tidak dengar Merry!! Aku tidak butuh masakan mu! kalian kerjakan saja apa yang ku perintahkan!!" pekik Daniel.
"Baik tuan, kalau begitu saya permisi," ucap Merry, ia mundur lalu keluar dari pintu.
Ayra menatap Daniel yang tertunduk di depan meja kerjanya, terlihat tangannya terluka dan mengeluarkan darah.
Ayra memperhatikan ruangan tersebut, mencari kotak P3K. Setelah ia menemukan jika kotak tersebut ada di dekat lemari, Ayra melangkah untuk mengambilnya.
Ia memegangi kotak tersebut beberapa saat, ia mengumpulkan keberanian untuk mendekat dan mengobati luka tangan Daniel.
Sambil terus menunduk, Ayra mendekat, lalu membuka suara untuk meminta izin, "Aku izin mengobati luka mu."
Daniel sedikit tersentak, saat tangannya disentuh dan ditarik perlahan oleh Ayra. Ia dibimbing untuk duduk di sofa, lalu dengan telaten Ayra membersihkan luka Daniel.
Daniel menatapnya, rasa amarah yang tadi membara, seketika luluh saat merasakan sentuhan dari tangan lembut Ayra. Ada sesuatu yang berbeda yang ia rasakan saat itu, sebuah getaran yang selama ini tak pernah ia rasakan.
"Maafkan aku, jika ucapan ku membuat tuan menjadi marah, aku tidak bermaksud membuat mu marah atau mengusik masalalu mu, aku hanya ingin menyampaikan apa yang kulihat," ucap Ayra sambil terus membersihkan lukanya.
Daniel tidak menjawab, ia justru mengalihkan pandangannya ke arah yang jendela.
"Sudah tuan," kata Ayra ketika selesai membersihkan dan mengobati luka Daniel.
Daniel menatap tangannya yang kini telah terbungkus perban.
"Terimakasih," ucapnya
Ayra tersenyum, lalu mengembalikan kotak P3K ke tempat semula, setelah itu ia berdiri kembali di dekat pintu. Ia merasa sangat gelisah, kali ini bukan karena ia ingin terbebas. Ia menggaruk garuk punggungnya yang mulai terasa gatal.
"Ahh, aku tahu! Aku tidak mandi dari kemarin!" batinnya.
"Kenapa?!" tanya Daniel yang memperhatikan gelagat Ayra.
"Tidak, tidak ada apa apa tuan," bohongnya.
"Aku ingin makan makanan yang panas dan segar, tapi masih tetap masakan rumahan, apakah kamu bisa membuat kan untuk ku?"
"Eumm... mungkin aku bisa membuatkan bakso spesial untuk tuan, apakah tuan mau?"
"Buatkan lah, tapi kalau sampai rasanya tidak seperti yang ku inginkan, aku akan menghukum mu!"
"Tapi kalau rasanya enak, apa hadiah yang akan kudapatkan?" kata Ayra sedikit memberanikan diri.
"Apa yang kamu minta?!"
"Uang 30 juta."
"Hanya itu?"
"Haa...?? Memang terlalu sedikit ya?"
Daniel mengulas senyum," Untuk apa uang itu?"
"Untuk membayarkan hutang orang tua ku pada suami ku."
Daniel mengerenyit menatap Ayra heran. "Maksud mu?"
"Iya, aku menikah dengan nya karena orang tua ku memiliki hutang, aku akan merasa lebih tenang jika aku sudah bisa membayarnya."
"Ohhh, baiklah..., akan ku beri uang itu, jika menu yang kau sajikan siang ini benar benar menggugah selera ku."
"Tapi sebelumnya, kalau boleh tau, kenapa tuan suka sekali dengan masakan rumahan? padahal tuan kan orang kaya, bahkan terkaya di negeri ini. Bukannya kalau orang kaya itu tidak suka makan makanan yang biasa rakyat jelata makan?"
Daniel kembali tersenyum mendengar pertanyaan Ayra yang begitu menggelikan baginya.
Ia bangkit, lalu berdiri menghadap jendela."Itu semua karena ibu ku selalu masak masakan rumahan untuk ku, dia orang yang sangat sederhana. Dia baik dan sangat penyayang. Dulu aku tak bisa makan jika bukan masakan ibu. Tapi sekarang, sudah 3 tahun ini aku tidak bisa merasakan masakan ibuku lagi."
"Ohh, begitu...ya sudah akan aku buatkan bakso yang super yummy untuk tuan. Tapi sebelumnya tolong bukakan pintu dahulu, hehehe"
"Oke, selama Bram belum pulang, aku akan mengawasi mu!"
"Ohh, sebenarnya tidak perlu tuan, aku tidak akan kabur kok!"
"Ayo, aku tidak akan percaya padamu lagi, bisa saja kamu kabur saat masak nanti!" Daniel menarik paksa lengan Ayra.
Ayra memajukan bibirnya, menatap Daniel kesal, meskipun akhirnya ia menurut dan mengikuti langkah Daniel.
***
Sesampainya di dapur, Merry memperhatikan mereka dengan tatapan sinis, ia merasa sangat kesal dan benci melihat Ayra diperlakukan seperti itu oleh Daniel. Dari belakang Merry, muncul kedua pelayan yang ikut memperhatikan keduanya.
"Mbak Merry bagaimana si? Katanya kami datang kemari untuk menggoda tuan Daniel, tapi ternyata dia sudah punya wanita lain?!" Gerutu Siska.
"Iya ni, kalau begini, mana ada kesempatan untuk kami, yang ada kami malah jadi pembantu, bukan nyonya Daniel!" Imbuh Jeni.
"Jangan banyak protes, aku juga lagi mikirin cara, agar wanita kampung itu bisa pergi dari sini. Aku juga maunya diantara kalian yang jadi istri tuan Daniel. Kalian harus sering sering menggodanya, bila perlu jebak dia dengan tubuh kalian!"
"Oke, aku suka cara itu!" balas Siska tersenyum menyeringai, diikuti oleh Jeni dan juga Merry.
Sementara Ayra masih terus berkutat di dapur, berusaha membuatkan menu yang sesuai permintaan Daniel. kali ini, ia berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik, demi mendapatkan uang 30 juta dari Daniel.
Setelah hampir satu jam, Ayra selesai memasak, ia menyiapkan menu bakso dengan kuah kaldu yang begitu harum menggoda. Ia suguhkan satu mangkok bakso tersebut pada Daniel yang terlelap di meja makan. Aroma bakso yang begitu menyeruak, membuat Daniel terbangun.
"Silahkan tuan!" kata Ayra yang berdiri di seberang meja.
Daniel mengambil sendok, lalu mulai menyeruput kuah bakso tersebut. Lagi, dan lagi, tak henti-hentinya Daniel menyeruput kuah bakso yang membuatnya ketagihan. Saat ia tengah asyik menikmati bakso tersebut, tiba-tiba terdengar bunyi perut Ayra, membuat Daniel berhenti dan beralih menatapnya.
"Hehehe..." Ayra tersenyum sambil memegangi perutnya.
Daniel bangkit, mengambil mangkuk, mengambilkan bakso lalu meletakkannya di meja.
"Makanlah...! Aku tahu kamu juga lapar!"
"Tidak usah tuan, aku bisa nanti..." tolak Ayra.
"Aku tidak suka ditolak!" ucap Daniel tanpa menatap Ayra.
Melihat gelagat Daniel yang nampak tidak menyenangkan, akhirnya Ayra menuruti kemauan Daniel. Ia duduk di hadapan Daniel lalu ikut makan bersamanya. Sesekali, Ayra menatap Daniel yang begitu menikmati masakannya. Matanya terlihat berkaca-kaca, ia merasa terharu ketika melihat seorang Daniel, pria yang sangat kaya raya bisa sangat menyukai masakannya. Bahkan saat ini ia ikut makan bersamanya di hadapannya.
Dari arah yang berbeda, Merry terus mengawasi Ayra. Ia terlihat semakin marah saat tahu Ayra makan dan diambilkan oleh Daniel sendiri.
"Kurang ajar sekali dia! berani beraninya dia makan bersama tuan Daniel! Aku yang sudah bertahun-tahun saja tidak pernah!" decaknya.
Tiba-tiba, Bram datang dari belakang, lalu menepuk bahu Merry sampai membuatnya terjingkat kaget.
"Bram...! bikin kaget saja kamu!"
"Lagian, mbak Merry ngapain sih?" Bram ikut melongok melihat Daniel dan Ayra tengah makan.
"Ohh, mereka sedang makan bersama. Dia itu Ayra, koki kesayangan tuan Daniel. selain masakannya enak, sepertinya Ayra juga membuat tuan Daniel tertarik!" sambung Bram lagi.
Mendengar itu, Merry jadi tambah kesal, ia hentakan kaki lalu pergi menjauh dari Bram yang ia anggap menyebalkan.
Bram hanya tersenyum, lalu melangkah menghampiri Daniel dan Ayra.
"Maaf tuan, apakah saya mengganggu?" ucapnya.
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan mereka?" tanya Daniel sambil terus menyuapkan potongan bakso kedalam mulutnya.
"Maaf tuan, mereka tidak bisa kamu kejar. Mereka telah melarikan diri, dan menurut kabar yang saya dengar, mereka telah pergi ke luar kota!"
"Kalau begitu, cepat cari informasi keberadaan mereka, di kota mana mereka pergi!!"
"Ehmm, maaf tuan, ada berita yang tak kalah penting dari itu..."
"Apa?"
Bram melirik Ayra yang juga tengah memperhatikannya, "Berita hilangnya Ayra telah sampai ke kepolisian, saya takut polisi akan tahu jika Ayra berada di sini. Hal itu akan membuat masalah baru untuk kita."
Daniel melirik Ayra sekilas, lalu meletakkan sendoknya di mangkuk. Ia bingung ingin mengambil keputusan apa. Ia membenarkan apa yang Bram katakan, tapi di sisi lain, ia seperti tak ingin membebaskan Ayra.