NovelToon NovelToon
Bring You Back

Bring You Back

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cintamanis / Romansa / Cintapertama / Gadis Amnesia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aquilaliza

Kecelakaan yang merenggut istrinya menjadikan Arkana Hendrawan Kusuma tenggelam dalam perasaan kehilangan. Cinta yang besar membuat Arkan tak bisa menghilangkan Charissa Anindya—istrinya—dari hidupnya. Sebagian jiwanya terkubur bersama Charissa, dan sisanya ia jalani untuk putranya, Kean—pria kecil yang Charissa tinggalkan untuk menemaninya.

Dalam larut kenangan yang tak berkesudahan tentang Charissa selama bertahun-tahun, Arkan malah dipertemukan oleh takdir dengan seorang wanita bernama Anin, wanita yang memiliki paras menyerupai Charissa.

Rasa penasaran membawa Arkan menyelidiki Anin. Sebuah kenyataan mengejutkan terkuak. Anin dan Charissa adalah orang yang sama. Arkan bertekad membawa kembali Charissa ke dalam kehidupannya dan Kean. Namun, apakah Arkan mampu saat Charissa sedang dalam keadaan kehilangan semua memori tentang keluarga mereka?

Akankah Arkan berhasil membawa Anin masuk ke kehidupannya untuk kedua kalinya? Semua akan terjawab di novel Bring You Back.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanda Lahir

Kean dengan semangat berlari mendekati sang Papa yang sudah menunggu di gerbang sekolah. Pagi tadi, anak itu meminta sang Papa untuk menjemputnya setelah pulang sekolah. Katanya, dia sudah cukup lama tidak dijemput sang Papa, lebih banyak dijemput Pak Mat.

"Papa, Kean mau sesuatu, boleh?" Anak itu menatap sang Papa dengan binar mata penuh harap. Arkan yang sedang memasang seatbelt menatapnya.

"Boleh. Mau apa?"

"Kean ikut Papa ke kantor, ya?"

Arkan terdiam sejenak. Tangannya memegang kemudi, lalu sedikit tersenyum pada putranya. "Kau mau ikut ke kantor?" Anak itu mengangguk cepat, membuat Arkan terkekeh.

"Boleh. Tapi, Papa minta bantuan Kean."

"Bantuan apa?"

Arkan tersenyum tipis lalu mencondongkan tubuhnya, mendekat pada sang putra. Lelaki itu kemudian membisikkan sesuatu pada Kean.

***

Kehadiran Kean di perusahaan menarik perhatian banyak orang. Namun, anak itu tak begitu peduli. Yang ada di pikiran nya hanyalah keinginan untuk segera bertemu Anin.

Ketika lift berhenti dan pintunya terbuka, Kean langsung berlari keluar tanpa mempedulikan Papanya. Langkah kecilnya langung menuju ruangan sang Papa. Sudah beberapa kali ia ke perusahaan tersebut. Dan ia tahu, dimana seharusnya seorang sekretaris berada.

"Tante cantik!"

Anin yang tengah fokus mengerjakan sesuatu lekas mendongak usai mendengar panggilan khas dari Kean. Senyum manis seketika terbentuk di wajah cantik Anin.

Perasaan bahagia sekejap memenuhi hati Anin. Mengulurkan kedua tangannya, Anin menggerakkan pelan kepala, mengisyaratkan agar Kean mendekat.

Dengan senyuman lebar, anak itu langsung berlari masuk dalam pelukan Anin.

"Kean merindukan Tante cantik," gumam anak itu sambil memeluk erat tubuh Anin. Perasaan hangat, tenang, lega, bahagia, menyelimuti keduanya. Seolah kerinduan yang terpendam lama terobati.

"Tante juga. Kean sehat?"

Anak itu mengangguk. "Kean sehat. Kalau Tante?"

"Tante juga sehat," jawab Anin. Perempuan itu kemudian meregangkan pelukan, memegang lembut kedua lengan bocah lelaki itu sambil menatapnya lembut.

"Tante cantik, bisa peluk Kean sekali lagi?"

Anin mengangguk. Segera ia menarik Kean ke dalam pelukannya sekali lagi. Anin bisa merasakan ada ikatan kuat antara mereka. Tapi, Anin tidak bisa menjabarkan nya, ikatan seperti apa itu?

"Kean?"

Suara Arkan dari ambang pintu ruangan Anin menarik atensi keduanya. Anin melepaskan pelukannya pun Kean yang langsung berbalik menghadap ke arah sang Papa.

"Jangan mengganggu sekretaris Papa, Kean. Dia sedang bekerja."

Anak itu menatap Arkan dengan binar mata yang sangat menggemaskan dan penuh harap. "Boleh kah hari ini Tante cantik tidak usah bekerja? Kean ingin Tante cantik menemani Kean."

Bibir Arkan mengatup, terdiam sejenak. Matanya tak lepas menatap ke arah Kean, lalu beralih ke arah Anin. Setelah beberapa saat, ia mengangguk pelan.

"Boleh. Tapi, kau harus janji untuk tidak nakal dan merepotkan sekretaris Papa."

"Siap!" Kean langsung melakukan gerakan hormat, menyanggupi permintaan Papa nya. Hal itu membuat Anin tersenyum gemas, sementara Arkan tersenyum tipis—menikmati senyuman Anin.

"Ayo, Tante cantik. Temani Kean jalan-jalan sebentar."

"Pergilah! Temani dia jalan-jalan sebentar, lalu kembali ke ruangan saya. Ingat! Kalian hanya boleh jalan-jalan di sekitar perusahaan. Jangan sampai menjauh dari area perusahaan."

"Baik, Pak," balas Anin. "Ayo, Kean."

Anak itu langsung melompat riang. Senang sekali, akhirnya dia bisa bersama Tante cantik nya lagi.

Keduanya berjalan bersamaan meninggalkan ruangan Anin. Ketika bocah itu berpapasan dengan Papa nya, anak dan ayah itu langsung saling melempar senyum dan kedipan mata. Saatnya mulai menjalankan rencana mereka.

***

Kean tersenyum manis sambil memperhatikan Anin menjelaskan beberapa bagian perusahaan yang belum pernah anak itu kunjungi—mungkin pernah ia kunjungi namun lupa karena usianya masih sangat belia saat itu, belum mengerti apapun.

Langkah keduanya terus menuju ke arah kantin. Tadi, Kean mengatakan ingin makan makanan di kantin kantor.

"Tante, sepertinya Kean tidak ingin ke kantin lagi. Kean ingin ke toilet."

Anin menghentikan langkahnya lalu menatap Kean. "Ya sudah, ayo ke toilet."

"Kalau Kean minta tolong gendong, boleh? Kaki Kean pendek, tidak bisa jalan cepat. Kalau tidak cepat ke toilet, Kean bisa pipis di celana."

Anin terkekeh mendengar ucapan anak itu. Segera ia mengangkat Kean dalam gendongannya dengan perasaan gemas. "Tentu saja boleh." Anin mengecup sekilas pipi Kean, kemudian berbalik arah menuju toilet.

Kean? Jangan tanyakan lagi ekspresi anak kecil itu sekarang. Dia tersenyum lebar, merasa sangat bahagia dikecup pipinya oleh Anin. Namun begitu, ia tak lupa pada misi yang diberikan sang ayah padanya.

Dengan penuh kecerdikan, anak itu memeluk Anin, menyenderkan kepalanya di pundak Anin. Rambut Anin yang dikucir rendah cukup memudahkannya menjalankan rencananya.

Tangannya bergerak pelan menyingkirkan sedikit rambut yang menutupi, dibuat seolah-olah dia tengah memeluk tengkuk Anin. Mata Kean begitu fokus menatap tengkuk Anin—terutama bagian atas tengkuk yang sedikit terhalang anak rambut.

Ada.

Mata Kean berbinar senang. Ia sangat bahagia melihat ada tanda lahir seperti yang dideskripsikan Papa nya. Walaupun sebenarnya dia tak tahu, apa tujuan sang Papa memberi tugas itu. Yang jelas dia begitu bahagia bisa menyelesaikan tugas itu.

"Nah, sudah sampai."

Kean langsung melepaskan pelukannya dan menjauhkan wajahnya dari pundak Anin. Anak itu menatap Anin kemudian mengalihkannya pada pintu toilet. Keningnya seketika mengerut.

"Tante cantik, kenapa kita di toilet perempuan? Kean kan laki-laki."

"Tidak masalah. Kean masih anak-anak, bisa menumpang di toilet perempuan. Sebaliknya, jika ke toilet laki-laki, Tante pasti tidak bisa masuk. Kean paham, kan?"

Anak itu mengangguk cepat. "Paham Tante."

Anin tersenyum. Perempuan itu kemudian menyuruh Kean masuk ke salah satu bilik toilet. Anin awalnya ingin menemani anak itu, namun Kean menolaknya dan meminta Anin menunggu di luar bilik saja.

Setelah beberapa saat, Kean menyelesaikan urusannya dan mengajak Anin balik ke ruangan sang Papa.

"Papa!!" Kean berteriak semangat sambil berlari ke arah Papanya setelah pintu ruangan Arkan terbuka. Arkan yang tengah duduk di kursi kerjanya langsung menyambut tubuh putranya yang melompat—berusaha naik ke pangkuannya.

"Kau terlihat sangat bahagia, hm?"

Bocah itu terkekeh pelan. Dia langsung memeluk tubuh sang Papa sambil berbisik pelan. "Papa, Tante cantik memiliki tanda lahir di tengkuk seperti yang Papa katakan. Papa bisa memastikan nya nanti."

Arkan terdiam. Bibirnya membentuk senyum tipis. Setitik harapan serta secercah petunjuk mulai terlihat. Dia bahagia. Di peluknya Kean sedikit lebih erat sambil balas berbisik, mengucapkan terima kasih pada putranya tersebut.

Setelah beberapa detik, ia mengarahkan pandangannya pada Anin yang masih setia berdiri, menunggu perintah selanjutnya.

"Terima kasih sudah menemani putra saya."

Anin mengangguk. "Sama-sama, Pak," ucapnya tulus. "Maaf, Pak. Jika tidak ada yang harus saya kerjakan lagi, saya izin kembali—"

"Tidak, Tante cantik!" Kean menyela cepat. "Kean masih ingin ditemani Tante cantik." Kean meloncat turun dari pangkuan Papanya dan berlari ke arah Anin, memeluk perempuan itu. Bocah itu kemudian mendongak, menatap wajah cantik Anin dengan binar mata memohon. Sangat menggemaskan.

"Temani Kean bermain, ya?"

Dan Anin tentu saja tak bisa menolak. Perlahan ia mengangguk, membuat Kean melompat kegirangan dan langsung menarik Anin ke sofa untuk menemaninya bermain, sekaligus mengulang pelajarannya hari ini di taman kanak-kanak.

1
Paradina
kok belum up kak?
Aquilaliza
Sangat direkomendasi untuk dibaca. Selamat membaca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!