Kecelakaan satu tahun yang lalu, telah mengakibatkan kaki kiri Arsy menjadi cacat, Arsy seorang ibu satu anak ini telah di selingkuhi oleh suaminya dengan wanita lain.
"Mas, apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku?"tanyanya sampai menangis tersedu.
"aku sudah bosan dan muak hidup dengan wanita cacat sepertimu, kau sudah tak mampu melayaniku di atas ranjang, sebaiknya kita bercerai saja!" Jawabnya tanpa memperdulikan perasaan Arsy yang masih berstatus istri sah nya.
Suatu ketika Arsy dipertemukan dengan seorang pria paruh baya dalam kondisi sekarat, Arsy menyelamatkan nyawanya, siapa sangka pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu, sebut saja Tuan Handoko menjadikan Arsy sebagai putri angkatnya.
Dan putra dari Tuan Handoko, yakni Galaksi Pramudya rupanya diam-diam menaruh hati kepada Arsy, meskipun di awal pertemuan mereka, Gala begitu membencinya.
Mampukah Arsy merubah takdir hidupnya dan menerima Galaksi sebagai pendampingnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Aluna
Saat Arsy berada di lantai dasar Rumah Sakit, ia berpapasan dengan Pak Sanusi, dan Pak Sanusi buru-buru menghampiri.
"Nak Arsy baik-baik saja kan?" Pak Sanusi terlihat khawatir.
" Alhamdulillah saya baik-baik saja Pak, ini urusannya sudah selesai, dan saya sudah diperbolehkan pulang!"
Pak Sanusi mengucapkan kata syukur, dan ia tak menyangka bahwa Arsy mampu menghadapi semua masalah ini seorang diri, dan akhirnya Arsy pulang bersama dengan Pak Sanusi.
Setibanya di kontrakan, ia melihat putranya menangis dalam pelukan Bu Sanusi.
Adnan yang melihat kondisi ibunya yang baik-baik saja, ia merasa lega, dan bergegas berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat.
"Bunda, syukurlah akhirnya Bunda bisa kembali dengan selamat!" Adnan menangis terisak, punggungnya sampai bergetar. Arsy mencoba menenangkan putranya agar bisa jauh lebih tenang. Kejadian hari ini benar-benar sangat menguras tenaga dan juga emosinya, dan Arsy menjadikan kejadian ini sebagai pengalaman hidupnya agar bisa jauh lebih berhati-hati lagi menghadapi manusia angkuh seperti Tuan Gala, ternyata memang benar, hidup di kota tak semudah dengan kehidupan di kampungnya.
.
.
Menjelang sore, Arsy kembali dengan aktivitasnya, ia menyimpan beberapa bahan untuk memproduksi kembali kue Mochi.
Karena besok di hari minggu, dirinya akan kembali berjualan kue tersebut, sesuai dengan permintaan pelanggan yang tadi pagi sempat membludak, pada akhirnya Arsy memutuskan untuk membuat kue mochi sekitar lima ratus buah, pikirnya pasti besok pagi dagangannya akan semakin laris manis.
Bu Sanusi dan Pak Sanusi, keduanya merasa takjub atas keberanian dan kegigihan dari sosok seorang Arsy, ia selalu bersemangat untuk merubah kehidupannya dan dengan mudahnya Arsy bisa melupakan semua masalah yang ia hadapi, Arsy bukanlah type wanita yang suka berlama-lama larut dalam kesedihan.
.
.
Gala termenung sejenak, sembari mengingat kejadian kemarin siang, saat ini dirinya duduk di kursi sofa kamar pasien, semalaman suntuk ia menjaga putri kecilnya.
Tak lama putrinya terbangun, dan memanggilnya.
"Pah, bolehkah aku meminta sesuatu sama Papah?" Aluna bangkit dari atas tempat tidur dimana posisinya saat ini terbaring, lalu ia menyandarkan punggungnya di atas sandaran tempat tidur
Gala yang sempat termenung, saat mendengar putrinya memanggilnya, seolah suara panggilan tersebut telah memecahkan dirinya dari lamunannya.
Ia bergegas menghampiri dan membantu putrinya bersandar.
"Apa yang kamu inginkan, Nak?" Gala menatap lembut wajah putrinya yang sudah tidak pucat lagi.
"Pah, belikan aku kue Mochinya Tante Arsy ya!" rengeknya sembari memasang wajah memelas.
Gala sampai mengernyitkan kening, ia tak menyangka bahwa putrinya akan meminta hal itu padanya.
"Sebaiknya Papah pesankan Kue Mochi di toko yang sudah bermerek dan bersertifikat, Papah tidak mau kau memakan kue mochi buatan wanita itu!" Gala tampak murka kala mendengar nama Arsy di telinganya.
Aluna yang mendengar jawaban dari Papahnya dan berkata seperti itu, ia memilih untuk tidak menjawabnya, malah ia menunjukan ekspresi wajahnya yang marah serta kesal terhadap Papahnya.
Kedua tangannya ia lipat di atas dada, sembari mencebikkan bibir.
Namun sepertinya, marahnya Aluna kali ini tak direspon oleh Gala, ia lebih memilih untuk meninggalkan putrinya seorang diri di dalam kamar dan pergi ke kantin untuk membeli sarapan.
'Sebenarnya apa hebatnya sih wanita itu? Kenapa juga Aluna sangat menyukai kue mochi buatannya, aneh? '
Gala bertanya pada dirinya sendiri.
'Apakah mungkin wanita itu memiliki maksud terselubung? '
Gala malah menjawab pertanyaannya sendiri dan terus saja berpikiran yang tidak-tidak soal Arsy.
.
.
sekitar pukul sembilan pagi, dagangan Arsy dan Bu Sanusi sudah ludes di beli oleh para pembeli, Arsy dan Bu Sanusi merasa sangat bersyukur atas rezeki hari ini.
Tak lama setelah beristirahat sejenak di kontrakan, Arsy berencana untuk pergi ke suatu tempat, dan ia sudah menyiapkan sepuluh buah kue Mochi varian rasa untuk ia berikan kepada Aluna.
"Bunda mau kemana, Kok sudah rapi?" Adnan menatap heran bundanya.
"Bunda mau ke Rumah Sakit, kemarin Aluna menginginkan kue Mochi buatan Bunda, dan Bunda sudah berjanji untuk membawakan untuknya!" ujarnya sambil merapihkan jilbab yang ia kenakan.
Mendengar nama Aluna, akhirnya Adnan meminta untuk ikut bersamanya.
"Pantas saja kok Bunda menyisakan kue Mochi cukup banyak, rupanya mau Bunda berikan untuk Aluna, aku ikut ya Bun, boleh kan?"
"Tentu saja boleh, yasudah kalau begitu Adnan ganti pakaian gih, meskipun kita bukanlah orang yang berada, setidaknya kita berpenampilan yang rapih dan juga bersih, bukannya berdandan kumal dan compang camping, Adnan tahu bahwa islam mengajarkan kebersihan kepada setiap umatnya." Arsy membungkuk dan menggenggam secara lembut bahu putranya.
"Tahu kok Bun, itu sebabnya Adnan sangat menjaga kebersihan, baru saja semalam Pak Ustad Hanafi menjelaskan soal kebersihan yang harus diterapkan oleh setiap umat beragama, sebenarnya tidak harus untuk umat islam saja sih bun, untuk Nonis(Non Islam) juga harus!" jawabnya secara lugas.
Arsy tersenyum bangga mendengar jawaban dari putranya.
.
.
Aluna sedari tadi malas untuk berbicara dengan Papahnya, padahal Gala mencoba mengajaknya mengobrol, menanyakan soal sekolah barunya.
Gala sampai menghela napasnya karena putrinya tidak menjawab semua pertanyaannya, lebih tepatnya ia telah diacuhkan
'Kenapa kalau lagi ngambek, kau sangat menyebalkan, Aluna! '
Tak lama ada yang mengetuk pintu kamar, Gala bergegas melangkah menuju arah pintu tersebut
Krek!
Saat pintu di buka, Gala terkejut tak percaya atas apa yang telah ia lihat dihadapannya saat ini
"Kau, berani sekali datang kesini? apa maumu sebenarnya, hah?" Gala menatap tidak suka terhadap sosok wanita yang saat ini ia benci.
"Maaf Tuan, saya hanya ingin menjenguk Aluna dan kemarin saya sudah berjanji akan membawakan kue Mochi untuknya!" Arsy menjawabnya dengan sikapnya yang lembut, ia tak mau terpancing emosi atas sikap Gala yang seperti itu.
"Alah, kau cari alasan saja, kau bukan serta merta ingin menjenguk putriku, Kau memiliki maksud lain, kan?" Gala malah menuduh Arsy yang tidak-tidak.
Sementara itu Adnan yang tidak terima ibunya diperlukan seperti itu, ia pun ikut membela
"Maaf ya Om, kedatangan Bundaku ketempat ini hanya ingin memberikan kue Mochi untuk Aluna, mentang-mentang kami orang susah, Om bisa seenaknya menuduh kami!"
" Cih, dasar bocah! Ternyata seperti ini didikan rakyat miskin seperti kalian, tidak punya sopan santun, sebaiknya kalian pergi dari sini, putriku tidak butuh kue mochi murahan seperti itu!" usirnya cukup kasar, Gala hampir saja mendorong tubuh Adnan dan juga Arsy.
Jleb!
Perkataan dan sikap dari Gala begitu menusuk dan menyakitkan, entahlah apa yang ada di dalam otaknya saat ini, semua orang selalu ia anggap buruk.
Aluna sendiri merasa sudah tak asing dengan suara seseorang dari arah pintu masuk, ia bergegas turun dari atas ranjang tempat tidurnya dan berniat untuk menghampiri, entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa di balik pintu tersebut ada seseorang yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya dan ia juga sangat menantikan kue Mochi yang sedari tadi ia inginkan.
Dan benar saja, bahwa yang Aluna jumpai dari arah depan pintu masuk, ternyata Tante Arsy dan juga Adnan sudah berada di sana, namun sayangnya Papahnya malah bersikap semena-mena dan menuduhnya yang tidak-tidak, Aluna sampai tak percaya atas perkataan dari Papahnya yang seperti itu.
'Papah, justru kelakuan Papah sungguh sangat memalukan dan tidak beradab, aku malu memiliki Papah seperti mu, yang selalu menganggap remeh orang lain. "
Aluna berbicara pada dirinya sendiri, ia mengepalkan tangan karena geram
"Stop, hentikan perkataan Papah yang seperti itu terhadap Tante Arsy dan juga Adnan, Papah sangat menyebalkan!" tegur Aluna menatap tidak suka ke arah Papahnya.
Tak lama Soraya datang menghampiri, ia juga berniat untuk menjenguk Aluna.
"Kenapa wanita miskin ini bisa berada di sini? Apakah dia berniat untuk menggodamu, Mas Gala! Cuih... Dasar wanita tidak tahu malu." Soraya menyunggingkan bibir dan menatap sinis Arsy.
Aluna yang mendengar Soraya berkata demikian, ia semakin geram di buatnya.
"Papah dan Tante Soraya sangat cocok ya, sama-sama suka menghina orang, sebaiknya kalian pergi dari sini, aku hanya ingin bersama Tante Arsy dan juga Adnan!" Dengan beraninya Aluna mengusir Papahnya dan juga Soraya.
Gala menatap tak percaya karena putrinya begitu berani padanya dan lebih membela wanita yang baru saja ia kenal ketimbang dirinya.
Bersambung...