NovelToon NovelToon
HOT POLICE VS DOKTER MAFIA

HOT POLICE VS DOKTER MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:301.8k
Nilai: 5
Nama Author: zarin.violetta

Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Jalan Keluar

Pagi itu, Ava kembali membersihkan luka di pinggang Devon dengan sisa kain kasa seadanya.

Tangannya menyeka darah yang mulai mengering. Udara di dalam gua lembap dan dingin, tapi keringat dingin mulai memenuhi pelipis Devon.

"Kau harus bertahan," bisik Ava. “Kau pasti sudah biasa mengalami hal seperti ini.”

Devon mengerang pelan, tapi matanya tetap tertutup rapat. Wajahnya mulai pucat, bibirnya kering dan pecah-pecah.

Ava tahu, waktu mereka semakin sedikit. Jika tidak segera keluar dari gua ini, mungkin akan terjadi infeksi dan bisa fatal akibatnya.

Ava menarik napas dalam-dalam, mengikat perban kasa sekuat mungkin. "Kita harus pergi sekarang," katanya.

Devon perlahan membuka matanya, pandangannya kabur. "Ava ... tinggalkan aku. Mungkin kau bisa memanggil bantuan dengan naik ke atas. Aku … sepertinya tidak sanggup naik."

"Jangan bicara bodoh," potong Ava dengan suara tegas, meski hatinya seperti diremas. "Aku tidak akan pergi tanpamu. Kau pasti bisa naik. Aku akan memapahmu."

Dia meraih tas kecilnya, memeriksa apa yang ada di sana. Ada sebotol air yang hampir habis, beberapa batang cokelat.

Lalu dia mengeluarkan coklatnya dan memberikannya pada Devon. “Makan ini. Kau harus mengkonsumsi gula.”

Devon mengunyah coklat yang disuapkan oleh Ava. Setelah beberapa lama, Ava beranjak berdiri. “Aku akan berjalan ke ujung gua itu. Ada aliran sungai, mungkin ada jalan keluar lain.”

Devon menatapnya.

“Aku tak akan kabur,” kata Ava.

“Aku tahu … aku hanya takut kau tersesat.” Suara Devon masih lemah.

“Tidak, aku pintar dalam hal ini.” Ava pun berjalan di tengah kegelapan gua. Dia mencari sebuah celah sinar yang mungkin ada di ujung gua.

Hanya bermodalkan senter kecilnya untuk operasi, Ava berjalan menyusuri sungai bawah tanah itu. Sesekali kakinya tersandung dan membuatnya jatuh ke air hingga pakaiannya kembali basah.

Semakin jauh, dia mulai melihat cahaya masuk ke dalam gua. Cahaya itu kecil tapi Ava tetap mendekatinya. Hingga akhirnya dia mencapainya.

Di ujung cahaya itu, ada lubang yang cukup besar dan suara air terjun yang deras. Dan Ava baru menyadari bahwa jalan keluar itu menuju ke sebuah air terjun.

Dia mulai melihat situasinya dan apakah ada jalan yang bisa membuatnya keluar dari sana. “Pasti bisa asal hati-hati,” ucapnya ketika melihat jalan setapak licin penuh air yang berada di pinggiran air terjun.

Lalu, Ava segera berbalik ke dalam gua dan berlari menuju tempat Devon berada.

*

*

“Aku menemukannya!” Napas Ava tersengal-sengal ketika sampai di depan Devon.

Dengan susah payah, Ava membantu Devon berdiri. Tubuh pria itu panas karena demam.

Tapi Devon menahan rasa sakitnya dengan menggertakkan giginya. Mereka berjalan pelan, mengikuti aliran udara kecil yang berhembus dari celah-celah batu.

"Kau ingat jalannya?" tanya Devon, suaranya parau.

Ava mengangguk. "Ingatanku sangat tajam.”

“Tapi kau tak ingat aku,” sahut Devon yang masih sempat bercanda.

“Aku ingat. Kau Devon Revelton. Aku pernah melihat tag namamu di seragam polisimu waktu itu.”

Devon menoleh pada Ava dan tetap berjalan di sampingnya. Tangannya merangkul bahu Ava dan tangan Ava merengkuh pinggang Devon untuk membantunya berjalan.

“Kau basah kuyup,” kata Devon.

“Hmm … aku terjatuh ke air.”

Setiap langkah terasa berat. Sesekali, mereka harus berhenti karena Devon harus memulihkan tenaganya.

Ava terus mendampinginya, berbicara tentang cita-citanya memiliki rumah sakit sendiri, tentang hari-hari cerah di luar sana yang ingin dia jalani jika semua ini telah berakhir.

"Kau akan memilikinya suatu hari nanti,” suara Devon mulai serak.

Ava tersenyum kecil. "I hope so.”

*

*

Hampir setengah jam berlalu, Devon mulai kehilangan tenaganya lagi. Ava bahkan harus menyeretnya di beberapa bagian gua yang sempit.

Lututnya lecet, tangannya berdarah, tapi Ava tidak menyerah.

"Kita hampir sampai. Bertahanlah," bisiknya, meski tidak yakin.

“Kau … sangat kuat, Ava. Terima kasih.”

Ava tak menjawab dan terus memapah Devon yang tubuhnya semakin berat. Napas Ava bahkan sampai tersengal-sengal karena harus memapah beban berat itu.

Hingga akhirnya mereka tiba di pintu gua yang terhubung langsung ke air terjun. “Ini akan sulit, tapi kita pasti bisa,” kata Ava.

Devon mengangguk dan mereka berjalan satu persatu. “Kau di depan,” ucap Devon.

“Tidak, kau saja. Kau masih terluka,” sahut Ava dan memegang punggung Devon.

“Pegang tanganku,” kata Devon dan mengulurkan tangannya.

Ava mengangguk dan memegang tangan Devon. Mereka mulai berjalan ke pinggir air terjun yang licin.

Jalannya begitu licin hingga Ava sering terpeleset. Sedangkan Devon mulai kembali bertenaga dan bersemangat untuk segera keluar dari situasi itu.

Langkah Ava tiba-tiba oleng dan membuatnya terpeleset lalu jatuh. “Aaahh!”

Devon memegang tangan Ava dengan erat. “Aku memegangmu. Gunakan kakimu, Ava!”

Ava mencoba menjejakkan kakinya di bebatuan basah, namun selalu gagal karena licin. “Aku tak bisa.” Suaranya melemah kerena kehabisan tenaga.

“Kau pasti bisa!” teriak Devon sambil menarik tubuh Ava. Namun derasnya air terjun membuat situasi itu semakin sulit.

“Aku tak bisa. Lepaskan aku saja!”

“Tidak! Kau pasti bisa, Ava!!”

“Lepaskan aku! Atau kita akan jatuh bersama!”

“Aku tak akan melepaskanmu, Ava.” Namun tangan mereka semakin licin karena basah dan air terjun yang deras menghempas tubuh mereka.

Mata mereka saling menatap. Ava menatapnya penuh kepasrahan, sedangkan Devon menatapnya penuh keyakinan—bahwa dia bisa menolongnya.

“Aku tak bisa …,” kata Ava terbata.

Hingga akhirnya tangan Ava tak kuat lagi dan melepaskan tangan Devon yang pegangannya pun mulai mengendur karena licin.

“AVAAAAA!!!”

Tubuh wanita itu pun jatuh ke dasar air terjun.

1
Tribudi Nuraini
up
Pandin Beatrix
Nenek Kate benar benar malaikat y dikirim Tuhan untuk Anya , tidak disangka Anya mendapatkan warisan yang sangat besar dari Kate
Pandin Beatrix
Kate dan Anya saling membutuhkan disaat yang tepat mereka bisa saling terhubung oleh masalah masing-masing yang akhirnya menemukan jalannya dgn baik
Pandin Beatrix
Anya mendapatkan pekerjaan dantempat tinggal yang nyaman dan aman
Pandin Beatrix
syukurlah Anya cepat bisa mendapatkan solusi dari masalahnya, semoga keadaan ditempat baru bisa membuat nya betah bertahan
Pandin Beatrix
betul betul keluarga ayahnya keluarga yang tidak tau diri, semoga kondisi ini tidak lama dihadapi Anya
Pandin Beatrix
pilihan yang sangat sulit sebenarnya pergi meninggalkan apartemen milik sendiri untuk ditempati orang lain yang tidak tau diri tidak tau terimakasih
Pandin Beatrix
wah ini sih sudah keterlaluan, segera usir mereka dari apartemen mu Anya
Pandin Beatrix
kasian Anya sekarang semua beban keluarga ayahnya ditaruh dipundaknya
Pandin Beatrix
pada saat masih punya harta duniawi ayahnya melupakan Anya setelah terpuruk miskin baru ingat kalau punya anak , hadeuh 🤦
HR_junior
di rasa sakitmu Karana ayah km ..km ketemu orang baik ya Anya..
Pandin Beatrix
kasian Anya begitu pergi selesai dari tugas merawat Alex langsung lagi dihadapkan dengan masalah ayahnya
Pandin Beatrix
pulang dari bulan madu sudah langsung ada hasilnya , tokcer juga AVA dan Devon
Pandin Beatrix
berdua mereka sudah saling tertarik dengan kedekatan mereka selama ini tapi mereka berdua masih ragu
Pandin Beatrix
sudah mulai timbul riak riak ketidak percayaan diri pada Alex dan Anya , ayo kalian semangat hilang rasa yang negatif itu jangan mundur lagi
Pandin Beatrix
kedekatan yang dijalani selama periode latihan fisik selama ini menimbulkan kedekatan hati yang tidak mereka berdua sadari
Pandin Beatrix
setelah rutinitas latihan yang melahirkan mulai terbukti ada kemajuan, Alex sudah mulai mandiri mandi sendiri wkwkwk 😂🤣
Pandin Beatrix
berhasil mulai dari langkah pertama menuju langkah langkah berikutnya dengan Anya yang setia dan tulus melatih Alex , bravo
Pandin Beatrix
perlahan-lahan Alex sudah mulai berubah sudah mulai menerima keberadaan Anya didekatnya
Pandin Beatrix
bagus Anya memang cocok menangani Alex , dia sangat disiplin dan pantang menyerah melayani pasiennya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!