NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Baik

"Alana Safira, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."

Mereka berjabat tangan setelah Alana menyetujui kontrak kerja yang di tawarkan pria itu.

"Pak Revan, apa trainingnya mulai hari ini?" Tanya Alana yang kebingungan.

"Aku lupa, Sita tak bisa datang hari ini. Sepertinya mulai besok, saat kau datang katakan saja jika Revan Amadirta yang menyuruhmu ke sini. Cari saja wanita bernama Sita Marisa. Dia yang akan mendampingimu besok."

Alana pun mengangguk, dan berpamitan untuk pulang. Baginya sudah sebuah keberuntungan bisa di terima dengan mudah bekerja di suatu tempat. Walaupun uang yang di dapat mungkin tak sebesar yang di berikan Yuniar.

Sementara itu, di rumah keluarga Pradipta. Ira terlihat sibuk menyiapkan makan siang. Bara ternyata pulang ke rumah di jam makan siang dan ingin makan bersama dengan putra dan juga menantunya. Selain itu, ada hal yang ingin pria paruh baya itu sampaikan pada Jeselyn.

Bara melihat sekeliling, tak ada gadis yang menemani Ira bekerja. Penasaran, dia pun akhirnya mempertanyakan keberadaan Alana yang tak dia lihat sejak tadi.

"Putrimu, dia tak bekerja?"

"Dia sedang mencari pekerjaan baru, tuan. Saya tak ingin putri saya harus bernasib sama menjadi asisten rumah tangga," jawab Ira dengan hati-hati.

"Memangnya kenapa Bi? Jadi asisten rumah tangga juga pekerjaan yang mulia kan?" Ucap Jeselyn mencoba mencari muka di hadapan keluarga mertuanya.

"Tapi saya tak mau jika putri saya hanya memiliki keahlian dasar yang orang lain juga bisa lakukan. Setidaknya di luaran sana banyak berbagai pekerjaan yang bisa menambah keahliannya."

Jeselyn mengangguk, sementara Bara nampak kesal karena tak mendapat kesempatan untuk merayu Alana lagi.

"Gadis itu ternyata berusaha menghindari ku, mungkin aku harus bergerak lebih cepat untuk bisa membalas penghinaan yang dia lakukan padaku."

Keinginan Bara menjadikan Alana istri ketiganya semakin menggebu setelah penolakan yang dia dapatkan saat itu. Namun, penolakan yang Alana lakukan bukan hanya sekedar kata kasar. Caci maki di sertai cipratan ludah ke wajahnya, terus teringat di benak pria tua itu.

Bukan tanpa alasan gadis itu melakukannya, tapi Bara yang mencoba merenggut kehormatan Alan saat itu menjadikannya defensif. Gadis itu tak mau jika kesuciannya menjadi milik pria tua beristri yang tak tahu diri.

Kruyuk!

Suara perut Alana terdengar nyaring. Rasa lapar membuat gadis itu akhirnya berhenti di sebuah halte bus yang sepi. Gadis itu pun duduk, membuka tas dan mengambil bekal makan siang miliknya yang sudah di siapkan sang ibu.

"Ibu pasti lelah, bekerja sendiri di sana. Dia pasti sedang masak makan siang untuk nyonya dan tuan muda juga istrinya."

Alana seketika mengingat Aravind yang saat itu baru keluar dari kamar mandi. Tubuh tinggi dan atletis serta dada bidangnya, seolah menetap di pikirannya.

"Uhuk!"

Gadis itu tersedak, pertama kali melihat hal itu secara langsung. Walau dia sering melihat hal itu di drama Korea favoritnya, rasanya tetap saja berbeda.

"Aku lupa tak minta nomor ponselnya Pak Revan. Yang jelas besok aku datang ke sana lagi dan mulai training. Semoga ini menjadi jalan rezeki bagiku, dan bisa memperbaiki kehidupanku dan juga ibu."

Alana terus menyantap makan siangnya, rasa lapar membuat gadis itu makan dengan lahap. Tanpa mempedulikan orang-orang yang sudah duduk di halte untuk menunggu kedatangan bus kota.

•••

Sinar matahari masuk melalu celah jendela kecil ke dalam kamar kontrakan sempit. Alana sudah bersiap berangkat menuju tempat kerja barunya. Dengan semangat, dia terus bercerita pada ibunya tentang atasannya yang ramah dan baik hati.

"Dia sangat baik dan juga tampan," ucap Alana yang tak lupa memuji wajah tampan Revan.

Ira tersenyum melihat semangat putrinya. Tak lupa bekal makan siang dengan lauk yang dia bawa pulang dari rumah Yuniar.

"Nyonya menanyakanmu, kenapa kamu harus mencari kerja di tempat lain. Padahal dia sudah menawarkan upah yang lumayan padamu," ucap Ira menyampaikan ucapan sang majikan.

"Aku ingin mencoba pengalaman baru, sampaikan maafku pada nyonya yah bu."

Ira mengangguk, lalu memberikan tas kerja milik putrinya. Alana mencium tangan sang ibu, dan berpamitan untuk pergi bekerja.

Jarak rumahnya menuju salon tak terlalu jauh, namun jika berjalan kaki tetap saja perjalanan terasa panjang. Pagi hari dia lebih memilih naik angkutan umum, dan jalan kaki saat pulang.

"Selamat pagi!" Sapa seorang wanita berambut bob pada Alana yang masuk ke dalam salon.

"Selamat pagi, saya mau bertemu dengan Sita Marisa. Pak Revan yang meminta saya untuk menemuinya," ucap Alana yang membuat wanita itu menghampirinya.

"Ah iya, Revan sudah beritahu aku kemarin. Jadi kamu Alana, pegawai training di sini kan. Selamat datang, silakan ambil seragamnya di loker yang ada di ruang belakang."

Alana segera menuruti perintah Sita, tak berselang lama gadis itu keluar dari belakang dengan seragam yang dia pakai.

"Kamu siap?" Tanya Sita yang di jawab anggukan oleh Alana.

Dengan tekun, Alana mengikuti semua arahan dari Sita. Namun di hari pertama, gadis itu belum boleh menyentuh pelanggan.

"Salon ini baru di buka sekitar dua bulan lalu. Jadi belum banyak pelanggan yang datang. Untuk sementara kau harus menjadi resepsionis mengelola akun sosial media," ucap Sita sambil menikmati makan siang bersama Alana.

"Pantas saja kemarin tak ada pelanggan, ternyata salon ini masih baru ya," gumam Alana yang melihat salon ini cukup luas dan bagus. Apalagi alat-alatnya sudah begitu lengkap, dari make up kit, sampai ke perawatan rambut.

"Sangat susah mendapat penata rias wajah, karena mereka meminta royalti yang cukup tinggi. Sedangkan untuk salon yang bahkan belum balik modal ini, untuk biaya saja kita masih jatuh bangun. Apalagi sebagai sahabat Revan, aku tak mungkin tak membantunya."

Sita berdiri dan merapikan pakaiannya setelah menghabiskan makan siangnya. Dirinya pun kembali mengajari Alana apa saja yang harus dia lakukan.

"Bagaimana kalau kau belajar make up juga, menjadi penata rias wajah. Aku akan minta temanku mengajarimu," ucap Sita yang langsung di tolak oleh Alana.

"Aku tak bisa berdandan," jawab Alana menggelengkan kepala.

"Ya aku kan sudah bilang agar kau belajar juga. Untuk penata rambut itu bagianku. Sementara bagianmu, menjadi penata rias wajah."

Tawaran ini cukup menggiurkan bagi Alana, bisa saja ini menjadi langkah awal baginya memiliki bakat yang bisa membawanya memperbaiki hidup.

Setelah beberapa minggu Alana mendapat training dari temannya Sita, tangannya yang kecil mulai terlihat terampil mengaplikasikan make up ke wajahnya. Alana yang bahkan sebelumnya jarang memakai lip tint, kini dirinya dengan percaya diri menyapukan kuas blush on di kedua pipinya.

"Ibu masih tak bisa mengenalimu, kau sangat cantik dengan riasan seperti ini."

"Terima kasih pujiannya Bu, do'akan aku ke depannya supaya bakat make up ku ini lebih berkembang. Dan semoga skill ini menjadi jalan rezeki bagi kita yah Bu."

Ira mengaminkan ucapan sang putri, lalu memberikan sejumlah uang pada Alana.

"Beli makan siang di luar sana yang enak, ibu tak mau lagi memberikanmu makan siang dari sisa makanan di rumah Yuniar."

Alana melambaikan tangan, lalu pergi menuju tempat kerjanya. Sementara Ira, dengan wajah kebingungan membaca pesan di ponselnya. Pesan yang dia dapat dari rekan kerja lamanya.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!