NovelToon NovelToon
Kau Sewa Aku, Ku Dapatkan Cintamu

Kau Sewa Aku, Ku Dapatkan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikah Kontrak / Anak Yatim Piatu / Romansa / Fantasi Wanita / Pihak Ketiga
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Kau sewa aku, Kudapatkan cintamu

Semua berawal dari selembar kertas perjanjian.
Ia hanya butuh uang, dan pria itu hanya butuh istri… meski sementara.

Dengan tebusan mahar fantastis, mereka terikat dalam sebuah **pernikahan kontrak**, tanpa cinta, tanpa janji, hanya batas waktu yang jelas. Namun, semakin hari, batas itu mulai kabur. Senyum kecil, perhatian sederhana, hingga rasa yang tak pernah mereka rencanakan… pelan-pelan tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa disangkal.

Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
jangan lupa kasih dukungannya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part. 6- KSA, KDC

"Karena hanya kau yang bisa."

Keira membeku beberapa detik, sebelum akhirnya berdiri mendadak dengan wajah memerah karena marah. Spontan hal itu menarik perhatian orang-orang di sekitar.

“Apa kau bilang tadi? Menikah?!” serunya lagi tak percaya. “Dasar aneh! Aku bahkan belum lulus sekolah, dan kamu… kamu dosen! Kau tahu itu namanya apa? PEDOFIL!”

Arga hanya terdiam, tatapannya tetap tenang seolah tidak terusik sama sekali.

“Dasar pria gila! Aku nggak mau berurusan lagi sama kamu. Jelas-jelas kamu ini orang berbahaya!” lanjut Keira.

Ia hendak melangkah pergi, tapi suara berat Arga menahannya. “Aku tidak akan memaksa.”

Keira menghentikan langkahnya, dan bahunya pun menegang. Lalu, Arga melanjutkan perkataannya tanpa menatap Keira.

“Aku hanya ingin memberimu kesempatan. Selain itu, jika kau setuju… aku akan berikan uang dalam jumlah banyak.”

Keira langsung membalik tubuhnya dan menatap Arga dengan sorot penuh amarah bercampur jijik.

“Kau pikir aku ini perempuan apa?! Penjual diri?!” suaranya meninggi hingga beberapa pengunjung menoleh penasaran.

“Tidak! Lebih baik aku kerja banting tulang sampai tulangku patah, daripada aku terima tawaran menjijikkanmu!”

Arga hanya menatap balik tanpa ekspresi. Tidak ada pembelaan, dan tidak ada penjelasan.

Sedangkan Keira menggeleng-gelengkan kepalanya dan mendengus dengan kesal. “Kamu benar-benar orang gila! Ugh… kenapa sih aku bisa apes ketemu sama pria kayak kamu!”

Dengan langkah lebar dan penuh emosi, Keira pun bergegas meninggalkan taman. Setiap langkahnya diiringi dengan gumaman kesal. “Pria gila… kasar… nyebelin… dan sekarang sok-sokan nawarin nikah pake uang segala. Huh, dasar aneh!”

Sementara, Arga masih duduk di kursinya, menatap kosong ke arah di depannya. Sekilas ia menghela napas, seolah keputusannya barusan hanya awal dari sesuatu yang lebih rumit.

**

Hari semakin terik ketika Keira berjalan pelan di sepanjang trotoar. Matanya sesekali melirik papan “Lowongan Kerja” di warung, toko kecil, atau tempat jahit. Tapi nihil. Tak ada satu pun yang benar-benar membutuhkannya.

“Hhh… kerja aja susah banget. Harusnya aku nggak ketemu pria aneh itu… semua ini gara-gara dia.” Keira menghela napas kesal, lalu melangkah pulang dengan kaki yang terasa berat.

Saat sampai di depan rumah, ia terkejut. Terlihat sepasang sandal kulit mewah tergeletak di depan pintu. Dari dalam rumah itu, terdengar suara tawa yang samar. Keira mengerutkan keningnya lalu masuk perlahan.

Di ruang tamu, pamannya sedang berbincang dengan seorang pria paruh baya yang rapi dan wangi. Perhiasan berkilau berjejer di jarinya, jam tangan mahal pun melingkar di pergelangan tangannya.

Tatapan pria itu menyapu tubuh Keira begitu ia masuk. “Oh, ini keponakanmu?” ucapnya sambil tersenyum lebar.

Keira yang kaget hanya mengangguk singkat, lalu buru-buru menunduk. Hatinya merasa tak nyaman dengan tatapan pria itu. Tanpa banyak bicara, ia segera bergegas ke kamarnya.

Tak lama setelah tamu itu pamit, pintu kamar Keira diketuk. Bibinya masuk lebih dulu, diikuti pamannya yang tampak gugup.

“Keira…” suara bibinya lembut, tapi terdengar ragu.

“Ya? Ada apa?” jawab Keira seraya menoleh dengan curiga.

Pamannya menggaruk kepala, lalu bicara dengan berat hati. “Tadi itu… tamu kita. Dia datang untuk melamar kamu.”

Keira sontak membelalakkan matanya. “APAA?!”

"Dengar dulu, Keira. Dia orang berada, punya usaha besar. Kalau kamu mau… masa depanmu akan terjamin," Ujar bibinya mencoba menenangkan.

“Tidak! Aku bahkan nggak kenal dia!” Keira berseru seraya menahan amarahnya.

Melihat respon Keira, pamannya pun menunduk dengan wajah yang muram. “Kami juga tau… dia sudah beristri. Jadi, kalau kamu setuju… kamu akan jadi istri keduanya.”

Keira terpaku beberapa detik, seakan tak percaya telinganya sendiri. Wajahnya memerah, hatinya berdegup sangat kencang.

“Paman… Bibi… apa kalian serius? Aku dijadikan ISTRI KEDUA pria tua itu?!”

“Dia orang baik, Keira. Dan… dia mampu,” jawab pamannya ragu.

“Mampu!" Bentak Keira. “Apa hidupku hanya diukur dari uang? Apa kalian pikir aku ini barang dagangan yang bisa ditukar dengan harta?!”

Bibir bibinya bergetar dan tak mampu membalas.

Lalu, Keira menatap keduanya dengan mata yang berkaca-kaca. “Tidak. Aku nggak akan pernah mau! Lebih baik aku miskin, kerja keras, daripada jadi istri simpanan pria tua itu!”

Ia segera berbalik, wajahnya pun semakin memerah karena emosi, air matanya pun hampir jatuh saking marah. Dengan kasar ia menutup pintu kamarnya.

BLUG!!!

“Keira…” suara bibinya lirih di luar pintu.

Namun Keira tidak membuka pintu kembali dan menempelkan punggungnya ke daun pintu, sambil menggenggam cincin di jarinya erat-erat. “Ya Tuhan… kenapa hidupku harus seperti ini? Aku bukan mainan orang kaya… dan aku juga bukan barang jualan…”

___

______

Malam semakin larut. Rumah sederhana itu sudah hening karena sebagian penghuni rumah sudah tertidur.

Sedangkan Keira, ia berbaring di kasurnya, matanya menatap langit-langit, pikirannya tak tenang sejak mendengar kabar lamaran yang tak masuk akal itu.

Ia berguling ke kanan ke kiri dan mencoba memejamkan mata, namun tak bisa. Hingga samar-samar, terdengar suara percakapan dari ruang tengah. Suara pamannya… dan bibinya.

Keira pun beranjak dari kasurnya lalu merapatkan telinganya ke pintu kamar.

“Aku sudah bilang, aku nggak akan memaksa Keira menikah dengan pria itu,” suara pamannya terdengar tegas, meski setengah berbisik agar tidak membangunkan penghuni rumah.

“Tapi bagaimana lagi?!” balas bibinya yang juga berbisik tapi penuh emosi. “Apa kamu lupa? Dia sudah berjanji akan membantu kita kalau Keira mau! Kita butuh uang itu!”

“Aku nggak peduli soal uang! Dia masih muda, baru saja lulus sekolah… dia keponakan kita satu-satunya. Masa depan dia masih panjang, tidak pantas diseret ke pernikahan seperti itu!” suara pamannya meninggi.

Keira yang mendengar itu, hatinya sedikit hangat, paling tidak masih ada yang membelanya.

Namun bibinya tak kalah keras, “Kamu pikir aku mau? Kamu pikir aku tega? Tapi kita ini siapa? Kita bukan siapa-siapa! Sudah berbulan-bulan aku yang mikirin dapur, bayar listrik, bayar sekolah anak-anak. Dan sekarang… kamu malah kena PHK!”

Keira terperanjat. "Paman di-PHK?"

Pamannya diam cukup lama, kemudian suaranya terdengar lagi. “Aku tahu… tapi jangan korbankan Keira. Aku bisa cari kerja lagi.”

“Cari kerja? Umurmu sudah kepala empat, perusahaan mana yang mau menerima? Sementara itu, semua kebutuhan jalan terus. Kamu pikir kita bisa hidup hanya dengan harapan kosong?” kesal bibinya.

Hening...

“Aku hanya ingin kita realistis. Kalau Keira menikah dengan pria itu, dia tidak akan kekurangan apa pun. Kita pun terbantu. Dia… dia pasti akan lebih baik daripada terus kerja paruh waktu dan mimpi kuliah yang belum tentu tercapai.” suara bibinya bergetar, antara putus asa dan penuh perhitungan.

“Tapi dia bukan barang dagangan. Aku tidak bisa menjual masa depannya hanya untuk menutup perut kita hari ini,” balas pamannya.

Keira menutup mulutnya dengan telapak tangan seraya menahan isaknya, karena air matanya kini mengalir tanpa bisa dicegah.

"Paman… Bibi… jadi ini alasan kalian? Karena aku dianggap beban? Karena aku hanya merepotkan?"

Ia terbaring kembali, wajahnya pun basah oleh air mata. Sesak. Perih. Namun di balik itu, pikirannya justru kembali pada kata-kata Arga siang tadi.

"Aku bisa membantumu masuk ke Universitas sampai lulus. Tapi dengan syarat, kau mau menikah denganku."

Keira menutup matanya rapat-rapat.

“Tidak… itu gila… tapi… setidaknya lebih baik daripada jadi istri kedua pria tua itu…”

BERSAMBUNG...

1
Nurul Awula
lanjut Thor seru banget ceritanya
Aurora: siap... di proses
total 1 replies
Nurul Awula
aku selalu menanti dan menunggu
Aurora: Makasih.. 🌹🥰
total 1 replies
Mia Camelia
makin seruu ini , jadi penaran😂🤣🥰🥰
Aurora: lanjut baca lagi kak.... udah update beberapa episode tuh 🥰
total 2 replies
Mia Camelia
🥰👍😄
Aurora
Maksudnya baru lulus sekolah ya, typo😄🙏
Mia Camelia
lanjut thor, makin seruuu🥰🥰🥰
Aurora: siap.. 🌹🥰
total 1 replies
Mia Camelia
lanjut thor ,makin seru nih😍😍😍
Aurora: siap kak... jangan lupa kasih bintang juga ya... 😍😍🙏
total 1 replies
Wiwik Susilowati
hadir kk
Aurora: Terima kasih kakak... Semoga suka dengan karya barunya.. 😍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!