Lin Chen hanyalah siswa biasa yang ingin hidup tenang di Akademi S-Kelas di Tiongkok. Namun, kedatangan Wei Zhiling, teman masa kecilnya yang cantik dan pewaris keluarga terkenal, membuat hidupnya kacau. Meskipun berusaha menghindar, Lin Chen malah menjadi pusat perhatian gadis-gadis berbakat di akademi. Bisakah ia menjalani kehidupan sekolah normal, atau takdirnya selalu membuatnya terjebak dalam situasi luar biasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1: Awal Dari Hidup Yang Baru
“Aku benci kenyataan kalau kita saling kenal sejak kecil, hahaha.”
“...Iya, aku juga.”
“Eh?”
Wajahnya membeku karena serangan tak terduga itu.
Namanya adalah Wei Zhiling.
Dia adalah teman masa kecilku.
Sebuah bar karaoke di depan stasiun. Di ruangan VIP yang luas dan mewah, berkumpul “grup populer” sekolah, para pria dan wanita dari kasta teratas. Mereka menatapku, seorang cowok suram yang datang tanpa sadar statusnya, sambil menyeringai.
Zhiling menyibakkan rambut pirang panjangnya yang selalu ia banggakan. Ujung bibirnya yang diberi lipstik bergetar.
“A-Apa yang kau bicarakan? Sombong sekali kau, Lin Chen!”
“Kau sendiri yang bilang tidak suka, Zhiling. Akupun sama.”
“Haa? Hentikan lelucon itu, dasar bodoh. Kau tidak punya hak untuk melakukan itu. Aku bebas untuk tidak menyukaimu, tapi kau tidak bebas untuk tidak menyukaiku!”
Apa-apaan ini, Sialan?
“Apa pun punyamu adalah milikku. Apa yang punyaku tetap milikku.”
Dunia benar-benar kiamat kalau gadis tercantik di sekolah sekaligus idol pengisi suara paling populer bisa mengatakan hal segila itu.
Diskusi lebih lanjut hanya buang-buang waktu.
Telinga busuk, mulut busuk, mata busuk. Aku bahkan tak ingin bernapas di udara yang sama lagi.
Hari ini adalah akhir dari hubungan sepuluh tahun sejak TK.
“Selamat tinggal.”
Aku menjatuhkan uangku sendiri ke atas meja. Memang konyol, bahkan belum tiga menit aku masuk ruangan itu. Tapi kupikir ini pantas dijadikan hadiah perpisahan.
Salah satu cowok ganteng di grup itu berteriak di belakangku.
“Tidak keren!”
“Apa-apaan yang dia lakukan?”
“Dia terlihat seperti idiot.”
“Mending mati saja, hahaha.”
Kebetulan sekali. Aku juga benci kalian semua. Aku sudah lama membenci kalian.
Bam! Aku membanting pintu dengan keras. Aku masih bisa mendengar suara teriakan Zhiling, tapi aku tak peduli.
Aku tidak butuh populer lagi.
Aku tidak ingin jadi bagian dari “grup populer ” itu.
Memikirkan itu, tubuhku terasa ringan.
Mulai sekarang, aku akan hidup dengan caraku sendiri.
...----------------...
Semua ini bermula pada Minggu pagi.
Pesan dari Zhiling masuk ke ponselku.
[Hei Lin Chen, bisa datang ke stasiun siang ini?]
[Kita mau karaoke bareng Yuhao, Yaqi, dan yang lain.]
Sejujurnya, aku agak bingung.
Dua nama yang disebut Zhiling adalah anggota “grup populer” sekolah. Chang Yuhao, ace tim basket, dan Liu Yaqi, ketua klub tari tahun pertama. Mereka adalah cowok dan cewek cantik yang menonjol di mana pun berada.
Apakah aku, orang yang mencolok karena nggak menarik ini, boleh ikut karaoke bersama mereka?
“Aku nggak tahu apa aku boleh ikut. Aku bahkan nggak kenal mereka.”
Segera setelah kujawab begitu, satu pesan lagi masuk.
[Tapi, kau pernah bilang kan? ‘Aku ingin jadi lebih ceria, ingin punya teman, ingin punya pacar’.]
[Cara terbaik mewujudkannya ya dengan gabung grup keren seperti kami.]
[Oke? Kau harus berani ambil langkah pertama!!]
Kata-katanya memang terdengar meyakinkan.
Aku, yang selalu biasa-biasa saja, memang ingin punya teman dan pacar. Tidak perlu populer seperti Zhiling, cukup hidup normal saja.
Tapi “normal” ternyata susah diraih.
“Normal” yang sering ditampilkan di TV atau majalah sebenarnya tidak normal sama sekali. Di kelasku hanya sedikit yang benar-benar punya banyak teman dan pacar.
Bagaimana caranya Chang Yuhao bisa terlihat begitu keren dengan seragam sekolah?
Bagaimana Liu Yaqi bisa pacaran dengan mahasiswa?
Bagaimana mereka bisa begitu percaya diri bicara keras-keras di kelas?
Aku tidak ingin jadi seperti mereka, tapi setidaknya berharap punya separuh keceriaan dan kemampuan bersosialisasi mereka.
Pernah suatu kali aku bilang itu pada Zhiling.
Jawaban idol pengisi suara populer itu adalah:
“Dasar bodoh? Cowok jelek kayak kamu harus tahu diri. Nilai hidupmu cuma karena kamu itu teman masa kecil Wei'er. Jangan harap bisa dapat teman atau pacar baru. Kau harus tahu itu!”
Itu tipikal Zhiling.
Dia sering bilang, “Kau harus tahu diri.”
Tahu ukuranmu, wajahmu, asalmu, gennya, dan sebagainya.
Dia selalu menekankan bahwa dirinya adalah “kelas istimewa”, sementara aku hanyalah “rakyat jelata”.
Aku marah, tapi di sisi lain, aku selalu berpikir: “Ya sudahlah.” Karena Zhiling memang populer, punya pacar sejak kelas 4 SD, disorot scout di depan stasiun, jadi idol, lalu jadi seiyuu—dia memang putri sempurna.
Sedangkan aku tidak punya apa-apa. Teman sedikit, pacar tidak ada, wajah jelek, suram, hobiku hanya membaca.
Jadi wajar kalau aku dianggap seperti itu.
Aku sudah menyerah.
Tapi undangan ini datang.
Mungkin ini kesempatanku.
Apa aku harus berani ikut?
Akhirnya aku memutuskan.
Aku bahkan minta uang pada ibuku untuk potong rambut. Meski kami keluarga miskin dengan ibu tunggal, dia memberiku uang sambil tersenyum:
“Pergilah, Nak. Dapatkan gadis yang baik.”
Aku pun potong rambut, berpakaian rapi, dan berangkat.
Namun begitu aku buka pintu ruang karaoke…
Semuanya menertawakanku.
Rambut, pakaian, bahkan aromaku.
Saat itu aku sadar: ini semua jebakan.
Mereka hanya ingin menjadikanku bahan tertawaan.
Aku bertanya dengan tenang:
“Apakah aku pernah berbuat salah pada kalian? Kenapa kalian melakukan ini padaku?”
Zhiling tersenyum sinis.
“Alasannya sederhana. Karena kau adalah budakku.”
…
Dan itulah kata-kata terakhir yang memutus hubungan sepuluh tahun kami.
“...Iya, aku juga.”
Aku balas dengan ketegasan.
Itulah perpisahan dengan teman masa kecilku.
Sekaligus perpisahan dengan diriku yang lama.
...----------------...
Keesokan harinya, mejaku dipindahkan ke lorong kelas. Di atasnya ada catatan dengan tulisan tangannya:
[Tidak ada kursi untukmu.]
Aku hanya tertawa kecil.
“Aku mengerti. Jadi, ini jalan yang kau pilih.”
Sejak lama aku sudah tahu. Aku hanya berpura-pura tidak melihat.
Dan kini aku benar-benar yakin.
Gadis yang dulu kupanggil teman masa kecil…
Idol pengisi suara populer itu…
Adalah orang paling buruk yang pernah kutemui.
Seorang “babi”.
[BERSAMBUNG]