KETURUNAN ULAR

Keluarga Melinda Tjahjadi kaya raya dan memiliki banyak tanah. Kerabatnya mengelola beberapa perusahaan, dan ayahnya sendiri adalah pemilik sejumlah gedung sewa serta sibuk dengan pekerjaannya.

Ibunya adalah ibu rumah tangga purnawaktu, dan kakak-kakaknya telah bekerja dan pindah dari rumah, meninggalkan Melinda, anak bungsu, sendirian di rumah. Oleh karena itu, tidak hanya orang tuanya yang sangat menyayanginya, tetapi kakek-neneknya yang tinggal di dekatnya juga memanjakannya. Setiap tahun, baik orang tua maupun kakek-neneknya datang untuk menonton pesta rakyat universitas, sehingga Melinda berlatih keras untuk pementasan dramanya.

Buku favorit Melinda adalah permainan otome serta novel dan manga tentang reinkarnasi ke dunia lain.

Dalam cerita-cerita tersebut, putra seorang adipati, marquis, atau earl memanjakan adik perempuannya yang sakit-sakitan dan lemah (atau ipar perempuannya) dan mengabaikan tunangannya, tetapi akhirnya dicampakkan olehnya. Perempuan yang mencampakkan tunangan siscon tersebut akhirnya menikah dengan pria tampan. Melinda menyukai cerita di mana tokoh utama perempuan mencampakkan siscon-nya.

Kunito Rukmana, sesama anggota klub teater, sudah memiliki pacar bahkan sebelum masuk universitas. Meskipun mereka putus, ia segera menemukan pacar lain, sehingga ia bukan tipe orang yang akan menarik perhatian Melinda. Namun, ketika adik perempuan Kunito mulai kuliah, Melinda tiba-tiba tertarik padanya.

Lagipula, adik perempuannya, Ayu Rukmana, memang luar biasa. Ia terus-menerus menangis dan menyingkirkan kekasih kakaknya yang populer, tetapi Kunito tidak pernah mengeluh.

Untuk melengkapi semuanya, Kunito bahkan berkata, “Aku ingin berkencan dengan seseorang yang bisa akur dengan adikku.”

Artinya, meskipun tidak tertabrak mobil dan bereinkarnasi ke dunia lain, Melinda masih bisa mengendalikan cerita tentang seorang pria yang terobsesi dengan adik perempuannya.

Melinda yang melamun tergila-gila pada Bima Santoso, yang tampak seperti seorang pangeran, tetapi ia memutuskan untuk mengubah haluan dan mulai berkencan dengan Kunito Rukmana, yang berada di klub yang sama.

Bagaimanapun, Kunito Rukmana memainkan peran sebagai putra seorang adipati, marquis, atau earl yang dengan bodohnya peduli pada adik perempuannya.

“Kak! Aku juga mau belanja sama kamu!”

“Kak! Aku mau nonton bioskop bareng kamu!”

“Kak! Kak! Kak!”

Setiap kali Melinda bersama Kunito, adik perempuannya, Ayu, selalu datang mengganggu.

“Ini dia! Sama seperti di cerita! Bahkan tanpa bereinkarnasi ke dunia lain, aku bisa mengalami kejadian yang sama! Luar biasa!”

Melinda yang cenderung suka bermimpi berseru kegirangan dalam hatinya.

Dalam hal peran, ia berkata dengan nada sarkastis, “Kurasa bukan ide bagus untuk bergantung pada adikmu selamanya!” atau, “Bagaimana kalau memperluas jaringanmu dengan teman-teman lain?”

Namun, Ayu tiba-tiba marah setiap kali mendengar ini, berkata, “Dia kakakku! Tidak akan ada masalah kalau kami bersama!”

Bagus, sangat bagus. Sejujurnya, Melinda mulai kesal pada Kunito karena tidak melindunginya sama sekali, tetapi ia tidak terlalu peduli karena suatu hari nanti Kunito akan hancur—seperti dalam cerita—karena terlalu lunak pada adiknya.

Bagi Melinda, ini seperti mengalami dunia cerita secara virtual, sehingga ia tidak mengeluh tentang hubungannya dengan Kunito. Namun, setelah tiga bulan menjadi pacar Kunito Rukmana, ia mulai bosan dengan pertarungan sengitnya dengan Ayu.

Jika situasi yang sama berlangsung selama tiga bulan, wajar jika seseorang merasa muak.

Melinda mulai bosan dengan pengalaman reinkarnasi simulasi di dunia lain ini dan berpikir untuk putus dengan Kunito dengan menggunakan Ayu sebagai alasan.

“Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf,” kata Kunito sambil menundukkan kepala dan meminta maaf.

“Sebenarnya, setiap kali aku lebih mengutamakan pacarku ketimbang Ayu, dia jadi marah besar dan akhirnya mengancam bunuh diri…”

Meskipun ia mencintai adiknya, bukan berarti ia terobsesi hingga hidupnya hanya berputar di sekitar adiknya seperti tokoh dalam novel. Ternyata, Kunito sendiri merasa takut dengan kuatnya keterikatan Ayu terhadapnya. Karena tidak bisa berpaling kepada kedua orang tuanya yang telah menjauhinya sejak kecil, ia berjuang sendiri mengatasi kekhawatirannya. Oleh karena itu, ia memilih menjalani kehidupan universitas dengan gaya yang menerima siapa saja yang datang dan tidak mengusir siapa pun yang pergi.

Ia menyambut semua orang, itulah sebabnya ia mulai berkencan dengan Melinda. “Aku cinta Melinda… Aku nggak mau kita putus…” Kunito memohon sambil menangis.

Dalam kebanyakan cerita, anak laki-laki yang menganggap adik perempuannya lebih penting dari apa pun akhirnya ditinggalkan oleh tokoh utama dan hancur. Namun, Melinda belum pernah membaca cerita di mana anak laki-lakinya menangis dan memohon agar tidak putus.

“Aku menjaga jarak dari Ayu sampai sekarang karena aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan pada Melinda jika aku menggodanya di depannya, tapi aku ingin lebih dekat dengannya.”

Selama ini, Melinda mengira Kunito adalah lelaki liar, tampan, dan sombong yang mengutamakan adik perempuannya di atas segalanya. Namun, saat mendengar perasaan Kunito yang sebenarnya, Melinda yang pemimpi pun terpikat.

“Meskipun mereka sebenarnya kakak-adik, aku tidak bisa tidak berpikir bahwa mereka punya hubungan terlarang.”

Itulah yang dikatakan Yuki Santoso, manajer properti, tetapi Kunito tidak demikian. Ia memperlakukan Ayu sebagai adik perempuan yang berharga, tetapi Melinda sepenuhnya memahami bahwa itu hanyalah kasih sayang seorang kakak.

“Hehehmm”

Setelah selesai makan dan latihan panggung, Melinda, yang telah memesan pemandian air panas terbuka pribadi selama 30 menit dari pukul 20.30 hingga 21.00, sedang mempersiapkan perlengkapan mandinya ketika seorang gadis di kamarnya, yang mengawasinya dari belakang, berkata, “Mandi di pemandian terbuka bersama kekasihmu?”

“Itu hebat!”

Gadis itu memanggilnya.

“Tidak ada jaminan kamu bakal ikut bersama kami!”

Lagipula, adik perempuan Kunito, Ayu, juga ikut dalam kemah pelatihan. Ia pasti akan datang dan menghalangi. Namun, Kunito, yang setengah menangis, berkata, “Aku pasti mau mandi! Aku pasti pergi, jadi tunggu aku!”

Maka, Melinda memohon padanya, dan tanpa mengajak teman-temannya, ia memutuskan untuk pergi sendiri ke pemandian air panas terbuka pribadi itu.

“Hati-hati kalau jalan-jalan! Ini hotel terkenal berhantu!”

Mereka sedang berlatih untuk sebuah drama di teater yang terhubung dengan hotel, yang konon memiliki peluang 100% terjadi gangguan gaib, tetapi yang mengejutkan, hari pertama berakhir tanpa kejadian apa pun.

“Kalau begitu, aku akan pergi uji nyali sendiri dan merekam sejumlah video hantu!”

Kelompok anak laki-laki yang dipimpin Reza Akmal menyarankan hal ini, dan anggota klub perempuan yang menyetujuinya pasti sedang berkeliaran di sekitar hotel.

Semua orang telah berkumpul di ruang ketua klub, dan pesta minum hampir dimulai, tetapi belum ada yang memanggil. Jadi, alih-alih mengikuti uji nyali, para anggota klub perempuan tetap tinggal di kamar hotel dan asyik mengobrol tentang cinta. Namun, Ayu, yang menganggap kakaknya nomor satu, tidak ikut serta dalam pertemuan para perempuan.

“Baiklah, kalau begitu aku pergi!”

“Selamat bersenang-senang!”

“Hati-hati!”

Para anggota klub perempuan yang mengantar Melinda tidak pernah membayangkan bahwa hal seperti ini akan terjadi.