NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Mafia

Terjerat Cinta Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:956
Nilai: 5
Nama Author: zhar

Ketika Maya, pelukis muda yang karyanya mulai dilirik kolektor seni, terpaksa menandatangani kontrak pernikahan pura-pura demi melunasi hutang keluarganya, ia tak pernah menyangka “suami kontrak” itu adalah Rayza, bos mafia internasional yang dingin, karismatik, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Serius? Dari tadi kamu kelihatan banyak melamun," katanya dengan nada perhatian.

"Aku cuma agak susah fokus aja. Kayaknya cukup dulu untuk hari ini, besok aku coba lagi, ya?" jawabku sambil meletakkan pensil.

Nggak ada gunanya maksain diri. Aku masih punya waktu, jadi nggak perlu buru-buru juga. Sekarang, karena objek lukisannya sudah ketemu, tinggal kuselesaikan seperti biasa.

Aku pamit ke nenek dan naik mobil bareng pengawal pulang ke apartemen. Seperti biasa, perjalanan berlangsung tenang. Si bapak berbaju hitam itu jarang ngomong kecuali kalau perlu banget. Dan aku nggak masalah sama sekali.

Pikiranku masih campur aduk. Tapi suasana mobil yang sunyi sambil lihat lampu-lampu kota di luar cukup bikin tenang.

Malam sudah larut, dan aku belum bisa tidur juga. Sejak tinggal serumah sama Rayza, entah kenapa tidurnya selalu nggak nyenyak. Aku melirik jam dinding sudah lewat tengah malam. Sudah sangat larut, dan Rayza belum pulang. Nggak ada suara pintu dibuka, berarti dia masih di luar.

Aku kaget sendiri waktu sadar… aku ternyata lagi mikirin dan mungkin… khawatir soal Rayza. Padahal dia sudah dewasa, bisa jaga diri. Lagipula, itu bukan urusanku. Tapi tetap aja…

Kenapa sih aku sampai segini khawatirnya?

Pas pikiran itu belum sempat hilang, tiba-tiba pintu depan dibanting keras. Masuk rumahnya heboh banget. Rayza akhirnya pulang.

Tapi ternyata, bukan cuma aku yang masih melek nungguin. Malam sudah selarut ini, tapi nggak seperti biasanya, Bibi masih duduk di ruang tamu.

"Tuan Rayza! Kenapa baru pulang?" suara Bibi terdengar kencang, berusaha menghentikan langkah Rayza.

"Jangan… bawel terus, Bi…" jawab Rayza dengan suara berat dan nggak jelas.

Dia mabuk lagi…

"Kamu minum lagi, ya? Badan kamu bau alkohol banget!" seru Bibi, terdengar seperti ibu yang udah kesal banget.

"Tidur aja, Bi… malam…" gumam Rayza.

"Tuan Rayza! Kamu harus mandi dulu… Rayza!" bentak Bibi, tapi percuma.

Aku dengar pintu kamar sebelah dibuka, lalu dibanting keras. Sudah bisa ditebak, Rayza masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Kasihan Bibi. Aku jadi mikir, sudah berapa lama beliau harus ngurusin orang kayak Rayza?

Aku belum bisa tidur. Akhirnya aku duduk lagi di kasur, buka-buka sketsa yang tadi siang aku gambar. Siapa tahu sekarang aku bisa lebih fokus. Patut dicoba...

Beberapa menit kemudian, suasananya tenang banget. Aku mulai bisa konsentrasi dan menggambar dengan lebih lancar. Tapi, nggak lama setelah itu, tiba-tiba…

Braaakkk!!

Ada suara benda jatuh keras banget dari kamar sebelah kamar Rayza? Apa dia baik-baik aja? Suaranya kayak ada lemari atau benda besar jatuh.

Haruskah aku ke sana dan tanya keadaannya?

Tapi… bukannya dia pernah bilang jangan ganggu dia?

Tapi… kalau ini darurat?

Mungkin aku cuma lebay. Sekarang juga sudah sunyi lagi, kayak nggak ada yang terjadi. Tapi keheningan total setelah suara sekeras itu… bukannya justru mencurigakan?

Gimana kalau memang ada yang jatuh dan dia… terjebak?

Ah, sudahlah. Ini bukan film drama. Jangan mikir yang aneh-aneh…

Tunggu dulu… Tapi kalau dia benar-benar kejebak atau ada sesuatu yang jatuh di kamarnya, gimana kalau dia kenapa-kenapa? Dia tadi mabuk banget, dan kalau mabuknya separah waktu pertama kali aku ketemu dia di masjid… apa dia masih cukup sadar buat tahu ada yang bahaya?

Haruskah aku diam saja… tapi gimana kalau memang ada kejadian serius? Gimana kalau dia terluka parah? Atau… gimana kalau dia sekarat… atau… meninggal?

Aaaaargh! Aku nggak percaya aku kepikiran kayak gini!

Aku mencengkeram rambutku sendiri kayak orang stres, otakku muter-muter nyari jalan keluar. Di satu sisi, suara hati kecilku bilang biarin aja, tapi di sisi lain, rasa khawatirku udah nggak bisa dikendalikan. Rasanya kayak ada malaikat dan setan kecil lagi ribut di bahuku!

Oke… Bibi! Aku harus cari Bibi dan kasih tahu soal ini, biar dia yang ngecek keadaan Rayza.

Aku langsung keluar kamar tanpa mikir panjang. Aku harus ketemu Bibi sekarang juga. Tapi baru beberapa langkah keluar dan berdiri di depan pintu, aku sadar… aku nggak tahu gimana caranya nemuin atau ngubungin Bibi.

Emangnya dia tidur di rumah ini juga? Kayaknya enggak. Kalaupun iya, aku nggak tahu kamarnya yang mana. Dulu dia ngajak aku muter-muter rumah, tapi nggak pernah bilang kamarnya yang mana. Mungkin emang dia nggak tidur di sini, jadi cuma ada aku… dan Rayza… di rumah ini?

...Cuma aku… dan Rayza?!

Sebelum sadar, tahu-tahu aku udah berdiri di depan pintu kamar Rayza. Sekarang gimana? Aku mandang pintu kayu besar itu sambil bimbang. Haruskah aku ketuk?

Tok tok tok

Tidak ada reaksi. Aku mengetuk pintu itu tiga kali dengan cukup keras, lalu menunggu. Yang kudapatkan hanyalah kesunyian. Apa dia tertidur... atau jangan-jangan terjadi sesuatu yang buruk?

Aku menggigit bibir bawahku, lalu mengetuk lagi, kali ini lebih kencang. Masih tidak ada jawaban. Tak terdengar suara gerakan sedikit pun dari dalam.

"Rayza... kamu baik-baik saja?"

Waktu terasa seperti melambat. Aku mengulurkan tangan ke arah gagang pintu. Menarik napas dalam-dalam, lalu memutarnya perlahan. Pintu itu ternyata tidak dikunci.

Rayza ada di balik pintu ini.

Perlahan, aku mendorong pintu hingga terbuka sedikit. Cukup lebar untuk mengintip ke dalam.

"Rayza! Astaga!"

Aku berseru karena terkejut melihat pemandangan di dalam. Tanpa berpikir panjang, aku mendorong pintu lebih lebar dan segera berlari masuk. Rayza tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Sebuah rak buku besar roboh nyaris menimpanya. Untungnya tidak menimpa tubuhnya langsung. Tapi kenapa dia tidur di lantai? Apa dia pingsan sebelum sempat ke tempat tidur?

Aku tak mengerti bagaimana rak sebesar itu bisa sampai roboh. Buku-bukunya berserakan di lantai. Apa Rayza merobohkannya karena mabuk?

Bagaimanapun juga, aku harus memastikan dulu apakah dia baik-baik saja. Semoga dia cuma tertidur. Aku jongkok perlahan di dekat kepalanya dan memperhatikan wajahnya. Sepertinya tidak ada luka. Wajahnya tenang, napasnya teratur. Aku menghela napas panjang yang ternyata sejak tadi kutahan.

Syukurlah. Dia tidak terluka.

Mungkin aku memang terlalu panik.

Dari dekat, aku bisa melihat wajah Rayza dengan jelas. Ini pertama kalinya aku melihatnya tidur. Wajahnya terlihat begitu damai dan polos. Saat bangun, dia memang bisa menyebalkan seperti setan, tapi saat tertidur seperti ini... dia lebih mirip malaikat. Bulu matanya panjang dan terang, alisnya rapi, rambutnya jatuh lembut di dahinya.

Mataku terpaku pada bibirnya, dan ingatanku langsung kembali ke saat dia mencium aku buru-buru mengalihkan pandangan. Tapi tetap saja, aku tak bisa berhenti menatapnya. Aku bahkan tak sadar sudah berapa lama aku duduk di situ hanya untuk menatap wajahnya.

Dia terlihat begitu tenang dan menawan. Tanpa sadar, aku mengulurkan tangan ke rambutnya…

"Aduh!" seruku kaget.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!