Tiga tahun menikah dengan Suami yang bernama Imran laki-laki yang dijodohkan karena sebuah perjanjian kedua Kakek mereka tidak mampu membuat kehidupan Azalea bahagia bahkan berani menggugat cerai Imran karena Imran lebih memilih kekasihnya yang bernama Nathasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
"Tahu ah,aku cewek aja gak punya apalagi istri!kamu pikir sendiri!"kata Maher sambil keluar dari ruangan Imran
Imran menatap pintu yang tertutup,rasanya hari ini begitu panjang,biasanya dia uring-uringan setiap kali merasa bosan dan akan pergi begitu saja,namun kali ini dia tidak berani apalagi harus pulang kerumah Mama atau harus pulang kerumah Azalea yang masih saja memasang wajah dingin,satu-satunya yang bisa dituju adalah rumah Natasha hanya saja Imran merasa lelah jika harus berdebat dengannya lagi.
Imran memutuskan pulang kerumah Azalea,disana dia disambut hangat oleh Tante Yanti pembantu rumah pilihannya,ruangan yang masih polos sudah mulai didekor oleh Azalea dan Tante Yanti.
"Apa Lea yang mengisi ruangannya?"tanya Imran
"Iya Pak,tadi Mbak Lea meminta Tante mengantar ketoko furniture."jawab Tante Yanti
"Bagus."kata Imran
Tante Yanti tersenyum melihat Imran memasang wajah berseri,selama mengenalnya baru kali ini wajahnya tersenyum tanpa paksaan,namun senyumnya sirna saat melihat notifikasi dalam ponselnya,bukan dari kartu Azalea melainkan dari kartu kredit Natasha yang diam-diam dia ambil.
"Maher!mengapa tidak memblokir semua kartunya?!"tanya Imran dengan lirih
Imran memainkan ponselnya lalu menghubungi Maher,dia meminta kepada agar memblokir semua kartu yang dipegang Natasha,begitu mendapat balasan darinya Imran langsung masuk kedalam kamar,dia ingin menemui Azalea.
"Lea."panggil Imran
Tidak ada sahutan dari dalam ruangan,Imran mengira Azalea berada didalam kamar mandi,dia melepas baju dan meletakkan diatas ranjang,karena lelah dia berbaring dengan kedua kaki masih menjulur kelantai.
Azalea hanya menggeleng melihat Imran tertidur,dia mengambil bantal dan membawanya kesofa karena tidak ingin membangunkan Imran.
****
Dirumah Natasha mencari keberadaan anaknya,saat masuk lampu masih belum nyala,Natasha memanggil pengasuh yang merawat Amalia namun masih tidak ada jawaban.
"Amalia."panggil Natasha
Rumah masih hening,Natasha masuk kedalam kamar anaknya dan melihat ranjang masih rapi seperti sedia kala,dia merogoh tas dan mengeluarkan ponselnya,mencari nama Imran yang terlihat mulai kabur karena matanya tidak sanggup lagi membuka.
Natasha berbaring diranjang Amalia sampai siang,dia terbangun karena mendengar suara berisik dari luar,perlahan membuka mata dan beranjak,dia melihat keramaian diluar melalui tirai jendela.
Diluar terlihat banyak orang berkumpul didepan rumah,perasaannya mulai was-was sehingga membuatnya berlari keluar dari kamar menuruni tangga,terlihat seluruh ruangan berantakan,dia juga menatap keatas dan berhenti pada pintu kamarnya yang terbuka.
"Apa yang terjadi?"tanyanya lirih
Natasha berlari menaiki tangga lagi,kini dia masuk kedalam kamarnya,saat melihat ruangan berantakan dia hanya melongo karena semua perhiasan dan uang tabungannya hilang.Natasha mengingat kembali kejadian semalam saat masuk kedalam rumah,dia lupa menutup pintu karena mengira Amalia dan pengasuhnya dirumah,kebiasaan teledor membuatnya terduduk disofa.Natasha mengenggam erat tangan,dia meminta kepada seorang tetangga untuk menghubungi Imran.
"Buk,bisa minta tolong hubungi suami saya?"tanya Natasha
"Iya,sebentar."jawab Ibu
Tanpa menunggu waktu lama Maher dan Imran datang kerumah dengan memasang wajah kesal namun biar bagaimana juga Natasha adalah istrinya dan ibu dari anaknya.
"Sayang."panggil Natasha saat melihat Imran masuk kedalam rumah lalu memeluknya.
"Apa yang terjadi?"tanya Imran
"Semalam aku mencari Amalia dan tertidur dikamarnya."jawab Natasha
Natasha masih memeluk Imran tanpa memberinya ruang untuk bicara namun dia memberikan kode kepada Maher agar segera mencari tahu kejadian sebenarnya,Maher keluar dari rumah,dia kembali tanpa butuh waktu lama dengan memegang ponsel miliknya.
"Bos."panggil Maher
Imran bangun dari duduknya setelah melepaskan tangan Natasha,dia berjalan mendekati Maher dan merebut ponsel milik Maher.Begitu melihat rekaman cctv Imran duduk kembali dengan mata memandang kearah Natasha.
"Kamu mabuk?"tanya Imran
"Apa?"tanya Natasha dengan nada terkejut
"Semalam kamu tidak menutup pintu pagar dan pintu rumah,wajar saja kalau rumah kemalingan."jawab Imran
Natasha hanya bisa menundukkan kepala,sekarang bukan waktunya mengeluh karena Imran sudah membatasinya,dari segi keuangan dan lainnya.Natasha hanya menatap dengan pandangan kosong,mengingat kembali saat diawal pertemuannya dengan Imran,waktu itu dia mabuk dan Natasha memanfaatkan keadaan dengan berada disampingnya semalaman,saat Imran terbangun dia begitu terkejut namun Natasha sangat padai bermain kata hingga mampu menjerat Imran dan akhirnya mereka menikah dan Natasha melahirkan Amalia.Lamunan Natasha terhentak oleh pukulan Maher dipundaknya.
"Eh,malah melamun,ayo bereskan rumahmu."kata Maher
"Apa?aku?beresin semua ini?"tanya Natasha
"Iya tentu saja,bukannya ini rumahmu?"tanya Maher
Natasha menoleh kearah Imran namun Imran tidak memandangnya sama sekali,pandangan matanya datar menatap kearah lain.
"Sayang,bagaimana ini?apa aku harus beresin semua?"tanya Natasha
"Apa harus aku yang turun tangan?lalu kamu mau ngapain?"tanya Imran balik dengan nada ketus
Suara Imran yang terdengar sedikit keras dan ketus membuat Natasha diam,dia juga tidak beranjak dari duduknya,selama menikah dengan Imran tidak pernah sekali saja dia menyentuh pekerjaan rumah namun saat itu Imran tetap memanjakannya.
Imran berdiri lalu berjalan membelakangi Natasha,dia keluar disusul oleh Maher dan membuat Natasha mengejarnya.
"Imran,apa tidak bisa membantuku?"tanya Natasha
"Aku sibuk,kamu bisa memanggil pembantu atau apalah yang penting kamu bereskan rumah."jawab Imran
"Apa?kamu menyuruhku membereskan kekacauan ini?!"tanya Natasha dengan nada tinggi
Imran berhenti melangkah,dia mengangguk kearah Maher agar meninggalkannya,dia juga mengatur nafas agar bisa bicara lebih tegas lagi,selama ini dia terus mengikuti kemauan Natasha.
"Lalu mau kamu apa,mau aku yang membereskannya?"tanya Imran sambil berbalik kearah Natasha
Imran melepas jas dan menggulung lengan bajunya,dia berjalan kearah dapur mencari sapu dan pel,tidak lupa juga kantong plastik.Imran mulai mengumpulkan pecahan keramik dengan sapu lalu memasukkan kedalam kantong plastik.
Natasha tergerak hatinya,dia ikut membantu membereskan meski wajahnya manyun dan kesal.Hingga beberapa jam mereka berkutat dengan barang rongsokan akhirnya rumah kembali bersih,Imran menghempaskan tubuhnya disofa,dia mengingat Azalea yang selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri,Imran merasakan capek dan lelahnya hingga dia tersadar dan bangun.
"Mau kemana?"tanya Natasha
"Aku mau cari makan,apa kau mau masak untukku?"tanya Imran balik
Natasha terdiam,diraihnya ponsel yang tergeletak diatas meja,dia ingin memesan makanan secara online namun kalah cepat dengan Imran yang sudah keluar dari rumah.
"Mas,kita makan diluar aja ya."ajak Natasha
"Aku mau pulang saja."kata Imran
"Jadi kamu memilih pulang kerumahnya?apa kau yakin dia akan menerimamu?bukankah kau sudah menyakitinya?"tanya Natasha dengan wajah kesal