NovelToon NovelToon
ME?

ME?

Status: tamat
Genre:Percintaan Konglomerat / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Tamat
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bravania

Ketika Tuan Muda punya perasaan lebih pada maid sekaligus sahabatnya.
Gala, sang pangeran sekolah, dipasangkan dengan Asmara, maidnya, untuk mewakili sekolah mereka tampil di Festival Budaya.
Tentu banyak fans Gala yang tak terima dan bullyan pun diterima oleh Asmara.
Apakah Asmara akan terus melangkah hingga selesai? Atau ia akan mundur agar aman dari fans sang Tuan Muda yang ganas?

Happy Reading~

•Ava

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bravania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Loker

Flashback

"Hiks.. Hiks.. tolong.. takut."

Gadis bersurai legam berombak itu hanya bisa menangis ketakutan saat tahu dirinya terkunci di gudang belakang sekolah.

Sekolah sudah sepi karena jam pelajaran sudah berakhir sejak 30 menit yang lalu.

Asmara hanya bisa menangis  memeluk lutut ketakutan. Berharap ada yang akan menolongnya. Suara tangisnya masih terdengar sejak tadi.

Gudang itu gelap dan ia benci berada di tempat gelap. Ia takut dan itu membuat napasnya sesak.

"Mara!"

Mata Asmara menatap pintu gudang. Ia kenal betul suara itu.

Asmara mencoba berteriak memanggil nama sahabatnya itu.

"Gala.. aku di sini."

"Mara! Kamu di dalam?"

"Tolongh.."

Suara Asmara melemah sebelum akhirnya pingsan saat pintu terbuka menampakkan Gala dengan raut khawatir yang kentara diwajahnya.

"Mara!!"

Gala membawa Asmara keluar setelah menelpon supirnya untuk menjemput di sekolah.

~·~

"Dimana Sebastian Aryapraja?!"

Teriakan di pintu kelas 2-4 sekolah menengah taraf nasional menarik seluruh atensi penghuni kelas termasuk anak laki laki yang namanya diteriakkan barusan.

"Kenapa mencariku? Ada perlu, Gala?"

Ya, itu Gala yang berteriak marah mencari Sebastian.

"Ya. Ikut aku sekarang!"

Sebastian hanya menurut. Ia mengikuti Gala yang ternyata mengarah ke gudang.

"Ada perlu apa?"

Sebastian menatap Gala yang membelakanginya.

"Pindah besok!"

Sebastian menatap Gala bingung.

"Kenapa aku harus pindah?"

"Pindah atau rekaman saat kau menguncikan Asmara di sini ku berikan pada kepala sekolah."

Mata Sebastian melebar.

"K-kau punya bukti dari mana?"

Sebastian berusaha menutupi suaranya yang bergetar. Ia tak menyangka ada yang tahu tentang perbuatannya.

"Apa rekaman sctv di deket gudang masih kurang jelas? Jelas-jelas wajahmu terekam di kamera."

Keduanya diam.

"Pindah sejauh mungkin. Jangan pernah dekati Asmara atau kau akan tahu akibatnya."

Sebastian menatap Gala yang menatapnya tajam sedari awal mereka masuk.

Gala berjalan melewati Sebastian. Saat berada di sampingnya, Gala berbisik,

"Aku tak akan pernah mengampuni seseorang yang berani melukai Asmara. Siapapun itu, termasuk kau."

dan berlalu meninggalkan Sebastian yang masih terdiam di dalam gudang.

~·~

"Eric, kenapa Sebastian tidak masuk?"

"Oh, iya. Kemarin kau kan tidak berangkat. Dia pindah."

"Tiba tiba sekali. Kenapa dan kemana?"

"Aku tidak tahu, Mara. Teman teman juga tidak ada yang tahu."

Jadi, Sebastian memang sekelas dengan Asmara. Bahkan bangkunya berada tepat di belakang bangku pemuda yang kini sudah pindah itu.

"Asmara."

Asmara dan Eric menoleh. Di dekat meja gadis Candrima itu sudah ada Gala berdiri dengan senyum tampannya.

"Ayo, makan siang! Aku lapar, Mara."

"Ih. Iya, sebentar. Aku pergi dulu, Eric."

Setelah berpamitan pada teman sebangkunya, Asmara menyusul Gala yang sudah keluar terlebih dahulu.

~·~

Gala duduk di sofa bekas yang ada di rooftop diikuti Asmara yang duduk disampingnya. Tangan gemulai itu mulai mengeluarkan bekal miliknya. Keduanya mulai menikmati makan siang itu.

"Tadi kau bicara apa pada Eric?"

"Oh, itu. Aku hanya tanya kenapa Bastian tidak masuk hari ini."

"Lalu?"

"Ternyata dia pindah dari kemarin."

"Bagus kalau begitu."

"Kenapa bagus? Bahkan teman teman kelas tak ada yang tahu kenapa dia pindah."

"Aku yang menyuruhnya." Gala menyaut dengan enteng. Tanpa perasaan bersalah sama sekali. Bahkan dengan santai mengunyah rice ball yang baru disuapkan Asmara ke mulutnya.

Asmara menatap Gala dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Kenapa kau menyuruhnya pindah, Gala? Apa kalian punya masalah? Kenapa tak bercerita padaku, hm?!"

Gala meneguk minumannya sedikit sebelum menatap Asmara dalam.

"Aku tak suka ada yang menyakitimu."

Asmara hanya menatap Gala bingung.

"Apa-"

"Dia yang menguncimu di gudang dua hari yang lalu. Dan aku mengancam akan memberikan rekamannya pada kepala sekolah jika dia tidak pindah."

Asmara diam sesaat. Ia meletakkan kotak bekalnya dan beralih memeluk Gala.

"Kau tidak perlu sampai seperti itu. Dia kan temanku."

"Dia bukan temanmu dan orang yang jahat padamu adalah musuhku."

Asmara mengusap punggung Gala.

"Jangan lakukan hal seperti ini lagi, Gala. Aku tidak apa-apa."

Gala hanya mengangguk mengiyakan, meskipun dalam hatinya ia tak bisa berjanji.

'Aku akan membalas siapapun yang jahat padamu, Asmara.' -Gala

Flashback Off

~•~

Seperti biasa, Gala akan mendatangi Asmara saat istirahat makan siang. Kali ini remaja 17 tahun itu lebih memilih diam di kelas Asmara dari pada pergi ke rooftop.

"Tadi Pak Bayu sudah memberi jadwal latihan kita. Dan kita bisa mulai latihan nanti pulang sekolah."

"Eh? Nanti?" Asmara menatap Gala, sedikit terkejut.

"Kau bawa baju ganti kan? Jangan pura pura lupa. Aku tahu selalu ada baju ganti di lokermu, Nona Asmara."

"Ck. Iya, iya. Nanti kita latihan."

Kemudian mereka mulai menikmati bekal makan siang yang dibawa Asmara.

~·~

Asmara memasuki ruang latihan yang biasa dipakai untuk kelas tari.

Di tengah ruangan ia lihat ada Gala yang tengah melakukan pemanasan.

"Dari mana saja kau? Kenapa baru datang?"

Omel Gala karena memang Asmara terlambat 20 menit dari waktu yang sudah mereka janjikan.

"Maaf. Tadi aku harus mengembalikan buku ke perpustakaan dulu."

"Cepat ganti baju!"

Gadis manis itu menatap Gala sinis sebelum masuk ke ruang ganti.

Begitu Asmara keluar, Gala hanya diam berdiri dan pandangannya terpaku pada ponsel di tangannya.

"Fokus sekali. Sedang melihat apa?"

Gala melihat Asmara sekilas sebelum kembali fokus pada benda pipih itu.

"Melihat video video di Youtube. Mungkin kita bisa mendapat inspirasi untuk konsep kita."

Asmara melihat ke layar ponsel Gala juga.

"Bagaimana jika kita pakai konsep seperti duo Trouble Maker?"

"Apa kau yakin? Mereka punya konsep seksi. Apa kau mau kita seperti itu?"

"Tidak apa-apa. cocok, kan?!"

Asmara melotot pada Pemuda tinggi itu.

"Memanfaatkan kesempatan! Menyebalkan." Sinis Asmara.

"Ahahaha. Maaf, maaf. Ya... Kita bisa mengubah sedikit konsepnya agar tidak terlalu seksi."

"Kau tahu aku tak terlalu bersahabat dengan tarian seperti itu, Tuan Pramadana yang terhormat."

"Ya nanti kita pakai sexy hip hop saja. Pasti akan sangat luar biasa."

"Em.. mari kita coba."

Akhirnya mereka mulai membahas lagu apa saja yang akan mereka pakai dan berlatih beberapa gerakan awal.

~·~

Pukul 5.30 sore. Gala dan Asmara baru saja keluar dari ruang latihan.

"Kita pulang bersama."

"Iya. Tunggu aku di-"

"Kita tunggu Pak Adit bersama di depan gerbang."

"Jangan! Aku tak ingin ada yang melihat kita pulang bersama."

"Sekolah sudah sepi, Asmara."

"Tetap saja. Aku tidak mau beredar rumor yang tidak jelas tentang kita jika ada siswa yang melihat."

"Menunggu bersamaku atau kau ku tinggal pulang."

"Tinggal saja. Aku bisa naik bus."

Gala menghela napas pelan. Memang ya. Sahabatnya ini keras kepala. Tak berubah sedikitpun dari dulu.

"Asmara."

Asmara diam mendengar nada rendah saat Gala memanggilnya.

"Baik, baik. Tapi jangan di depan gerbang. Setidaknya menjauh sedikit dari area sekolah."

"Oke. Deal."

Mereka berjalan keluar melewati lobi sekolah.

"Ah. Aku lupa."

"Kenapa, Asmara?"

"Aku meninggalkan kotak bekalku di loker."

"Ayo, ambil sebelum pak Adit datang."

"Kau tunggu di sini saja. Aku bisa ambil sendiri, Gala."

Tanpa menunggu jawaban Gala, Asmara berlari kecil ke ruang loker.

~·~

Asmara sampai di ruang loker. Sepi. Ya wajar saja. Jam pembelajaran sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu.

Asmara membuka loker untuk mengambil kotak bekal yang ia tinggal.

Tapi di bawah kotak bekalnya ada sebuah kotak berukuran cukup besar. Seperti kado. Asmara mengambil kotak itu dan mengunci lokernya.

Saat dibuka, Asmara tak bisa menahan teriakannya.

"AAAAA!!"

Bruk

Asmara melempar kotak itu dan tubuhnya terasa lemas seketika. Bagaimana tidak? Kotak itu ternyata berisi bangkai entah hewan apa yang bahkan darahnya masih terlihat basah.

Asmara mundur perlahan. Ia hanya bisa duduk bersandar pada loker di belakangnya. Jujur saja, ia takut darah. Dan sekarang ia hanya bisa menangis ketakutan.

~·~

Selang sesaat setelah Asmara pergi, terdengar bunyi klakson mobil.

Gala mendongak dan mendapati Pak Adit tersenyum di balik kemudi.

"Maaf, Tuan Muda. Saya terlambat."

"Iya, Pak Adit. Tidak apa-apa. Jalanan memang sedikit macet akhir-akhir ini."

"Mari, Tuan Muda. Silakan masuk."

"Sebentar, Pak. Asmara masih di dalam."

"Baik, Tuan Muda."

20 menit menunggu, Asmara tak juga keluar. Gala jadi khawatir.

Pasalnya, ruang loker berada tak terlalu jauh dari tempatnya sekarang. Dan jika hanya mengambil kotak bekal, harusnya Asmara tak selama ini.

"Pak Adit, saya harus mencari Asmara dulu."

"Iya, Tuan Muda. Hati-hati."

Setelahnya, Gala berlari secepat yang ia bisa menuju ke ruang loker.

Saat mendekati ruang loker, Gala seperti mendengar isakan dari ruangan yang ditujunya.

'Semoga bukan Asmara. Semoga bukan Asmara.'

Gala terus berucap demikian dalam hatinya. Namun seperti yang kita tahu. Asmara lah yang tengah terisak di ruang loker.

"Mara!"

Gala langsung mendekap Asmara begitu ia menemukan pemuda bersurai pirang itu terisak memeluk lutut bersandar pada loker.

Gala menatap ke sekitarnya. Terlihat sebuah kotak dengan bangkai binatang serta ceceran darah tumpah dari dalamnya.

'Kurang ajar. Habis kau jika aku menemukan pelakunya.' -Gala

"Sst.. Tidak apa-apa. Aku di sini."

"Aa-aku takut."

"Tenang. Kita pulang sekarang, ya. Ayo, ku gendong!"

Asmara menurut tanpa penolakan sama sekali. Ia naik ke punggung Gala yang tengah berjongkok di depannya lalu menenggelamkan kepala pada ceruk leher Gala.

Setelah menyamankan posisi Asmara, Gala berjalan keluar dari ruang loker. Tak lupa juga, ia berpesan agar ruang loker dibersihkan pada salah satu cleaning service yang ia temui.

Raut khawatir terlihat jelas di wajah supir Tuan Muda Pramadana itu saat melihat Tuannya menggendong seseorang yang terlihat memejamkan mata.

"Ada apa dengan Asmara, Tuan Muda?"

"Sepertinya ada yang sengaja mengerjainya."

"Apa Asmara baik-baik saja, Tuan Muda?"

"Ia perlu istirahat dan semoga saja ia tak demam besok."

"Mari, Tuan Muda."

Pak Adit membantu Gala mendudukkan Asmara. Setelah si tuan muda ikut duduk di samping Asmara, Pak Adit segera beralih pada kemudi dan membawa Tuan Mudanya pulang.

Gala menyandarkan Asmara ke tubuhnya sendiri. Mendekapnya dan tak lupa mengusap lembut helaian pirang pemuda manis itu.

1
Awa De UwU lavita uwu
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
Ava: ikutin terus ceritanya yaa. happy reading😘
total 1 replies
Texhnolyze
Ceritanya keren banget, thor. Sangat menginspirasi!
Ava: aw.. makasiii. semoga ceritaku bisa menghibur temen temen. pantengin terus yaa😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!