Gisva dan Pandu adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya semakin merenggang setelah kehadiran seseorang dari masa lalu.
Hingga saatnya Pandu menyadari siapa yang benar-benar dia cintai, tapi semua itu telah terlambat, Gisva telah menikah dengan pria lain.
**
“Gisva maaf, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kecelakaan.”
Pandu hendak berbalik badan, tapi tangannya ditahan Gisva. “Tunggu mas.”
“Apalagi Gis, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kritis.”
“Hiks.. Hiks… Mas kamu tega, kamu mempermalukan aku mas di depan banyak orang.” Gisva menatap sekeliling yang tengah pada penasaran.
“GISVA! sudah aku bilang aku buru-buru. Hari pertunangan kita bisa diulang dihari lain.” Pandu melepaskan tangannya sekaligus membuat Gisva terhuyung dan terjatuh.
“Mass…” Panggil Gisva dengan suara bergetar.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka berdua? baca di bab selanjutnya! 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athariz271, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang dikantor
Sesampainya di gedung pencakar langit, Gisva disambut oleh resepsionis yang sudah mengenalnya. Gisva merasa sedikit gugup, ini bukan kali pertama ia mengunjungi kantor Naresh, tapi entah mengapa kali ini rasanya berbeda.
Gisva masuk kedalam ruangan pribadi suaminya, terlihat Naresh yang duduk di sofa sesang menunggu. “Mas, kamu gak kerja?”
Naresh tak menjawab, hanya menatap istrinya dengan lekat. Gisva sempat heran tapi dia memilih abai, Gisva menyimpan kotak makan di atas meja lalu berjalan menghampiri suaminya.
Saat Gisva akan duduk disampingnya, dengan cepat Naresh menarik pergelangan tangannya. Gisva terjatuh diatas pangkuan sang suami.
"Mas!" seru Gisva terkejut, berusaha bangkit namun Naresh menahannya.
"Kenapa? Kaget?" tanya Naresh, dengan senyum jahil yang membuat Gisva merinding.
"Mas ini kenapa sih? Aku mau siapin makan siang." ucap Gisva, berusaha mengalihkan.
"Nanti saja!" jawab Naresh, lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang istri.
"Mas, geli!" Gisva berusaha menjauhkan diri, tetapi suaminya itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Mas kangen kamu, Sayang." bisik Naresh, dengan suara serak yang membuat bulu kuduk Gisva meremang.
"Mas ih." Gisva menggeliat kegelian, terus berontak dan hendak kabur.
“Kangen banget.” Celetuk Naresh memeluk Gisva sangat erat.
Gisva menelan ludah, merasa gugup dengan tatapan Naresh yang intens.
"Mas malu, ini kantor." ucap Gisva, berusaha mengingatkan Naresh.
"Memangnya kenapa kalau di kantor? Nggak akan ada yang berani ganggu kita." jawab Naresh, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Gisva.
Naresh mencium bibir Gisva dengan lembut, semakin lama semakin dalam dan berubah panas. Gisva yang bingung harus apa, akhirnya membalas ciuman Naresh, setelah beberapa kali melakukannya, Gisva mulai terbiasa dan tidak sekaku dulu. Gisva melingkarkan tangannya di leher sang suami yang semakin memperdalam ciumannya.
Nafas keduanya tersengal, Naresh mengusap bibir manis Gisva lalu berbisik di telinganya, "Sayang, malam ini Mas ingin kamu."
Gisva benar-benar merinding mendengar bisikan Naresh. Ia tahu persis apa yang dimaksud suaminya. Malam ini, Naresh ingin ia memberikan haknya sebagai seorang istri.
Gisva menatap mata Naresh, mencari kejujuran dan kesungguhan di sana. “Ma-maksudnya, mas?”
Naresh mengangguk pelan, “Mas udah gak bisa tahan, mas ingin kamu jadi milik mas seutuhnya.”
Gisva diam, tak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba sebuket mawar putih muncul dihadapannya.
Mata Gisva membulat sempurna, “Mas..”
Naresh tersenyum, memberikan bunga itu pada sang istri.
“Buat aku?”
“Tentu saja. Untuk istri tercintaku.”
Gisva menerima bunga itu dengan senyum bahagia. Aroma mawar yang harum memenuhi ruangan, membuat suasana semakin romantis.
"Makasih, Mas. Kamu tau dari mana kalau aku suka mawar putih?”
“Kamu istriku, apa sih yang gak aku tau tentang istriku.” Naresh mencubit hidung Gisva gemas.
Gisva tersenyum malu-malu, lalu turun dari pangkuan Naresh. “ Ayo makan dulu.” Ucapnya seraya bangkit meraih kotak makan.
Gisva membuka kotak makan dan mulai menyajikannya untuk Naresh, menyiapkan nasi dan lauk pauk kesukaan suaminya. Aroma masakan yang lezat memenuhi ruangan, membuat perut Naresh semakin keroncongan.
"Wah, kelihatannya enak nih." Serunya dengan tatapan berbinar.
Gisva tersenyum, merasa senang dengan pujian suaminya. “Enak dong!.”
Naresh segera menyantap makanan yang disajikan Gisva dengan lahap. Setiap suapan terasa begitu nikmat, seolah semua lelah dan penatnya hilang begitu saja.
"Hmm, enak. Kamu pinter banget masak, Gis." puji Naresh, di sela-sela suapannya.
Gisva tertawa kecil, merasa bangga dengan kemampuan memasaknya. "Hahaha. Apa sih yang gak aku bisa." jawabnya membanggakan diri.
“Mencintaiku!” Jawab Naresh cepat.
Gisva terdiam, tentu saja dia terkejut dengan jawaban Naresh. "Mas.."
"Gapapa, mas akan tunggu." jawab Naresh santai berusha tersenyum.
Meski begitu, Gisva tau betul apa yang dirasakan suaminya. Tapi perlakuan Naresh selanjutnya membuat Gisva kembali santai. Naresh tidak memaksa dan siap menunggunya, bahkan pria itu seolah tak terganggu dengan semua itu.
Naresh tak hanya makan sendiri, dia juga menyuapi Gisva makan. Naresh terus menikmati makan siangnya, sesekali mencuri pandang ke arah sang istri yang juga tengah memperhatikannya.
Selesai makan, Naresh menghela napas lega. Perutnya terasa kenyang dan pikirannya terasa lebih segar. “Makasih sayang. Kenyang banget.”
Gisva tersenyum, tangannya sibuk membereskan kotak makan yang sudah kosong. "Sama-sama, Mas. Aku senang kalau Mas suka."
Naresh menarik tangan istrinya, memasuki ruangan yang entah apa. “Mas, kita mau kemana?” Tanyanya penuh keheranan.
Begitu masuk, Gisva terkesiap. “M-mas, i-ini?”
Berambung..
Happy reading🥰🥰🥰