"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Tika keluar, meski terpaksa namun titah Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono yang bukan Harum namanya sulit dibantah.
Baru saja beberapa langkah Tika meninggalkan rumah, suara klakson mobil membuat Tika menoleh namun sesaat kembali fokus saja ke jalan.
"Tika! Tunggu!"
Tika tetap berjalan, Karim dengan sigap keluar mobil, menahan langkah Tika.
"Ngapain? Jangan drama! Gue itu gak hobi drama! Minggir."
"Saya antar! Kemana?"
"Ga usah! Minggir!"
"Gak mau! Kemana? Ayo!" Karim malah menarik tangan Tika. Dengan enteng Tika hempas.
"Gak usah pegang-pegang bisa!" Tika marah, seenaknya Karim Main giring.
"Makanya Saya anter, kemana? Cepet! Kamu gak mau kan jadi tontonan warga?"
Tika akhirnya menurut, masuk ke dalam mobil Karim dan memberi tahu kalau akan mengantar kue ke rumah Pak RW.
Beruntung di rumah Pak RW hanya ada asisten rumah tangganya, jadi Tika tak perlu menjelaskan kedatangannya yang diantar Karim. Gosip pasti menyebar tapi bodo amatlah!
"Gue gak pamit sama Ibu sama Bapak ini mau kemana Kita?" Tika melihat kesamping Karim diam saja, melajukan mobil yang entah kemana.
Tak ada jawaban, Karim menyetir dalam diam. Membawa Tika kesebuah Cafe yang enak untuk tempat ngobrol.
"Kita mau ngapain kesini?"
"Maen Padel!"
"Ngak Lucu Bapak Karim!"
"Ya emang! Saya bukan Pelawak! Ayo masuk! Percaya, Kita cuma mau ngobrol!"
"Situ kali! Sini sih enggak minat!"
Dengan langkah terpaksa Tika mengikuti Karim.
Setelah perdebatan alot, Akhirnya Tika memesan sesuai yang Karim katakan bahwa tak akan lama, hanya ada beberapa hal yang ingin Karim sampaikan dengan Tika.
"Saya ingin ajak Kamu menikah."
Setelah sekian menit Karim diam, dan Tika mulai bete, memilih meraih segelas milk shake strawberry namun apa yang disampaikan Karim membuat Tika terkejut dan muncratlah apa yang ada dimulut Tika.
Karim mengusap wajahnya yang terkena muncratan milkshake Tika. "Bisa biasa aja gak sih responnya. Harus banget nyembur!"
Tika merasa bersalah, tapi kata-kata Karim sebelumnya kembali membuat Tika emosi.
"Eh! Pak Karim! Denger ya! Kalo ngomong itu harus bisa dibedain. Antara bercanda sama serius. Gak lucu! Lo gak bakat juga ngejokes begitu! Garing! Nikah! Emang Lo kira tuh kalimat sakral bisa dibuat maenan! Situ kali udah biasa drama pernikahan! Jangan ajak-ajak Gue becanda begitu!"
Wah, ini sih Si Tika asli anak Bu Kartini, kalo udah kesel mulutnya merepet kayak petasan besan.
"Siapa juga yang ngejokes? Saya serius! Saya serius ajak nikah Kamu. Makanya Saya tanya, Kamu mau gak nikah sama Saya?"
"Wah! Ni Duda satu, kesambet Kuntil Biang kali ya! Eh, Pak Karim, kalo Lo lagi puyeng sama urusan Mantan Bini yang masih dateng dan bikin ribet, gak usah bawa-bawa orang lain. Urus aja sendiri! Gue gak minat ikut dari opera sabun Lo!"
"Denger dulu Tik. Duduk dulu, bisa kan?" Karim kembali menahan Tika yang akan kabur, dan segera di hempas Tika.
"Jadi gini, Kita gak nikah beneran. Kita nikah kontrak? Gimana?"
"Wah! Bener gila nih Duda! Udah gak usah banyak drama! Bye!"
"Tunggu! Saya punya penawaran buat Kamu. Kamu mau kan novel Kamu terbit, Dewi Aurora?"
Seketika wajah Tika mengernyit.
Sial! Kok bisa si Duda Karatan tahu soal Gue yang nulis novel?
Seperti tahu keterkejutan Tika, Karim tersenyum, "Kamu gak usah bingung. Saya tahu kok Kamu selama ini nulis. Dan pendapatan Kamu dari Nulis Online bahkan lebih besar kan dari pendapatan live Tiktok Kamu? Makanya, Saya bisa angkat Novel Kamu untuk jadi Novel cetak. Tapi dengan Syarat Kamu harus ikut perjanjian Saya, menikah sama Saya."
"Enggak! Makasi!"
"Ok. Mungkin Kamu butuh waktu berpikir. Sebetulnya Saya juga gak ada niat macam-macam sama Kamu. Saya jujur. Saya meminta Kamu menikah Kontrak dengan Saya karena Saya punya alasan yang cukup kuat. Dan Saya rasa Kamu adalah orang yang tepat untuk posisi itu, ya sebagai Istri Saya."
"Oh jadi Lo mau Gue jadi tameng buat menghadapi Mantan Istri Lo yang masih ngejar-ngejar Lo? Sorry! Gak minat jadi pusaran kerumitan Mantan Pasutri!"
"Itu salah satunya. Tapi alasan lain ada hal yang belum bisa Saya ceritakan. Saya butuh Kamu sebagai status Istri Saya dan Kamu bisa minta apa aja sama Saya, asal bukan cinta."
"Pede Gila!"
"Makanya, Kamu gak usah khawatir, Saya beneran minta Kamu buat jadi Istri Saya karena status saja. Soal hak dan kewajiban sebagai Suami akan Saya penuhi. Bapak, Ibu dan Tama akan Saya anggap seperti keluarga Saya. Dan Saya akan kasih Kamu nafkah setiap bulan. Selain dari janji Saya akan menerbitkan novel-novel Kamu."
"Sok tahu Lo! Emang Lo siapa bisa punya kuasa nerbitin novel Gue!"
"Kamu gak baca, disurat kontrak novel Kamu yang sudah dikontrak sama KSD? Kamu gak tahu kepanjangan KSD?"
Kartika kembali mengingat-ingat. Jujur, Ia memang tahu kalau perusahaan yang mengontrak novel onlinenya memang KSD, tapi apa hubungannya drngan si Duda Karatan.
"KSD, Karim Surya Darma. Itu nama Saya. Dan nama perusahaan penerbitan milik Saya."
Duarr!
"Awalnya Saya gak tahu Dewi Aurora itu Kamu. Tapi setelah Saya lihat dari scan KTP Kamu yang memang menjadi identitas setiap Penulis, dari situ Saya tahu, kalau Dewi Aurora itu Kamu."
Tika masih tak percaya. Karim, Si Duda Karatan secara gak langsung Boss Tika? Alamak! Hidup macam apa ini? Tiba-tiba sekali! Drama!
"Saya sudah baca semua novel-novel Kamu. Tulisan Kamu bagus. Dan Saya suka. Wajar pembaca Kamu selalu naik. Dan penghasilan Kamu di KSD juga mencapai dua digit kan? Makanya Sayang sekali potensi yang Kamu punya kalau cuma dipendam."
Karim masih melihat keterkejutan dan ketidak percayaan Tika, Karim mengeluarkan kartu namanya.
"Saya mohon, Kamu pertimbangkan tawaran Saya. Dan Saya sangat berharap Kamu bisa menerima semua tawaran Saya, termasuk menikah."
"Pede!"
"Cuma Pede yang Saya punya. Dan Saya tahu semua ini mengejutkan bagi Kamu. Begitu juga Saya. Taoi ada alasan mendesak yang harus Saya lakukan. Dan pilihan Saya adakah menikah. Dan Saya tidak mau menikah dengan Perempuan asing yang tidak Saya kenal."
"Hello! Emang Kita deket?" Tika menyilangkan kedua tangannya.
"Saya kenal Bapak Kamu, Ibu Kamu, bahkan Tama Adik Kamu. Saya cocok. Dan Saya yakin Kalian adalah keluarga yang Pas untuk Saya." Jadi, Saya mohon pikirkan baik-baik tawaran Saya. Dan ini, tolong diterima. Saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya ingin memberikan sumbangan untuk seragam panitia tujuhbelasan. Saya mungkin beberapa hari kedepan gak ada dirumah. Ada urusan mendesak yang harus Saya urus. Jadi titip ini ke Pak RT ya, mohon diterima."
"Emang Lo mau kemana? Pamitannya kayak orang mau mati aja!"
"Kenapa? Takut kangen?"
"Astoge! serah Lo deh!"
"Hahaha. Nah ini! Saya semakin yakin! Kamu memang paling pas jadi Istri Saya. Karena Saya butuh Istri yang kuat mental dan ceplas ceplos!"
Tika melipat kedua tangan didada, malas sekali meladeni Si Duda Karatan yang sejak tadi melantur. Mungkin ni orang Mabok Lem Kali.