NovelToon NovelToon
Dendam Membawa Bencana

Dendam Membawa Bencana

Status: tamat
Genre:Misteri / Desas-desus Villa / TKP / Tamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.

Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jarak Dan Kecemasan

Jakarta, dengan gemerlap lampu dan bising klakson, perlahan menghilang di belakang Bima. Mobil yang dikendarainya melaju kencang menembus dinginnya malam, meninggalkan apartemen yang terasa semakin sempit dan mencekik. Pikirannya dipenuhi bayangan Dinda dan Dyah, serta amarah yang membara pada Riani dan Anton.

Setiap kilometer yang ia tempuh adalah jarak yang memisahkan dirinya dari bahaya yang mengintai keluarganya. Bima menggenggam setir erat-erat, berusaha mengendalikan emosinya. Ia tahu, ia harus tenang dan fokus jika ingin berhasil menyelamatkan Dinda dan Dyah.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti mereka," bisik Bima, matanya menatap lurus ke depan. "Aku akan datang, dan aku akan menghentikan kalian."

Perjalanan panjang ini memberinya waktu untuk merenungkan masa lalunya. Ia teringat pada Gita, wanita yang pernah sangat dicintainya. Keputusannya untuk meninggalkan Gita dulu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Kini, ia melihat kesempatan untuk menebus kesalahannya dengan melindungi Dinda dan Dyah.

"Aku tahu ini tidak akan mudah," pikir Bima. "Tapi, aku tidak akan menyerah. Aku akan berjuang sampai akhir."

Ponsel Bima berdering, memecah kesunyian di dalam mobil. Ia melihat nama Mbak Marni tertera di layar. Jantungnya berdegup kencang. Ia berharap Mbak Marni membawa kabar baik.

"Halo, Mbak Marni," sapa Bima dengan nada cemas. "Ada apa?"

"Mas Bima, saya mau kasih tahu sesuatu," jawab Mbak Marni, suaranya bergetar karena ketakutan. "Tadi siang, Riani ngasih Dyah minuman yang aneh. Warnanya hijau, terus baunya nggak enak. Untung saya sempat cegah Dyah minum. Saya langsung buang minumannya."

Bima mengepalkan tangannya erat-erat. Riani semakin nekat. Ia tidak segan-segan meracuni Dyah untuk mencapai tujuannya.

"Mbak, terima kasih sudah menyelamatkan Dyah," kata Bima, suaranya penuh dengan rasa syukur. "Mbak harus hati-hati. Riani itu orang yang berbahaya. Jangan biarkan dia mendekati Dyah."

"Saya pasti akan lindungi Dyah, Mas," jawab Mbak Marni. "Saya tidak akan membiarkan Riani menyakitinya."

"Mbak, tolong perhatikan juga gerak-gerik Anton," kata Bima. "Apakah dia sering keluar rumah atau bertemu dengan orang yang mencurigakan?"

"Anton sering keluar rumah, Mas," jawab Mbak Marni. "Biasanya dia pergi malam-malam, terus pulangnya pagi. Saya nggak tahu dia pergi ke mana."

"Mbak, kalau Anton pergi lagi, Mbak langsung kabari saya," kata Bima. "Saya ingin tahu dia pergi ke mana dan bertemu dengan siapa."

"Baik, Mas," jawab Mbak Marni. "Saya akan lakukan yang terbaik."

Setelah menutup telepon dengan Mbak Marni, Bima menghubungi Pak Gimin. Ia ingin tahu apakah Pak Gimin melihat sesuatu yang mencurigakan.

"Halo, Pak Gimin," sapa Bima. "Apa kabar?"

"Baik, Mas," jawab Pak Gimin. "Mas Bima sendiri bagaimana?"

"Baik, Pak," jawab Bima. "Pak, saya mau tanya soal Anton. Apakah Bapak melihat dia melakukan sesuatu yang aneh?"

"Saya lihat Anton sering ngobrol sama Riani, Mas," jawab Pak Gimin. "Mereka kayaknya lagi merencanakan sesuatu. Saya nggak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi kayaknya nggak baik."

"Pak, tolong perhatikan apa yang mereka bicarakan," kata Bima. "Kalau Bapak dengar sesuatu yang penting, segera kabari saya."

"Siap, Mas," jawab Pak Gimin. "Saya akan pasang telinga baik-baik."

Bima juga menghubungi Mbok Yem. Ia menanyakan hal yang sama kepada Mbok Yem.

"Mbok Yem, apakah Mbok melihat sesuatu yang mencurigakan?" tanya Bima.

"Saya lihat Riani sering nyuruh-nyuruh Anton, Mas," jawab Mbok Yem. "Dia kayaknya yang ngatur semuanya. Anton cuma nurut aja."

"Mbok, tolong perhatikan apa yang Riani suruh Anton lakukan," kata Bima. "Kalau Mbok lihat sesuatu yang aneh, segera kabari saya."

"Baik, Mas," jawab Mbok Yem. "Saya akan awasi mereka dengan seksama."

Setelah berbicara dengan Mbak Marni, Pak Gimin, dan Mbok Yem, Bima merasa sedikit tenang. Ia tahu ia memiliki mata dan telinga di dalam rumah Kirana. Mereka akan membantunya mengungkap rencana jahat Riani dan Anton.

Namun, ia juga merasa semakin tertekan. Ia tahu ia sedang berhadapan dengan musuh yang licik dan berbahaya. Ia tahu ia harus bertindak cepat, sebelum Riani berhasil mewujudkan rencana jahatnya.

Bima memacu mobilnya semakin kencang. Ia ingin segera sampai di Desa Kandri dan menyelamatkan Dinda dan Dyah. Ia tidak akan membiarkan Riani dan Anton menyakiti mereka.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
SitiGemini75
aku selalu update kok kak bahkan tidak cuma satu bab bahkan 4 bab
SitiGemini75
ya oke kak tunggu
Mari🧝‍♀️16
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
SitiGemini75: secepatnya kakak
total 1 replies
Donny Chandra
Bikin penasaran!
SitiGemini75: makasih ya kak
total 1 replies
StarJustStar
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
SitiGemini75: oke siap 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!