"Hai apa yang kalian lakukan di sini?"
"Ka ... ka ... kami tidak," belum selesai ucapan Rara.
"Pak ini tidak bisa di biarkan, udah seret saja mereka berdua ke rumah pak ustad secarang."
"Perbuatanya membuat malu kampung ini." sahut salah satu warga lalu menyeret gadis di dalam tidak lupa mereka juga menarik pria yang ada di dalam kamarnya.
"Jangan ..., jangan bawa kakakku." Teriak gadis berusia belasan tahun memohon pada warga yang ingin membawa kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lorong kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Ini gua Bro."
"Mas Athur." ucap Rara lirih tapi masih terdengar oleh kedua lelaki di sana. Athur menoleh, air matanya mengalir deras tapi tak ada suara isak tangisnya.
"Ra," panggil Athur, hatinya teriris perih, sakit melihat sang istri babak belur penuh luka.
"Sayang tolong aku." Vina memanggilnya di pojok tak jauh darinya namun masih di tempat yang sama.
Athur melihat bergantian pada kedua gadis itu. Antara Vina dan Rara mana yang akan dia selamatkan terlebih dahulu. Bingung sama-sama sulit untuk menyelamatkannya dan sama-sama penting.
"Ahh!" pekik Rara. Gadis itu di lempar dan sudah tergantung dengan tali yang masih di pegangi.
"Brengsek apa mau mu Hah. Lepaskan dia!" umpat Athur panik, ia sudah tak bisa mengendalikan diri.
Pria itu berbalik, terlihat jelas seyum di wajahnya. Athur mengepalkan tangannya kuat. Rahanya mengeras samapi giginya mengeluarkan bunyi. Devan menahan tangan Athur agar jangan gegabah dan membahayakan keduanya.
Melihat posisi Rara saat ini tergantung. Jika salah sedikit saja nyawa gadis itu jadi taruhannya.
Melihat ke arah Vina duduk posisinya sama halnya denga Rara ia berada di tepi tanpa pembatas. Bedanya ia duduk dengan tangan terikat tapi seperti tak ada luka di wajah serta tubuh gadis itu.
"Apa mau lo sebenarnya?" tanya Athur singkat namun tujuanya menyeluruh.
"Lo mau tau?" ia merebut pisau di tangan anak buahnya dan memutar memainkannya. Berjalan mendekat ke arah Vina yang tak jauh darinya.
"Gua muak sama lo. Dari dulu lo selalu ngerebut siapapun yang gua suka. Bahkan, gadis ini."
Cup!
Tak ada penolakan dari Vina atau mengumpat kasar pria itu yang menciumnya. Athur mengerutkan kening berfikir mungkin Vina takut karena Dion saat ini memegangi pisau.
"Jangan sentuh dia Bajing***!"
"Gua nggak pernah ngerebut apapun dari lo!" jawab Athur dengan apa yang ia rasa selama ini memang begitu adanya.
"Ha ... ha ... ha ...," tawa Dion begitu nyaring seakan mengejeknya.
"Lo nggak sadar? atau lo bego hah!"
"Pertama lo udah ambil sahabat gua. Kedua lo ambil mimpi gua saat gua menemukan tempat strategis untuk memulai bisnis. Ketiga lo ambil dia padahal kita udah menjalin hubungan lama. Itu hanya sebagian, masih banyak yang lo ambil dari gua." jelas Dion dengan nada tinggi dan meronta ronta.
Dion mengarahkan pisau itu pada wajah cantik Vina. "Gimana kalau wajah ini aku beri sedikit goresan kecil."
"Lo gila Yo. Selama ini gua udah selalu baik sama lo." ucap Vina ketakutan.
"Jangan sentuh dia sedikitku jika kau tidak ingin kehilangan kedua tanganmu!" bentak Athur yang masih diam di tempat memeperhatikan segala situasi kondisi.
"Sered dia ke tepi cepat!" perintah Dion pada kedua nak buahnya. Keduanya langsung mengangguk faham dan menyeret bangku di duduki Vina ketepian yang tanpa pembatas.
"Dion please jangan lakukan. Gua masih ingin hidup. Tolong ..." Vina memohon pada Dion tapi pria itu tidak menggubrisnya.
"Apa sebenarnya yang lo mau!"
"Hemmm,"pria itu kali ini berjalan menuju arah Rara yang tergantung.
"Gimana kalau gadis ini kita lepaskan?" ucapnya dengan kedipan Anak buahnya sudah faham. Dengan sedikit keras tali sedikit di lepas.
"Ahhh!" teriak Rara ketakutan.
"Tidak!" teriak Athur dan Devan bersamaan. Vina mengerutkan kedua keningnya melihat expresi wajah tunangannya sungguh di luar nalarnya.
Sedangkan Athur sudah sangat geram dia mengumpat dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia melihat Dion maju mendekatinya, tanpa pikir panjang pria itu langsung memukul wajahnya.
Bug!
"Awh!" pekik Dion.
Dion pun melawan menyerang Athur menggunakan pisau itu. Tubuh Athur trus menghindan dan berputar, namun satu pukulan mendarat di perutnya.
"Sitttt!"
Athur memegang perutnya, lalu bangkit kembali menatap Dion sengit. Selama ini pertemanan nya di anggap baik baik saja. Tapi ternyata Dion mempunyai dendam besar di hatinya.
Devan tidak hanya menyaksikan pertempuran dua sahabatnya. Ia tadi ingin menyelamatkan Vina namun saat tanganya meraih bangku itu dan sedikit menarik. Lelaki itu mendapat pukulan keras di punggungnya.
Bug!
"Awh!" pekik Devan tubuhnya terhuyung kedepan.
Devan sudah siap untuk menyerang, pertempuran sengit itu pun terjadi cukup lumayan lama. Sampai mereka sedikit merasa kelelahan.
Dion mengusap ujung bibirnya, merasa jika tenaganya sudah terkuras sangat banyak. ia menatap gadis di sampingnya dan mengarahkan pisau itu di lehernya.
"Berhenti!" bentak Dion.
"Dion jangan gila!" pekik Vina ketakutan.
Rara kasian
kok bisa dinikahkan sih ?
Duh kasihan sekali masih muda 17 tahun sudah dinikahkan, terlalu muda sekali, mana suaminya juga baru kenal.....kok begitu sih ?😭