Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.
Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.
Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.
Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.
Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?
__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌
[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[PIAIT] Bab 7 : Pekerjaan baru
Keputusan Daniel bukanlah sebuah dilema bagi Lucianna.
"Tentu saja aku bersedia," jawab Lucianna tanpa ragu sedikit pun. 'Ini bisa menjadi awal yang baik untuk melepaskan diri dari dunia pelacuran,' batinnya penuh harap.
'Kalaupun gagal, aku bisa kembali lagi menjadi pelacur. Toh, menjadi pelacur itu mudah. Cukup berpenampilan menarik dan bersikap menggoda,' pikirnya santai.
Menjadi pengasuh bagi anak kembar seorang duda adalah kesempatan langka yang tak mungkin ia lewatkan. 'Ini juga akan mempermudah rencanaku untuk mendekati Daniel melalui anak-anaknya,' batinnya licik.
Daniel tampak ragu dengan keputusan Lucianna. "Apa kau yakin? Apa kau tidak akan kembali ke klub malam itu?" tanyanya dengan nada curiga.
Lucianna hanya menjawabnya dengan anggukan semangat.
'Mungkin saja Luci akan tetap diam-diam pergi ke klub, mencari pelanggan,' batin Daniel khawatir.
"Hah, sudahlah, asalkan kau tidak menunjukkan sifat-sifat pelacurmu di depan anak-anak. Itu saja yang kupinta," ujar Daniel dengan nada tegas.
Daniel menekankan pada Lucianna bahwa ia hanya perlu fokus pada pekerjaan mengurus anak. "Urusan rumah dan lainnya akan dikerjakan oleh para pembantu. Kau hanya perlu fokus pada anak-anak," jelasnya.
Sebelum Daniel pergi, Lucianna mengajukan satu permintaan. "Daniel, bisakah aku tinggal di rumah ini? Aku ingin bisa bersama anak-anak selama 24 jam," pintanya dengan nada memohon.
Daniel menolak mentah-mentah. "Tidak! Aku tidak mau kau tinggal di rumahku. Itu terlalu berlebihan," tolaknya dengan tegas.
Namun, Lucianna tetap memaksa dengan nada manja. "Ayolah, Daniel. Aku janji akan menjadi pengasuh yang baik untuk anak-anak. Aku mohon," rayunya sambil memasang wajah memelas.
Daniel yang merasa jengkel dengan sikap Lucianna akhirnya mengalah. "Baiklah, terserah kau saja. Tapi, aku harap kau tidak melakukan hal-hal aneh di rumahku," ujarnya dengan nada pasrah.
Setelah Daniel dan si kembar berangkat, Lucianna kembali masuk ke dalam rumah. Ia ingin mengambil tasnya dan pergi. Ia berencana untuk mengemasi barang-barangnya di apartemennya.
Saat Lucianna masuk, ketiga pembantu tadi menatapnya dengan sinis. Mereka mulai berbisik-bisik, mengatakan bahwa Lucianna adalah wanita yang menjengkelkan. Mereka juga mengatakan bahwa mungkin Lucianna ingin bekerja di sini hanya untuk mendekati Daniel.
"Dasar wanita murahan! Pasti dia mendekati Tuan Daniel hanya karena uang," bisik salah seorang pembantu dengan nada sinis.
"Lihat saja nanti, pasti dia akan dipecat juga seperti pengasuh-pengasuh sebelumnya," timpal pembantu yang lain dengan nada mengejek.
'Ucapan mereka tidak salah. Aku memang mendekati si kembar agar bisa dekat dengan Daniel,' batin Lucianna mengakui dalam hati.
Mereka juga mengatakan bahwa Lucianna seharusnya bersikap sopan pada mereka karena mereka adalah pembantu senior di rumah ini. "Kau harus ingat, kami sudah lama bekerja di sini. Jadi, kau harus menghormati kami," ujar salah seorang pembantu dengan nada angkuh.
"Kalau kau tidak mengikuti peraturan kami, kau akan tahu akibatnya," ancam pembantu yang lain dengan nada mengancam.
Lucianna membalas ejekan mereka dengan tatapan sinis. "Oh ya? Memangnya apa yang bisa kalian lakukan? Aku sama sekali tidak takut dengan gertakan kalian," tantangnya dengan nada meremehkan.
Entah kenapa, ancaman para pembantu itu malah membuatnya bersemangat. 'Ini akan menjadi sesuatu yang menarik,' batinnya dengan senyum licik.
Lucianna segera pergi ke apartemennya untuk berkemas. Ia tidak hanya berencana untuk menginap, tetapi benar-benar pindah ke kediaman Radcliffe. Ia meminta izin pamit pada pemilik apartemen dan tetangga tempat tinggalnya.
Ia juga menghubungi bos pemilik barnya. "Maaf, Bos, aku ingin mengundurkan diri dari pekerjaanku," ucapnya dengan nada menyesal.
Pemilik bar itu awalnya tidak terima dan memohon agar Lucianna tetap bekerja. "Jangan pergi, Luci! Kau adalah investasi besar di klub bar ini. Aku mohon, tetaplah bekerja di sini," pintanya dengan nada memohon.
"Maaf, Bos. Aku sudah memutuskan untuk berhenti. Aku ingin mencoba pekerjaan lain," jawab Lucianna dengan nada tegas.
"Pekerjaan apa? Apa kau akan menikah dengan pria kaya itu?" tanya pemilik bar itu dengan nada penasaran.
"Itu bukan urusanmu, Bos. Yang jelas, aku sudah tidak ingin lagi bekerja di klub bar ini," jawab Lucianna dengan nada dingin.
Akhirnya, pemilik bar itu mengiyakan permintaan Lucianna dengan berat hati. "Baiklah, Luci. Aku mengerti. Jujur saja, aku juga merasa kasihan padamu karena sudah bekerja di sini dari awal kelulusan sekolahmu. Mungkin kau memang butuh istirahat," ujarnya dengan nada penuh pengertian.
"Terima kasih, Bos. Aku sangat menghargai pengertianmu," ucap Lucianna dengan tulus.
Selesai berkemas, Lucianna kembali ke kediaman Radcliffe dengan membawa semua barang-barangnya. Ia masuk dan berlenggak-lenggok seolah rumah itu adalah miliknya sendiri. Ketiga pembantu itu menatapnya dengan tatapan sinis yang tak berubah.
"Di mana kamar tamunya?" tanya Lucianna kepada para pembantu itu dengan nada angkuh.
Para pembantu itu hanya diam membisu, tidak menjawab pertanyaan Lucianna. Mereka sengaja mengabaikannya, berharap Lucianna akan merasa tidak nyaman dan pergi dari rumah itu.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mencari kamarku sendiri," ujar Lucianna dengan nada acuh tak acuh.
Ia mulai menjelajahi setiap sudut rumah itu, mencari kamar yang cocok untuknya. 'Ini akan menjadi awal baru bagi hidupku. Aku akan membuktikan kepada Daniel bahwa aku pantas menjadi pengasuh si kembar dan bagian dari keluarga ini,' batin Lucianna dengan senyum penuh tekad.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Bersambung...
padahal dalam hati 🤭