NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Makin Rumit

Hari itu langit berwarna abu-abu, nyaris mendung, seperti suasana hati Icha yang makin tak menentu.

Sudah tiga hari sejak ulang tahunnya. Pesan yang ia kirim ke Albar belum dibalas. Masih centang satu. Padahal biasanya, Albar akan langsung membalas meskipun cuma dengan stiker aneh atau voice note ngawur.

Sekarang... hening. Seperti Albar tak pernah ada.

Icha berusaha tidak peduli. Tapi setiap kali suara notifikasi ponsel berbunyi, ia refleks berharap itu dari Albar. Nyatanya, bukan. Hanya pesan grup kelas, broadcast, atau...

“Cha!”

Suara Dinda membuyarkan lamunannya di depan loker. Sahabatnya itu datang sambil tersenyum kecil, membawa dua bungkusan roti cokelat dari kantin.

“Lagi nunggu kabar dari Albar, ya?” tanya Dinda setengah bercanda.

Icha mendengus, menyambar roti. “Gue gak nunggu siapa-siapa.”

“Yakin?” Dinda menaikkan alis. “Padahal lo udah ngebuka aplikasi chat kayak lima kali dalam dua menit.”

Icha tidak menjawab. Ia menggigit rotinya dalam diam.

Baru saja mereka hendak berjalan ke kelas, sosok Rayan muncul dari arah lapangan. Ia melambaikan tangan dan langsung menyusul mereka.

“Pagi, Cha. Din.”

“Pagi,” jawab Dinda ramah. Icha hanya mengangguk.

Rayan tampak rapi hari ini. Rambutnya disisir ke samping, dan ia membawa dua buku catatan.

“Gue nyari lo tadi. Mau balikin buku Matematika yang kemarin lo pinjemin,” katanya sambil menyodorkan buku ke Icha.

“Oh. Makasih.” Icha menerimanya dengan canggung.

Rayan tetap tersenyum. Ia sudah tahu sikap Icha belum berubah sejak pernyataannya tempo hari. Tapi ia tak menyerah.

“By the way, lo udah buka gantungan kunci yang gue kasih?” tanya Rayan dengan nada ringan.

“Udah...” jawab Icha pelan.

“Lo suka?”

Icha ragu menjawab. “Lucu, sih. Makasih.”

Dinda melirik Icha, lalu berkata, “Gue duluan ke kelas ya. Kalian ngobrol aja.”

Setelah Dinda pergi, keheningan menggantung sesaat.

“Cha...” suara Rayan melembut. “Gue gak maksa lo jawab sekarang. Tapi gue bakal tetep jadi temen lo, sampai kapan pun. Gue cuma pengen jujur sama perasaan gue.”

Icha menatap cowok itu sejenak. Tidak ada yang salah dengan Rayan. Ia baik, tulus, perhatian. Tapi justru itu yang membuatnya makin sulit menjawab.

Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, langkah kaki terdengar dari arah berlawanan. Reina datang bersama dua temannya, menatap mereka dengan senyum setengah mengejek.

“Duh, romantis banget pagi-pagi,” ujar Reina dengan nada menyengat.

Icha langsung memalingkan wajah. “Ngapain sih?”

Reina melipat tangan di dada. “Cuma lewat. Tapi jadi saksi cinta segitiga tuh menarik juga.”

“Lo ngomong apa sih, Rein?” potong Rayan, mulai kesal.

“Gue cuma heran. Icha udah punya cowok baik kayak lo, Yan. Tapi tetep nyari Albar, cowok nyebelin yang bahkan gak pernah nganggap dia penting.”

Icha mendongak, matanya tajam. “Gue gak nyari siapa-siapa.”

“Oh ya?” Reina mendekat, membisik sedikit lebih pelan, “Sayang banget, padahal Albar cerita ke gue, dia udah mulai lupa sama lo.”

Ucapan itu menancap seperti jarum.

“Dia bilang gitu ke lo?” suara Icha sedikit bergetar.

“Kalau gak percaya, tanya aja langsung,” jawab Reina dengan senyum puas. “Toh sekarang dia lebih sering latihan musik di luar. Gue suka denger dia main gitar. Beda banget sama waktu dia masih sibuk ngikutin lo ke mana-mana.”

Reina lalu pergi, meninggalkan Icha dan Rayan dalam diam.

“Lo gak usah dengerin dia, Cha,” kata Rayan perlahan.

Tapi Icha tidak menjawab. Kepalanya penuh tanya. Benarkah Albar berkata seperti itu? Atau Reina hanya memanfaatkan situasi?

Kenapa Albar tidak balas pesannya? Kenapa sekarang malah Reina yang tahu kabarnya?

Dan... kenapa dadanya terasa sesak mendengar semua itu?

Malamnya di kamar, Icha menatap langit-langit dalam gelap. Ponselnya tetap sunyi. Tidak ada notifikasi. Tidak ada suara.

Ia membuka kembali pesan yang ia kirim pada Albar.

Masih centang satu.

Ia mengetuk layarnya, membuka galeri. Lalu menatap foto polaroid dari lomba musik.

Foto yang dikirim Albar sebagai kado ulang tahun. Satu-satunya jejak cowok itu yang masih tersisa.

“Kenapa lo pergi pas gue mulai ngerasa lo penting?” bisiknya lirih.

Tapi jawaban itu tidak akan datang malam ini.

Dan mungkin... tidak akan datang dalam waktu dekat.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!