Masa putih abu-abu mereka bukan tetang pelajaran, tapi tentang luka yang tak pernah sembuh.
Syla tidak pernah meminta untuk menjadi pusat perhatian apa lagi perhatian yang menyakitkan. Di sekolah, ia adalah bayangan. Namun, di mata Anhar, ketua geng yang ditakuti di luar sekolah dan ditakdirkan untuk memimpin, Syla bukan bayangan. Ia adalah pelampiasan, sasaran mainan.
Setiap hari adalah penderitaan. Setiap tatapan Anhar, setiap tawa sahabat-sahabatnya adalah duri yang tertanam dalam. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika Anhar mulai merasa gelisah saat Syla tak ada. Ada ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Dan kebencian itu perlahan berubah bentuk.
Syla ingin bebas. Anhar tak ingin melepaskan.
Ini tentang kisah cinta yang rumit, ini kisah tentang batas antara rasa dan luka, tentang pengakuan yang datang terlambat, tentang persahabatan yang diuji salah satu dari mereka adalah pengkhianat, dan tentang bagaimana gelap bisa tumbuh bahkan dari tempat terang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAGUAR DAN LUKA LAMA
HAPPY
READING
Jangan lupa
follow
akun
Instagram author
ya @rossssss_011
“Jaguar! Habis dari mana kamu?”
“Eh, ada Pak Bondan. Apa kabar pak?” sapa Jaguar dengan senyum canggungnya.
Guru dengan kepala plontos itu menatap Jaguar tajam, penggaris kayu yang sering menemani guru itu adalah ciri khasnya sebagai guru Matematika.
“Kabar saya tadinya baik, tapi lihat kamu yang datang telat lagi bikin saya mau mukul kamu,” jawabnya mengayun-ayunkan penggaris di depan wajah Jaguar.
Ringis Jaguar saat mendengar itu. “Dih, kok nyalahin saya. Pak, jangan marah-marah mulu, nanti tambah botak.”
Kalimat terakhir Jaguar membuat guru tersebut semakin menatap tajam. “Kamu ngatain saya botak?”
Jaguar memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya, dengan enteng mengangguk cepat. “Iya, bapakkan memang botak.”
“JAGUAR! BERDIRI DI LAPANG SAMBIL HORMAT!”
Jaguar terkekeh ringan, membuat pak Bondan marah adalah hobinya. Rasanya menyenangkan saat melihat wajah guru itu merah hingga kepalanya yang plontos berkilau ikut merah.
Jaguar mengambil sikap sempurna, tak lupa memberi hormat. “Siap, laksanakan!”
“Jangan coba-coba kabur, saya pantau kamu,” ancamnya, walau sudah tahu ujungnya Jaguar tak akan kabur. Muridnya yang satu ini memang lain, di saat kelima temannya sering kabur dari hukuman, Jaguar berbeda.
“Nggak akan, bapak tenang aja,” balasnya sambil berjalan ke tengah lapangan, untung saja cuaca tak terik walau sudah hampir jam sebelas siang.
“Jangan lelet, Jaguar. Jalan kok kayak siput, jalan yang cepat.” Pak Bondan masih sempat berteriak saat melihat Jaguar yang berjalan sangat lambat.
Jaguar tak berbalik, melainkan hanya mengangkat tangannya dan memberikan jari jempol kanannya. Tindakan itu membuat Pak Bondan menggeleng pelan, Jaguar nakal, tapi soal hukuman anak itu tak pernah lari dan menghindar dari hukuman yang diberikan guru.
&&&
Di kantin begitu ramai, seolah tempat ini adalah surga bagi perut semua murid. Setiap harinya, mereka rela mengantri untuk memesan makanan, jangan tanya rasanya. Mereka tak akan mau mengantri lama jika bukan karena makanan di kantin sekolah mereka ini enak.
“Lo makan pelan-pelan aja, nggak akan gue ambil tuh bubur ayam lo.” Yoyo menggeleng saat melihat Vino dengan lahap makan di sebelahnya.
“Kayak nggak pernah makan sebulan lo, Vin,” timpal Haikal, di depannya semangkok bakso yang tinggal setengah.
Vino tak menyahut, dia hanya fokus pada makanannya. Semalam dia terbangun tengah malam karena kelaparan, menahan lapar hingga siang di sekolah membuatnya tak peduli pada sekitarnya.
“Jaguar lama banget, tuh anak ke mana sih?” tanya Haikal, menatap pintu masuk kantin berharap Jaguar muncul.
“Entah, dia cuma bilang mau mampir ke tempat teman SMP nya itu,” timpal Yoyo, tiba-tiba saja tatapannya melihat sesuatu di atas meja.
“Lo… lo sejak kapan punya jam tangan ini?” tanyanya dengan wajah tak percaya. “Vin, ini bukannya jam tangan yang Umi Dina punya?”
Vino mengangkat pergelangan tangan kirinya, memamerkan jam tangan yang semua inti Reaper mau dari Umi Dina, yaitu uminya Haikal. Bahkan Anhar pun sempat menginginkan benda itu, sekali pun mereka mampu membelinya sendiri.
“Ini hadiah dari Haikal… umi Dina ngasih buat gue.”
Yoyo menatap Haikal dengan tatapan seperti orang yang baru saja putus cinta. “Lo tega ya sama gue, sakit hati dede bang…”
Keylo menggeleng, Yoyo memang penuh drama. “Minta langsung ke umi Dina, jangan anaknya. Dia nggak akan mampu,” ujar Keylo.
“Bukan rezeki lo, kapan-kapan lo main ke rumah lagi… minta sama umi sendiri,” lontar Haikal, melanjutkan acara makannya.
Sedangkan Yoyo mengangguk semangat, di antara mereka berenam. Sosok ibu yang tak membenci geng mereka adalah Uminya Haikal, serta ibunya Yoyo sendiri. Mendapatkan hadiah dari Dina, adalah satu kebahagiaan kecil bagi mereka.
Tak jauh dari meja mereka, terlihat Vyna dan entek-enteknya mendatangi meja Syla paling pojok. Namun semua murid acuh, mungkin karena sudah tahu apa yang akan di lakukan para siswa pembully itu.
“Widih, makannya lahap juga,” cetus Mila, tiba-tiba duduk di sebalah Syla.
Syla diam, kedua tangannya masih memegang sendok. Tak berani bergerak sedikit saja, hanya bola mata yang menatap satu-satu siswa pembully di depannya.
“Duh, baksonya hambar banget.” Luna ikut duduk di sisi Syla.
Kemudian Vyna dan Nessa duduk di depan Syla, senyum sinis dan penuh kesombongan tak pernah luntur dari wajah Vyna. Otak liciknya penuh rencana untuk gadis lugu di depannya, setiap hari dia selalu melihat Syla dan Anhar pergi berdua, itu membuatnya emosi dan marah.
“Kak, jangan…” Syla mencoba mencegah tangan Vyna yang hendak menuangkan sambel ke dalam mangkuknya.
“Eiittss, lo makan bakso hambar banget. Nih gue racikan, biar bakso lo makin enak,” lontar Vyna, melajutkan aksinya dengan senyum puas.
“Sini, biar gue adukin bakso lo,” lanjut Nessa.
Syla menatap kuah baksonya begitu kental dengan sambel, meneguk ludahnya melihat betapah merahnya kuah baksonya. Lambungnya akan menjerit di dalam sana, bahkan selera makannya pun telah hilang.
“Hahah, enak tuh. Jangan cuma dilihat, ayo makan.”
“Duh, jadi ngiler gue…”
“Mau gue suapin atau lo makan sendiri?”
“Ayo makan, lo nggak akan mati cuma makan bakso ini.”
“Tapi kak, aku nggak bisa makan pedas,” lirih Syla, menunduk takut pada kakak kelasnya.
Karena geram, Vyna merampas sendok di tangan Syla. Dengan cepat menyendok kuah panas dan pedas itu, menyodorkannya ke wajah Syla. Saat sendok itu semakin dekat, tanpa di duga…
“AAAKKHHH, PANAS, PERIH!”
Jeritan dari meja Syla mengundang tatapan murid lain yang sedang menikmati makan siangnya, tak terkecuali meja pojok paling belakang yaitu inti Reapers. Semua mata tertuju pada meja itu, ada yang berdiri untuk melihat, ada yang tetap makan, dan ada yang bersiap mengambil video untuk di masukkan di akun lembek turah sekolah.
“Ups, gue nggak sengaja,” lirih Vyna dengan tampang merasa bersalah.
“Aduh, perih… panas…” Syla hendak berdiri dari tempat duduknya, kedua matanya terasa terbakar. Bahkan dia berusaha meraih air minum di atas meja, namun tak menemukannya.
“Hahah, aduh lo kenapa pura-pura buta? Mau di anterin nggak?” Luna mengejek, puas dengan tontonan di depannya.
“Tolong…” pinta Syla, suaranya kian mengecil seperti bisikan. Mengibas-ngibaskan kedua jarinya, entahlah dia sedang apa. Yang pasti dia hanya ingin segera ke toilet dan membasuh wajahnya.
“Ihhh, dia kasian banget,” cicit Nessa, namun dengan wajah senyum puas.
Brakkk!
“Aawwsss.”
“Ups, sorry ya. Gue nggak sengaja,” Mila menggunakan kakinya untuk membuat Syla tersandung hingga tersungkur ke lantai.
Kerumunan semakin banyak, namun tak satu pun dari banyaknya siswa yang melihat perundungan itu berniat menolong. Menolong, sama saja mereka menyerahkan diri dengan suka rela untuk dibully selanjutnya. Berlaku untuk semua murid.
Hingga tanpa diduga, siswa dengan seragam batik tak di kancing hingga memperlihatkan kaos hitam dengan otot dada yang kekar datang di tengah-tengah kerumunan itu. Bak seorang pangeran penyelamat, tanpa peduli tatapan semua siswa.
“Gue bantu,” bisiknya pelan.
Syla tidak tahu siapa yang telah menolongnya, namun dia akan mengingat suara itu. “Tolong, mata aku perih banget.”
Mila berdecak kesal melihatnya. “Jaguar apa-apaan sih.”
Di meja inti Reapers mulai heboh, bahkan Keylo dan Anhar yang awalanya tak pedulli kini melirik dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa sadar Anhar mengepalkan kedua tangannya di bawah meja, gejolak aneh muncul saat melihat Jaguar membawa tubuh Syla keluar dari kerumunan semua murid.
“Buset, Jaguar kesambet apaan sampai bisa jadi malaikat baik,” pekik Yoyo tertahan. Berusaha mengontrol suaranya yang hendak memekik keras.
“I-tu benaran Jaguar? Dia udah jadi manusia penolong,” keluh Haikal duduk kembali di tempatnya.
“Bisa baik juga dia,” kekeh Vino menggeleng beberapa kali.
“Dia juga manusia biasa,” Keylo kembali pada aktivitasnya.
&&&
Otak dan hatinya memang suka bercanda, saat hatinya menolak keras untuk menolong dan bersikap peduli, otaknya malah sebaliknya. Jaguar bahkan membenci dirinya yang tiba-tiba saja bersikap baik, bahkan sampai rela mengantar Syla ke toilet perempuan, lalu mengantarnya ke UKS.
“Gue kenapa sih? Dasar otak bodoh, gimana bisa lo peduli sama murid itu,” umpat Jaguar pada dirinya, kesal karena dia akan menjadi bahan ejekan Yoyo dan Haikal. Jangan lupakan Vino.
“Astaga, Jaguar… kendalikan diri lo,” ucapnya masih berusaha menghilangkan sikap empatinya.
Dia mengintip ke dalam UKS, melihat seorang dokter wanita yang tengah menangani Syla. Saat hendak melangkah pergi, tanpa sengaja melihat tatapan Syla.
“Mata itu…”
Jaguar berpaling cepat, memegang keningnya, mengusap wajahnya dengan pelan. Ingatannya tiba-tiba kembali ke masa lalu, kilasan memori seperti kaset rusak kembali berputar.
“Nggak mungkin, Syla nggak mungkin punya hubungan dengan lo kan?” lirihnya, entah pada siapa dia bertanya.
“Tapi…” Jaguar sekali lagi berbalik. “Benar, itu tatapan yang sama punya lo. Haidar.”
Namun, pemuda itu kembali menggeleng cepat. Membuang semua pikiran kemungkinan itu, dia tidak bisa asal mengambil kesimpulan tanpa mencoba mencari tahu. Benar, dia akan mencoba mencari tahu siapa Syla dan apakah Syla memiliki hubungan dengan masa lalunya.
“Gue harap, gue salah dan rasa bersalah itu nggak akan bertambah.
KAYAK BIASA YA BESTIE😌
KOMENNYA JANGAN LUPA, LIKENYA JANGAN KETINGGALAN JUGA YA, KARENA SEMUA ITU ADALAH SEMANGAT AUTHOR 😁😉😚
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMA KASIH BANYAK KARENA MASIH TETAP BETAH DI SINI😗😗🙂🙂
SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👇👇👇
PAPPAYYYYY👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋👋