NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:48M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 : Apa-Apaan Ini?

Matahari mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Embun menggeliat ketika cahaya terang yang menyelinap melalui celah jendela terasa menyilaukan. Baru akan mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidur, ia sudah merasakan perutnya seperti mendapat beban berat. 

Perlahan, kelopak matanya mulai terbuka. Wajah Aby yang masih terlelap menjadi sambutan pertamanya pagi itu.

Tunggu! Embun baru menyadari sesuatu. Aby memeluknya seperti bantal guling. 

"Kamu sudah bangun?"

Embun terlonjak mendengar sapaan bunda. Gerak tubuhnya turut membangunkan makhluk di samping. Aby yang baru sadar segera melepas belenggu tangannya di tubuh Embun. Keduanya pun bangun dalam keadaan terkejut bercampur malu. 

"Bunda sudah datang?" tanya Aby. Mengucek matanya demi mengurai rasa kantuk yang mendominasi.

"Iya. Bunda sudah di sini sejak satu jam lalu. Cuma nggak enak membangunkan kalian. Tidurnya enak banget sambil pelukan," jawab bunda santai.

Semakin merah saja pipi Aby dan Embun. Bagaimana mungkin mereka tidak menyadari kedatangan bunda.

Mengurai rasa malu, Embun melirik ke arah ranjang pasien. Ia tersenyum lega. Ayah mertuanya tengah duduk bersandar sambil menyantap bubur dengan disuapi bunda. Embun segera bangkit meninggalkan Aby yang masih terduduk di sofabed. "Ayah sudah baikan?"

"Sudah, Nak," jawab sang mertua. 

Bunda lalu melirik jam dinding. Arah jarum pendek telah melewati angka tujuh.

"Aby, bukannya kamu mau berangkat kerja, ya? Embun juga ada kuliah pagi, kan?" tanya bunda, lalu disambut anggukan oleh keduanya. "Kalian berangkat aja. Biar bunda yang jaga ayah di sini."

"Iya, Bunda."

.

.

.

Mobil yang dikemudikan Aby melaju di tengah keramaian jalanan pagi itu. Sebelumnya, ia dan Embun pulang untuk berganti pakaian, lalu langsung berangkat setelahnya.

Sudah sepuluh menit lalu mereka meninggalkan rumah. Dalam waktu singkat itu, entah sudah berapa kali ponsel milik Aby berdering.

"Kenapa nggak dijawab?" Embun membuka suara. Ia yakin yang menghubungi suaminya tak lain adalah Vania, dan ia sudah menebak bahwa Vania ingin meminta dijemput.

"Lagi malas jawab telepon."

Embun terdiam mendengar jawaban santai suaminya. Dahinya berkerut ketika mereka melewati kompleks perumahan Vania. Namun, mobil terus melaju. Padahal, Embun pikir Aby akan menyempatkan diri menjemput kekasihnya itu.

"Nggak jemput Vania?" tanya Embun datar.

"Nggak," jawab Aby, tanpa menyebutkan sebuah alasan yang membuatnya melewatkan ritual pentingnya selama ini. "Kamu lapar, nggak? Di depan ada kedai makanan. Sarapan dulu, yuk," tawarnya kemudian.

"Boleh."

Kebetulan setelah mandi dan berganti pakaian tadi, keduanya langsung berangkat tanpa sarapan. Padahal Bik Rita sudah menyiapkan sarapan di meja makan.

Keduanya duduk berhadapan di meja dengan pemandangan laut. Kedai makanan itu menjadi favorit Aby, jika sedang bosan dengan masakan rumahan.

"Apa-apaan ini, Aby?" Suara bernada marah yang tiba-tiba muncul berhasil mengalihkan perhatian Aby dan Embun. Vania berdiri tepat di samping meja.

"Vania?" Aby tampak terkejut melihat kehadiran Vania di tempat itu.

"Jadi karena ini kamu nggak menjemput aku?"

Tangan Vania mengepal. Karena Aby tak kunjung menjawab telepon dan tak juga menjemputnya, ia pun terpaksa berangkat dengan menyetir mobil sendiri dan tanpa sengaja melihat Aby dan Embun tengah sarapan berdua di kedai itu.

"Pelankan suara kamu, Van! Kamu nggak lihat orang-orang ngeliatin kita?"

"Aku nggak peduli!" pekik Vania. "Kamu sudah berubah, By. Kamu mengabaikan aku dan memilih makan di sini sama dia." Ia menatap Embun dengan amarah meluap-luap. "Dan kamu, Embun! Muka kamu aja yang sok alim. Padahal sebenarnya kamu hanyalah perempuan murahan!"

Embun menarik senyum. "Siapa yang kamu maksud perempuan murahan di sini? Aku atau diri kamu sendiri?"

Seolah tak terima dengan kalimat hinaan yang terlontar dari mulut Vania, Embun segera bangkit meninggalkan tempat duduknya. Dengan gerakan cepat dan tak terduga, tamparan keras sudah melayang di pipi kanan Vania.

"Perempuan murahan itu, adalah perempuan yang nekat menjalin hubungan dengan laki-laki beristri."

Mata Vania berkilat marah. Napasnya menjadi sangat cepat. Satu tangannya mengusap pipi yang terasa kebas, sementara tangan satunya terkepal dengan sempurna. Embun telah mempermalukannya di depan umum.

Sorot mata menuntut ia layangkan kepada Aby. Namun, kekasihnya itu sama sekali tak membela. Bahkan Embun tampak masih tenang setelah telapak tangannya mendarat sempurna di pipi kanan Vania.

"Kamu berani menampar aku?"

"Tamparan itu untuk menyadarkan kamu." 

Baru saja tangan Vania terangkat untuk membalas perbuatan Embun, tetapi Aby bergerak lebih cepat dengan menahan lengan wanita itu.

Lagi-lagi Vania dibuat terbelalak dengan reaksi Aby. Apalagi laki-laki itu segera menarik istrinya untuk berlindung di balik punggung tegapnya.

"Stop, Vania! Kamu sudah keterlaluan!"

Vania meringis kala merasakan kuatnya cengkeraman tangan Aby. Sekuat tenaga ia berusaha untuk terbebas, namun usahanya sia-sia.

"Auh, lepas! Tangan aku sakit, By! ujarnya.

"Kamu tahu, Van ... hari ini kamu benar-benar membuat aku kecewa. Aku nggak pernah berharap kamu akan bersikap seperti ini."

Tanpa memerdulikan air mata yang mengalir di pipi Vania, Aby merangkul Embun meninggalkan kafe.

...........

1
Lita Pujiastuti
sok kaya sih tuh oma... pake nolak Embun...
Lita Pujiastuti
Mungkin memang sesekali oma diberi pembelajaran...
Lita Pujiastuti
Dewa ngelus dada lagi ya, Thor.. 🤭
Lita Pujiastuti
cinta sebenarnya gk pandang fisik.. cantik atau tdk. ganteng atau tidak, yg bisa merasakan hati. .klo sdh klik... yg oke lah... bungkus ... 😁
Lita Pujiastuti
Ealah ada² aja istilahnya, Thor .... 😄
Lita Pujiastuti
Tuh kan .. bener...
Lita Pujiastuti
Hamidun...
Lita Pujiastuti
Nenek aja sok ngatur² cucu... sebesar apa sih ngasih warisan... shg berani ngatur² rmh tangga cucu....
Lita Pujiastuti
jangan² Embun hamidun nih ..
Lita Pujiastuti
Yg penting suami sayang dan suport istri. org kain gk suka mah. .. abaikan aja. ..
Lita Pujiastuti
Sabar By. .😄
Lita Pujiastuti
apa May Day punya dokter Allan?
Lita Pujiastuti
terbuka, terus terang keadaan yg sesungguhnya... beban pikiran akan ringan
Lita Pujiastuti
Ribet amat, Sis. hidupmu ..
Lita Pujiastuti
Menyebalkan... tp klo sampai Aby dipecat.. kasus penganiayaan lanjut kan... lalu sebarkan berita jg bhw Aby dipecat krn tdk mau diajak damai ken istri nya dianiaya...
Lita Pujiastuti
Aq gk terima itu main gampar aja... maaf sj gk cukup ..
Lita Pujiastuti
Woooo.... salah alamat buk.... yg ibu cari pasti Siska... bukan Embun.... lihat dulu alamat rumah dg benar .. main gampar aja... 😠
Lita Pujiastuti
se simpel itu kan, Mbun. Kejujuran itu penting, walaupun bisa saja dapat resiko terburuk
Lita Pujiastuti
Tuh kan... tinggal bilang aja, jujur ..
sendainya hal terburuk pun yg terjadi, ya hrs siap. Drpd ditutup²i lama² tahu juga.. itu lebih menyakitkan ..
Lita Pujiastuti
Tinggak bilang alasannya saja kok ribet banget to, Mbun ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!